Bab 1 Bagian 3

8.1K 533 2
                                    

Naruto pulang ke rumah dengan membawa banyak sekali hadiah. Tanpa menyalakan lampu, Dia melemparkan hadiah-hadiah itu ke tempat tidur dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur.

"Huh ... aku kewalahan -ttebayo."

Dia menatap tanpa minat kearah tumpukan hadiah yang telah menggunung. Hadiah-hadiah itu tidak hanya di tempat tidur. Saat dia melihat sekeliling, bahkan tidak ada tempat di kamar kecil itu yang bisa digunakan untuk menginjakkan kaki, seluruh ruangan itu dikelilingi tumpukan hadiah. Tiba-tiba, hidung Naruto mulai bergerak.

"A-a-achoo!"

Dia menatap keluar jendela dan melihat salju-salju tipis mulai berjatuhan.

"S-salju ... itu sebabnya semakin dingin."

Naruto menyalakan lampu di samping tempat tidurnya, dan mengambil syal dari laci. Itu adalah syal rajut dengan pola garis-garis yang lembut. Naruto menempelkan syal itu ke wajahnya, dan merasakan kelembutan wol, lalu Dia melilitkan syal itu di lehernya.

"... Ah, hangat,"
Gumamnya dengan perasaan senang sambil tersenyum.

*******

Salju terus berjatuhan di kediaman Hyuuga. Titik-titik salju tampak menutupi seluruh permukaan di luar rumah, menumpuk di pohon dan di antara lentera taman.

Hujan salju baru berhenti di sore hari, awan telah bersih, dan bulan sabit tampak melayang tinggi di langit malam.

Di antara jendela berkabut di sebuah ruangan yang dihangatkan oleh pemanas, terlihat Hinata sedang merajut syal.

"Selesai!"

Hinata mengangkat syal panjang itu di atas kepalanya, dia merasa sangat senang. Setelah memasukkan semua perasaannya ke dalam rajutan tanpa henti, syal itu akhirnya selesai dan menjadi cukup panjang.

"Mungkin agak terlalu panjang ..."

'Tidak, ini adalah hasil rajutanku dengan sepenuh hati! Aku yakin perasaan ku akan tersampaikan pada Naruto-kun ...!'

Hinata mengganti pakaiannya dan meninggalkan ruangan.

Aku bertanya-tanya apakah Aku benar-benar bisa menemuinya ... hari ini sudah terlambat ... besok akan lebih baik ... tidak, Aku akan memberikan kepadanya malam ini ... besok lebih baik ... tidak, malam ini ... besok lebih baik ...

"Mau pergi untuk mengaku?"

Ketika dia berjalan mondar-mandir di koridor, sebuah suara memanggilnya dari arah kebun.

"Hanabi ... sudah berapa lama kau ada di sana ...?"
"Sudah berapa lama kau mondar-mandir di sana, Onee-sama?"

"... Jika kau dari tadi ada di sana, setidaknya sapa aku." Kata Hinata

Dengan canggung, Hinata mengalihkan pandangannya ke Hanabi.

"Penampilan seorang gadis yang sedang mengkhawatirkan cinta itu lucu." Kata Hanabi

"Jangan mengatakan hal-hal yang terlalu dewasa untuk anak-anak sepertimu."

"Aku bukan anak kecil. Bahkan kemampuan byakugan ku sudah sama seperti orang dewasa."

Hanabi berlari mendekat pada Hinata, dengan percaya diri membusungkan dadanya.

"Pokoknya, lihat! Bukankah itu lucu?"

Hanabi menatap kakak perempuannya sambil memutar-mutar kunainya. Di kunai itu tergantung boneka shinobi kecil berwarna merah muda. Dia telah memasangkan tali imut pada kunai itu, padahal kunai merupakan senjata. Dulu, Hanabi adalah seorang gadis yang sangat serius, yang selalu menyombongkan "hobi ku adalah berlatih" sebagai nindou-nya. Namun, sejak kematian sepupunya Neji, yang telah dihargai dalam perang sebelumnya, sesuatu di dalam dirinya telah berubah. Hanabi yang dulu tidak akan pernah berpikir untuk menggantung sebuah boneka di kunainya. Bagi Hinata, memiliki adik perempuan yang berperilaku innocent tidaklah masalah, tetapi boneka merah muda sedikit berlebihan. Kunai itu akan sulit digunakan.

"Mengubah alat ninja menjadi mainan lagi ... Kau akan dimarahi Ayah ketika beliau kembali."

"Berbicara tentang Ayah, beliau belum menghubungi kita, kan?" Hanabi bergumam.

Ada kalanya Ayah mereka, Hiashi, akan menjalankan misi untuk waktu yang lama, tetapi meskipun sibuk dalam misi, Hiashi tidak pernah lupa untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Mungkin saja misi kali ini perlu dijaga agar tetap rahasia.

Dan saat itu, perut Hinata menggeram.

".......Ah"

"Apakah onee-sama menghabiskan seluruh waktumu untuk merajut dan melupakan makan malam? One-sama kau akan ditertawakan jika perutmu menggeram ketika sedang mengaku."

"Aku tidak akan mengaku!"

Terlepas dari apakah Hinata akan mengaku atau tidak, Hanabi yakin, Selama beberapa hari terakhir, Hinata tidak mengisi perutnya dengan apa pun selain permen kering.

"Sheesh, kamu cukup berani ya! ... .Aku akan keluar sebentar." Sela Hinata

"Untuk mengaku?"

"Tidak!"

Untuk menghindari rasa malunya, Hinata meninggalkan rumah dengan setengah berlari.

******

"Bulan jatuh katamu?" Raikage menyentak, saat duduk di meja bundar besar di ruang konferensi.

Para pemimpin desa dari lima negara besar berkumpul di sebuah gedung untuk menjadi dewan perwakilan dalam pertemuan darurat yang diadakan oleh sang Hokage, Hatake Kakashi.
Selain Kakashi dan Raikage, ada juga Tsuchikage dari Iwagakure, yang dikenal sebagai anjing rakun tua, kemudian satu-satunya wanita, Mizukage dari Kirigakure, dan Kazekage dari Sunagakure, si pemimpin muda Gaara - semuanya adalah shinobi yang cakap.

"Dari hasil pengukuran kami, terbukti bahwa bulan semakin mendekat ke Bumi," jawab Kakashi dengan tenang. Kakashi juga membawa seorang astronom dari Konoha. Dia menggunakan celemek dan kacamata khas ilmuwan wanita.

"Bahkan tanpa mengukur, kalian bisa tahu dengan melihat ... Aku belum pernah melihat bulan sebesar ini," Tsuchikage, seorang lelaki tua kecil, mencibir pada Kakashi dan astronom.

"Bagaimana dengan semua meteorit baru-baru ini?" Tanya Gaara.

Didorong oleh Kakashi, astronom mulai menjelaskan.

"Ketika dua benda langit secara bertahap bergerak mendekat, gravitasi dari keduanya mulai saling mempengaruhi."

"Aku tidak terlalu hebat dengan pembicaraan ilmiah ..." Mizukage memalingkan muka ketika dia menyatakan kebingungannya.

Sesuai prediksi astronom, ketika bulan mendekati Bumi, itu akan menjadi terdistorsi dan tercabik-cabik karena gravitasi Bumi, dan secara bertahap runtuh dari permukaan. Ketika serpihan-serpihan yang pecah semakin dekat ke Bumi, mereka akan melingkari itu seperti cincin Saturnus, dan banyak pecahan dari cincin ini akan ditarik dan jatuh ke Bumi - astronom menjelaskan bahwa ini adalah asal mula peningkatan meteorit.

"Lalu, akhirnya apa yang akan terjadi?" Gaara menatap astronom, bergegas untuk membuat kesimpulan.

"Jika ini terus berlanjut, bulan akan benar-benar hancur ... reruntuhan bulan akan turun dari atas. Dalam hal ini, akhir dari umat manusia ... tidak, secara praktis tidak ada makhluk hidup di Bumi yang mungkin dapat bertahan hidup."

"Jadi apa yang kita lakukan? Apa rencana solusinya? "Tsuchikage menunjuk jari kepada Kakashi, menanyainya.

"Kami akan menghancurkan pecahan bulan yang jatuh sebelum pecahan-pecahan itu jatuh ke bumi."

"Itu terlalu banyak solusi darurat! Jelas, kita harus menghentikan bulan mendekat! "Raikage yang kesal berteriak.

"Aku ingin bertanya satu hal ... apakah ini fenomena alam? Ataukah serangan buatan manusia?" Mizukage mengajukan pertanyaan yang ada di benak semua orang yang hadir. Pandangan mereka semua jatuh pada Kakashi. Kakashi berpikir bahwa keduanya adalah mungkin, tetapi dia sebenarnya tidak tahu sama sekali.

"Itu agak dipertanyakan ..." Kakashi membingungkan semua orang dengan perkataannya seperti biasa.

#########
TBC

Terjemahan official Novel Naruto The Last dari versi bahasa Inggris oleh Honyakusha Eri

*Jangan lupa suwon fote yaa*

Naruto THE LAST (Bahasa Indonesia)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu