SENJA O.7

2.1K 312 23
                                    

Jemari kecilnya mengetuk paha dalam hitungan konstan selagi menunggu pintu dibukakan. Diam-diam hati berdegup gugup, masih belum terbiasa untuk melihat lagi wajah sempurna yang baru kemarin-kemarin dijumpainya.

Suara pintu terbuka menyadarkan Jisung dari tunduknya yang sempat fokus menatap lantai. Wajah mendongak, tepat bersitatap dengan rupa lain milik pria yang lebih tinggi.

"Masuk." Gumam Minho sambil mengulas senyum. Terlihat pria itu sedikit berantakan dengan peluh di sudut dahi kanan dan kiri.

Jisung mengekor dari belakang. Mata sejernih pantulan telaga itu memindai beberapa box kardus yang masih tersegel, namun sebagian sudah terserak memenuhi lantai.

"Barang mas banyak." Gumam Jisung pelan.

"Iya. Itu Mama yang suruh bawa. Saya enggak mau sebenernya, udah nolak tapi masih dipaksa."

"Ya mungkin menurut Bunda itu penting buat mas. Nanti biar Jisung bantu bereskan." Hiburnya. Setelah meletakkan bungkusan berisi beberapa cemilan ringan dan buah-buahan yang Jisung sempat beli di perjalanan, ia lanjut membuka box lain yang masih membentuk tumpukan disudut ruangan.

"Mas kapan mulai ngajar?"

"Belum dapet kabar. Kayaknya malam ini diinfokan. Kenapa?" Tanya Minho seraya menyodorkan setengah potong es kiko keras rasa jeruk kepada Jisung. Pria itu duduk melipat kaki, mengamati si manis yang serius menata barang seraya mengemut es berperisa itu dengan gaya lucu.

"Enggak. Jisung kan cuma tanya."

"Bilang aja nggak sabar mau diajarin saya."

"Memang mas ngajar di fakultas Jisung?"

"Iya lah. Lupa kalau saya jurusan matematika?"

Mendadak Jisung melemas. Esnya yang tinggal setengah dia tumpu di atas paha, "Y-ya tapi belum tentu ketemu juga."

"Kok kayak nggak pengen banget ketemu saya?" Sudut Minho. Bibirnya asik menyesap setengah potong kiko yang sudah nyaris tandas.

"Bukan begitu. Cumaㅡ"

"Cuma apa?" Minho mendekat hingga kedua bahu mereka bersentuhan. Kotras sekali perbedaanya, Jisung terlihat begitu kecil jika disandingkan dengan dirinya.

"Takut nanti jadi canggung." Bisik Jisung kecil. Dirinya sebisa mungkin menghindar saat merasa bahwa Minho tak lagi berjarak dengannya. Namun tetap, pingul sempitnya ditahan kuat. Mutlak tanpa bisa melawan.

Kelopak mata terpejam erat saat merasakan sudut pelipisnya dikecup dalam. Lalu kecupnya turun ke pipi, menubruk gumpalan kenyal itu berkali-kali tanpa bosan hingga membuat Jisung merengek jengah.

"Nggak lah, kok canggung? Kan udah saling kenal."

"Mas jangan cium-cium sembarangan." Kedua tangannya mendorong bahu Minho menjauh.

"Ya biar, toh kamu pacar saya."

"Memangnya pacaran cuman sekedar cium-ciuman?"

Mendadak Jisung merutuk dalam hati karena salah bicara. Suasana yang tadinya cukup nyaman perlahan jadi sedikit canggung dan dingin.

"Jadi kamu nggak suka saya cium?" Tanya Minho balik. Senyum di bibir menghilang entah kemana, terganti oleh wajah datar yang menakutkan dimata Jisung. Terlihat seperti bukan Minho-nya.

"b-bukan, mas salah tangkap. Maksud Jisung tadiㅡ"

"Simpan saja. Saya tau bakalan panjang." Minho bangkit dari duduknya, kembali fokus mengeluarkan barang-barang dari dalam kardus tanpa memperdulikan Jisung yang merasa bersalah.

senja | minsung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang