~ feeling saya nggak pernah salah ~

559 15 0
                                    

BAB SATU

Prasangka ... Itu adalah kata pertama yang terlintas di pikiranku ketika aku melihat penghinaan yg dilakukan oleh staf wanita muda.  Dia mengirimkan tatapan menjijikkan itu kepada seorang lelaki tua yang masuk ke toko bermerek, dari apa yang saya tahu, dia mungkin berusia akhir enam puluhan.  Rambutnya acak-acakan, dia mengenakan kemeja abu-abu kebesaran dan celana jeans lusuh.  Pria itu tertatih-tatih masuk ke toko dan mencoba mengambil beberapa pakaian seolah ingin membelinya. 

Aku menggantungkan kemeja, yang telah aku pilih sebelumnya di  tempat aslinya di rak, sebelum berbalik untuk melihat kejadian ini dengan penuh rasa ingin tau. Apakah dia tahu bahwa, di balik kemeja lusuh, ada kalung emas seharga 5 Baht yang tergantung di leher pria itu?  ( entah salah atau gimana di Novel ditulisnnya cuma 5 Baht ) Seperti yang telah aku katakan, prasangka akan mengaburkan persepsi tentang realitas, dia mungkin tidak bisa melihat kalung emas itu karena kabut yang dia ciptakan sendiri, dan meskipun dia bisa melihatnya, pikirannya akan mengubah apa yang dilihatnya, pasti yang palsu ... tidak mungkin orang seperti pria ini bisa memiliki kalung emas besar dan masuk untuk membeli pakaian desainer dengan harga ini ... Ini yang dia pikirkan. 

Aku membayar barang-barang yg aku beli  di konter dan berjalan keluar toko, memegang dua kantong kertas di tangan ku.  Ada pakaian dalam satu tas dan donat untuk aku sarapan  sebelum berangkat bekerja di tas lainnya.  Besok malam, aku akan makan malam dengan sahabatku di Sekolah Menengah namanya  adalah Songsak a.k.a. Pert, seorang Jaksa Penuntut Umum yang muda dan gagah, yang memiliki senjata pamungkas : Penampilannya. ( iri ngomong boss 😂😂😂)

Aku sedikit  iri padanya tidak cuma tampan dan memiliki pekerjaan yang bagus, dia juga berkencan dengan banyak wanita.  Oleh karena itu, aku harus mengenakan pakaian terbaikku sehingga aku tidak akan menjadi pecundang total saat berdiri di sampingnya. 
Tapi bukan itu alasan aku membeli baju baru.  Tidak penting untuk terlihat tampan sehingga aku harus menghabiskan ribuan baht untuk ini.  Namun, kemeja yang aku  pakai kemarin  selama pekerjaanku  basah kuyup dengan cairan perut dari jenazah yang saya otopsi.  Itu adalah kelalaian yang tidak disengaja, yang dilakukan oleh seorang petugas, yang menabrakku saat dia membawa kendi berisi cairan perut sebelum menumpahkan isinya ke lenganku. 
Karena plastik di bawah jubah lab ku tidak mencapai lenganku, cairan berbau busuk merembes melalui lengan baju di bawahnya.  Aku tidak akan membuang waktuku untuk mencuci baju itu. 

"Hei, Bunn! Kenapa kamu mendaftar ke sekolah pasca sarjana  ( S2 maksudnya )  di bidang ilmu forensik ?!"  Tim, salah satu temanku, pernah bertanya kepadaku. 
" Kamu telah belajar kedokteran selama enam tahun, dan sekarang kamu akan membedah mayat? Aku mengikuti kelas itu hanya selama dua minggu selama tahun kelima, dan aku hampir sakit." 

" Setiap orang memiliki hasrat yang berbeda," jawabku sambil membersihkan remah-remah dari seragam *extern ku. 

*extern :  6 tahun sekolah kedokteran

" Saya suka mayat, kamu menyukai anak-anak.  Jadi saya memilih ilmu *Forensik, sementara kamu memilih *Pediatri.  ada yg lebih masuk akal dari ini " Aku menyeringai pada Tim, yang memasang wajah aneh.

*Forensik =  salah satu  cabana kedokteran yg  tujuannya memberi tau kebenaran  yg ada berdasarkan ilmu medis
*Pediatrik  = cabang kedokteran untuk bagian masalah anak

" Bagaimana kamu bisa mengatakan dengan lantang bahwa kamu suka mayat?  aneh kamu ini "
"Oi, keanehanku membantu negara kita!  Ada kekurangan personel yang ekstrim di cabang kedokteran ini.  Ditambah, aku adalah  satu-satunya pelamar untuk program ini.  Profesor itu hampir menangis ketika lamaranku sampai di departemen "  Aku berdiri dari tempat dudukku di kantin sekolah kedokteran, mengambil stetoskop dan menggantungnya di bahuku.
" Cepatlah, Tuan Dokter Anak.  Konferensi akan segera dimulai. ".   Sebenarnya, aku ingin memberikan jawaban yang lebih panjang kenapa aku  memilih belajar Ilmu Kedokteran kepada Tim. Tapi itu akan terlalu membosankan, aku nggak  suka menjelaskan pemikiranku sendiri kepada siapa pun. Itu akan lebih  menyenangkan untuk membuat orang lain menebak-nebak, emosi dan pikiranku akan disimpan di balik tirai, mewakili pria yang lucu, banyak bicara, dan fasih. Aku bersedia membayar siapa pun yang mengaku pernah melihatku stres. Aku telah menghabiskan tiga tahun sebagai dokter  magang.  Setelah lulus, aku dibujuk untuk menjadi profesor kedokteran, tetapi  aku muak dengan kehidupan universitas, aku ingin hidup bebas seperti yang aku suka, jadi aku memutuskan untuk bekerja di rumah sakit provinsi di utara, hampir  ribuan kilometer dari kampung halamanku. Aku ditempatkan di sana sebagai satu-satunya ahli patologi forensik di provinsi, Aku segera terhubung dengan baik dengan tokoh-tokoh di jaringan hukum, setiap  petugas Polisi , Pengacara, Jaksa , atau bahkan Hakim mengenalku.

Manner of Death Indonesia Translation Where stories live. Discover now