Chapter 4 - Puisi Kemarin

109 16 80
                                    

Sebagian orang memang memberikan label halu pada Klub Magic, tapi tidak untuk para penikmat fantasi terkhusus para penggemar Harry Potter. Jubah baru mereka telah dibagikan pada anggota yang lainnya. Dari hanya nobar film fantasi, membaca fiksi berbau sihir, dan nyaris pembina OSIS mencium kesamaan mereka dengan Klub Sastra. Akhirnya sang ketua: Arthur menambahkan agenda wajib ke dalam jadwal klub, yakni Praktik Sihir: yang mana saat dipraktikkan sebelah-duabelas dengan sulap. Hanya menunggu waktu sampai label baru disematkan, seperti: sirkus.

"Trik kali ini adalah kartu!" Tutor perkumpulan minggu ini setelah dua hari puas mereview novel baru dipegang oleh Vladimir. Gigi runcing khas yang tampak seperti ia murni keturunan vampire selalu menambah kesan setiap kali perkumpulan diadakan.

Lukas yang sejatinya masuk ke jajaran pendiri klub, malah dengan senangnya bergabung diantara para junior. Biasanya Arthur akan terheran-heran melihat itu, tapi kini di belakang Vladimir, duduk di kursi, melipat lengan dan pandangan beralih ke luar jendela: Arthur melamunkan sesuatu.

Dia sudah memberikan puisinya kemarin. Kenapa tidak segera mengambil hadiahnya? Oh sungguh itu tentang Francis!

Aku tidak akan menghampirinya sebelum ia sendiri yang menghampiriku. Tiba-tiba perasaannya menjadi jengkel.

Tapi aku ingin segera memberikannya. Lalu gusar ekspresinya tampak lugu.

"Bloody hell!" Tanpa pamit, dia pun beranjak pergi. Masih dengan jubah dan wajah sangar karena gundah.

°•°

Tumben sekali mudah menemukan si kain pel itu. Dia ada di kelasnya yang telah kosong berisikan dia seorang diri. Francis menghadap ke jendela tanpa suara, tanpa sedikit pun gerak.

"Oi, Francis! Lama sekali kau, bukannya kau mau hadiahmu? Huh, jangan pikir aku puas dengan puisimu. A-aku hanya kasihan karena pada akhirnya kau dapat teriakan dari pengajar waktu itu. Ini! Cepatlah ambil, aku mau pergi!" Datang dengan kata-kata tajam, mendekat dengan beribu langkah, Arthur menyodorkan gantungan ponsel yang sudah semalam ia lepaskan dari ponselnya sendiri.

"Arthur!" Francis terlonjak, segera merentangkan tangan seolah Arthur tak diizinkan melihat ke luar sana.

"Git—ada apa dengan tingkahmu itu?"

"Ah, kau mau memberikan Saber. Berikan saja, sini, jangan lihat ke luar!" Francis mencoba bertingkah biasa, walau gusarnya terlihat. Dia maju meraba saku celana Arthur.

"Frooog! Bukan disana!" Menghajar dengan benda keras ke wajah Francis, Arthur tak tanggung-tanggung menendang orang itu agar sepenuhnya menyingkir dari jendela. "Tingkahmu membuatku penasaran." Tanpa mendengarkan larangan Francis, Arthur tetap menyaksikan apa yang ada di luar jendela.

Pemandangan Xiao Mei yang tengah bersandar di pundak Kiku. Arthur berkedip beberapa kali karenanya.

Blimey— dia jadi menembaknya hari ini? Senyum senang tipis mengembang, pertanda kawan yang ikut senang.

Namun di belakang, tampak Francis yang khawatir. "Arthur ...." Panggilnya sembari kedua tangan menempel pada kaca jendela. Membuat Arthur terkejut saat berbalik.

"What the hell are you doing?!" Sudah siap ia dengan tinju dan sepatu.

Kening mengerut, alis menekuk ke bawah, pancaran mata sedih. Francis menarik Arthur dan memeluknya tanpa aba-aba.

"Wh-wha—"

"Aku tahu rasanya, ketika seseorang yang kita suka berbalik menyukai orang lain."

Yang menjadi perhatian Arthur kini bukan pada maksud Francis memeluknya, atau pada kata-kata paraunya yang kasihan itu. Tapi, fokusnya tertuju pada nyamannya dekapan, dan wangi aroma tubuh.

"Jangan berlama-lama di sini. Kau akan makin nyeri." Francis melepas pelukan. Arthur sedikit kecewa, lalu menatap pria itu dengan kesal. Francis malah tersenyum lebar. "Ada diskon di kafe hari ini. Ayo, Big Brother akan menghiburmu."

Arthur ditarik paksa, menuruti ajakan yang belum dia sanggupi. Sepanjang pelarian kecil itu, Arthur merasa jantungnya berdetak dengan lantunan yang iramanya bisa ia dengar sendiri. Tapi yang ini, amat nyaman. Tangannya masih di genggam. Pelukan tadi pun belum cukup puas ia rasakan.

Idiot ... kau benar-benar idiot. A-akan kubiarkan saja.

....

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

....

A/n :

Pakai adegan di kafe nya jangan? (ू•ᴗ•ू❁)

I Hate You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang