Bagian lima

5K 1K 195
                                    

Sourire turun dari punggung setelah melakukan pertunjukkan di salah satu cafe kekinian di kota ini. Sesekali menyapa orang-orang yang mendekat di panggung untuk menonton mereka dari jarak yang lebih dekat.

Jeff yang paling ramah, mengajak orang yang berada di dekat panggung melakukan high five dan foto bersama. Lalu ia menyusul anak Sourire yang lain, ia memutar stick drumnya sambil bergaya.

"We sob~!" ia melakukan tos ala laki ke Joni dan Mark. Salah dua teman mereka yang lainnya.

"Udah mabok dia?" tanya Lucas sambil menunjuk Mark. Padahal kadar alkohol di minuman Mark sangat rendah.

"Lo lihat aja wajahnya yang udah kaya semangka," sahut Joni sambil membuka kulit kacang.

Sementara Atuy mengajak Jeff untuk berbicara empat mata.

"Lo diganggu sama makhluk tak kasat mata kan?" tanya Atuy sedikit berbisik. Takut kalau makhluk itu ada di sisi Jeff.

"Lo tahu, Bang?" Jeff menoleh sekitar, kemudian menunduk agar lebih dekat dengan Atuy.

"Gue punya kenalan, Madam San namanya. Siapa tahu dia bisa bantu ngusir," bisik Atuy.

"Dia gak di sini kok, gak usah bisik-bisik," Jeff meminum mengetuk stick drumnya ke dagu, lalu mendengus. "Kayaknya dia susah pergi. Gue gak papa, dia gak bikin dampak buruk," ucap Jeff akhirnya.

"Tapi lo kelihatan kecapekan banget akhir-akhir ini," Atuy memukul pundak Jeff. "Sekiranya kalau lo gak kuat, gue bisa bantu. Bilang aja," Atuy pergi meninggalkan Jeff dan bergabung lagi dengan teman-temannya.

Sementara Jeff merenung, dia memang kecapekan karena belakangan ini dia sering mengitari banyak rumah sakit di kota ini hanya untuk mencari keberadaan tubuh Ana.

Jeff menghela napas gusar, memijat pangkal hidungnya. Hanya satu rumah sakit yang belum mereka datangi, Jeff berharap penuh pada rumah sakit itu karena kalau Ana tidak menemukan tubuhnya di sana. Kecil kemungkinan kalau Ana memang masih hidup, atau kata lainnya dia sudah meninggal.

Hati Jeff tiba-tiba terasa nyeri, ia pernah merasakan ini sebelumnya. Saat ia patah hati, tapi Jeff kan sedang tidak menjalin asmara dengan siapapun. Terlebih lagi, kenapa juga dia tiba-tiba merasa patah hati?

"Ana nih. Itu setan ngapain lagi sih?" Jeff menggenggam stick drumnya kuat. Lalu Ikut bergabung dan melempar guyonan bersama teman-temannya yang lain untuk menghilangkan perasaan Ana yang juga ia rasakan sekarang.

👾👾

Jeff memarkirkan mobilnya ke dalam garasi rumahnya. Ia menyelempangkan tasnya di pundak bagian kiri dan berjalan sambil bersiul santai.

"Malem, Ma!" sapa Jeff. Jess sedang di dapur dan membuat kue ditemani oleh Mbak Atin.

"Malam anak Mama. Sini dulu, cium," Jess melambai dan membuat Jeff nyengir sambil menghampiri ibunya. Jess mencium pipi putranya itu gemas.

"Udah makan belum?" tanya Jess.

"Udah kok tadi habis manggung, aku istirahat dulu ya, Ma," Jeff lantas pamit dan mencium pipi ibunya itu.

"Den Bagus masih aja gemesin ya, Buk," celetuk Mbak Atin.

"Hihi iya nih, gemes banget," tanggap Jess sembari lanjut menyelesaikan hiasan kuenya.

Sementara di kamar, Jeff urung merebahkan tubuhnya di atas kasur karena sebuah kendala.

"Kenapa lagiii?" Jeff meletakkan tasnya di kursi belajarnya. Ia lalu melepaskan jam tangan dan jaketnya. Kemudian duduk di ujung kasur, di samping Ana yang saat ini tengah menangis tersedu-sedu.

To : My Pretty Ghost 🎀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang