6. Does He Hate Me?

3K 609 388
                                    

Terkadang, orang yang terlihat begitu kuat hanya ingin menutupi lukanya dalam-dalam.

***

SEPULANG sekolah, Regan kembali ke rumahnya. Dengan cepat, ia masuk ke dalam kamarnya dan menatap dirinya di depan cermin yang ada di kamarnya.

Lelaki itu menatap wajahnya yang tampak lebam karena pertengkarannya dengan Riki. Ia membasuh wajahnya lalu segera bergegas mengambil alkohol dan obat-obatan untuk mengobati lukanya.

Pelan-pelan, ia mengobati lukanya itu. Ia meringis pelan karena lukanya terasa sakit. Seharusnya, tadi ia memang cepat-cepat mengobati lukanya itu.

Setelah selesai mengobati lukanya, Regan memilih untuk mengistirahatkan dirinya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur seraya menarik napas sejenak.

Lelaki itu mengambil ponselnya yang terletak di meja yang ada di samping kasurnya. Ia tampak mengerutkan dahinya ketika melihat notifikasi yang masuk di aplikasi LINE miliknya.

Vanya Aurelia: Hai Regan, ini Vanya. Lo gimana? Udah baik-baik aja kan? Masih sakit nggak?

Vanya Aurelia: Regan, kok nggak bales sih?

Vanya Aurelia: Gue masih boleh ikut organisasi renang nggak?

Vanya Aurelia: Kalo nggak boleh juga nggak papa sih, yang penting boleh ya kalo gue jadi pacar lo?

Vanya Aurelia: Regan, sombong banget sih! Harusnya gue yang sombong, kan gue yang selebgram!

Vanya Aurelia: Kenapa di-read doang sih?

Vanya Aurelia: Regan, bales chat gue atau gue sumpahin lo bisulan!

Regan menatap malas pesan itu lalu menekan sebuah tombol yang ada di pojok kanan aplikasi tersebut, sehingga beberapa saat kemudian, sebuah tulisan tertera di layarnya.

Anda telah memblokir kontak ini.

Tak lama kemudian, suara pintu kamar Regan terketuk. Regan menoleh ke arah sumber suara tersebut. “Masuk!”

Seorang lelaki masuk ke dalam kamarnya dan menghampiri Regan yang tengah berbaring. Tanpa aba-aba, lelaki itu langsung melompat ke atas kasur Regan, membuat Regan menatap malas lelaki itu.

“Gam! Rusuh lo!” sentak Regan. Sosok lelaki itu adalah Agam, teman Regan sejak kecil, tetapi mereka tidak bersekolah di tempat yang sama.

Dahulu, Regan sempat satu sekolah dengan Agam sampai kelas 11 pertengahan. Namun, setelahnya Regan memilih untuk pindah sekolah ke SMA Dandelion karena beberapa alasan tertentu.

“Kenapa muka lo? Abis berantem?” tanya Agam. Regan menoleh seraya menganggukan kepalanya.

“Tumben banget lo berantem. Jangan bilang, lo diserang lagi sama cowok-cowok dari cewek yang lo tolak itu? Mau sampe kapan sih lo selalu nolakin cewek, Gan? Lo nggak mau punya pacar gitu?” tanya Agam.

Regan berdecak kesal. “Berisik!”

Agam mengubah posisi duduknya, ia menatap Regan serius. “Gan, gue mau nanya deh sama lo.”

“Apaan?” tanya Regan ketus.

“Tapi pertanyaan ini beneran serius, Gan,” jawab Agam seraya masih menatap Regan dengan tatapan seriusnya.

UWUPHOBIAOnde histórias criam vida. Descubra agora