Chapter 5 - Kencan, Kah?

108 14 74
                                    

Arthur membayangkan sebuah pertemuan romantis nan indah, ditemani Parfait cokelat dan sepotong kue penuh keju. Dalam benak pun, dia membayangkan Francis memberikan suapan besar dengan penuh senyuman.

Nyatanya ....

"Hahaha diskonnya sampai hari kemarin ternyata. HAHAHA!" Francis malah tergelak, ya tentu saja karena kejadian ini begitu lucu. Arthur di sampingnya berwajah suram serta menakuti beberapa pelanggan yang melintas.

"Aku muak percaya padamu. Piss off." Tanpa ekspresi Arthur berucap, pamit hendak menenggelamkan diri di segunung tugas atau pada materi kelas tadi.

"Mau kemana, Arthur?" Menarik dengan tenaga, dan menguncinya, Francis memiliki ide lain untuk menghibur Arthur yang dia kira tengah patah hati.

"Bollocks- LET GO OF ME!"

"Ada kafe satu lagi! Tenanglah! Kau akan suka!" Merangkul paksa. Sembari jalan entah kemana itu, Francis membawa Arthur ke lapangan luas yang biasanya diisi para makhluk malam yang gemar cari angin dengan nuansa alam.

Arthur mematung di tempat saat Francis mendorongnya duduk di sebuah bangku murahan. Maksudnya, hei, ini kah kafe? Di sisi lapangan yang beberapa puluh meter ke depan ada taman? Outdoor? Kafe outdoor?!

Fokus dan kesal Arthur buyar ketika kepala ditepuk. Uh ... dia melirik tanpa kata.

"Tunggu sebentar, kau tak akan menyesali hari ini, Mon Ami!" Kedipan genit dengan jentikan jemari, Francis berlalu ke tempat mobil besar berada. Seperti kendaraan penjual es krim keliling, bedanya yang ini berfungsi sebagai tempat memesan menu khas kafe.

Dingin ....

Francis datang kembali dengan jaket tebal.

"Jangan dilepas ya. Awas saja, kalau kau sakit aku yang akan dikejar kakak-kakakmu." Memasangkan jaket itu di pundak, Arthur berdecih dan menurut memakai keseluruhan.

"Bloody hell! Aroma apa ini?! Kuat sekali!" Arthur mencemooh jaket pemberian. Parfumnya amat menyengat, khas punya Francis.

"Berisik sekali kau ya! Pakai saja sudah. Hiraukan saja wanginya. Dan, itu parfum paling kusukai." Francis bersungut-sungut kembali ke arah mobil.

Harum .... Arthur menenggelamkan setengah wajah ke dalam jaket, bersedekap serta bersandar ke kursi murahan. Oh tentu, dia lakukan semua itu ketika Francis raib di telan pintu mobil.

Melirik ke arah sana, Francis tengah mengenakan apron dan berbincang dengan para pekerja di dalam mobil. Berselang cukup lama, setengah jam, Francis kembali dengan nampan yang menghidangkan menu yang sesaat lalu terbayang di benak Arthur. Arthur duduk tegap dan mengesampingkan kerah jaket yang semula ia tenggelamkan wajah di sana.

"Kau tahu, kau terlalu berlebihan menyemprotkan parfum."

"Hina! Terus saja hina apa yang kupakai! Hina teruuuus!"

Bersedekap angkuh dan berwajah tenang, dalam hati sangatlah menikmati cemoohan yang ia lontarkan. Francis menghela napas, sifat buruk Arthur. "Maaf lama, aku sendiri yang menyajikan ini." Mendorong nampan ke tengah, nampak Parfait cokelat, kopi, dan sepotong cheesecake.

"Kau sendiri?" Arthur menatap lama figur beruang yang tercetak diatas cappucino. "Parfait ini untukmu?"

"Untukmu lah! Kau kan tak suka kopi."

"La-lalu kenapa gambarnya?"

"Kau menyukai gambarnya?" Berbinar riang, Francis memajukan wajah.

Mundur karena terkejut reaksi lawan bicara, Arthur kembali berkata. "Seperti anak kecil."

"Kau anak kecil karena menyukainya!"

I Hate You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang