48. Ujian Cinta

16.5K 1.1K 129
                                    

Berapapun usiamu akan selalu ada pengalaman yang bisa di jadikan pelajaran. Begitulah kehidupan yang mengalir seperti air. Ingat, apapun masalahmu semua hanya perlu dijalani, dan semua ujian yang kamu alami tidak akan terasa jika kamu melaluinya dengan berlapang dada.

Lima tahun kemudian

" Umii, kaos kaki abang yang ada gambar Ultramen zero di laci bukan?"

Aisya segera menghentikan pergerakannya yang sedang memasak nasi goreng. Kemudian segera menoleh kesumber suara. Dapat ia lihat Nafis berdiri menghadapnya.
Aisya tersenyum, berjongkok dan menatap manik coklat itu, sungguh mata yang sangat indah. Dan ya, setiap menatap mata itu selalu mengingatkannya pada masa lalu.

Aisya mengangguk samar.

" Iya, sayang. Mau Umi ambilkan?" Tanyanya sambil mengusap rambut hitam kecoklatan itu.

Anak itu malah tersenyum, kemudian menggeleng samar.

" Nggak usah Mi, Umi pasti udah capek masak buat kita. Biar Abang ambil sendiri, Umi" Detik berikutnya anak laki-laki itu kembali berlari menuju kamarnya.

Aisya segera berdiri, menyeka air mata yang sempat keluar dari sudut matanya. Sungguh ia tidak menyangka jika buah hatinya akan tumbuh secepat ini.

" Aku wanita kuat bukan?" Lirihnya lagi.

Wanita itu menghembuskan nafas dalam, mengaduk kembali nasi goreng buatannya dan memindahkan nya kedalam empat buah piring.

Setelah menghidangkannya di meja makan, wanita itu melangkah gontai mencari Uminya. Dapat ia lihat Uminya sedang asik merajut sebuah tas pesanan pelanggan. Lumayan untuk membantu perekonomian.

" Mi, sarapan dulu ya. Aku mau manggil anak-anak, biar barengan"

Salma hanya tersenyum kemudian mengangguk samar. Aisya kembali berjalan menuju kamar anak-anaknya.

Aisya terdiam di depan pintu kamar anak-anaknya. Sengaja memperhatikan interaksi keduanya. Nafis dan Hyra memang tidur di kamar yang sama, diisi oleh dua ranjang berukuran sedang di sudut kiri dan kanan kamar.

" Ayo dek keluar, bentar lagi Umi pasti dateng" Nafis masih memperhatikan adiknya yang memasukkan alat tulisnya kedalam tas dengan tergesa-gesa.

" Iya bang, bentar. Rara masukin buku ke tas dulu" Gadis kecil itu sama sekali tidak melihat ke arah Nafis.

Nafis membuka laci kecil dekat ranjangnya. Mengambil kaos kaki kesukaannya.

" Kamu mau pakai kaos kaki yang mana? Biar sekalian abang ambilin" Katanya lagi berjongkok membelakangi Hyra.

" Tolong ambilin yang warna pink aja bang" Jawabnya lagi sambil menutup tas sekolahnya.

Nafis mengulurkan kaos kaki itu kepada Hyra.

" Makasi Bang"

Nafis mengangguk, dan mengambil tasnya diatas ranjang. Kemudian menoleh lagi ke arah adiknya.

" Kerudungnya kenapa belum di pasang?" Nafis bertanya lagi.

Hyra terkekeh, tak menyangka abangnya akan seperhatian ini, dengan cepat ia menyelipkan rambut hitam lebatnya ke telinga.

Nafis hanya terdiam melihat Hyra yang tertawa lepas.

" Ada kok bang, Rara mau minta tolong Umi ikatin rambut Rara dulu"

Aisya tersenyum, mendekat ke arah anak-anaknya.

" Wah anak Umi udah rapi aja nih, Sini Umi ikatin rambutnya" Gadis kecil itu menurut dan segera duduk di samping Uminya.

MENIKAHLAH lagi suamiku (SELESAI)Where stories live. Discover now