Chapter 10 - Kebencian Yang Perlahan Memudar

4.9K 681 94
                                    

Jisung tengah duduk dengan pandangan kosong di dalam kamarnya, sibuk memikirkan kejadian semalam dimana dirinya yang- yah seperti itulah.

Ah ya, Jisung sudah diberi kamar sendiri oleh Minho ngomong ngomong, letaknya tak terlalu jauh, tepat di hadapan kamar pemuda Lee tersebut.

Entahlah, Jisung sedikit kesulitan mendeskrisikan apa yang dia rasa saat ini, ingin marah, namun tak bisa dipungkiri juga, dirinya juga mendesah kenikmatan kemarin.

Menggelengkan kepala demi menepis segala ingatan sialan itu, Jisung hela nafas sembari tatapi gelapnya langit di atas sana. Untuk sementara Jisung tak ingin memikirkan apapun, ia ingin mengosongkan kepala hingga tubuh terasa ringan. Sebuah bentuk meditasi penenangan diri mungkin.

Namun sayang sekali kedamaian itu tak bertahan lama, karena getaran pada ponsel di atas nakas seketika menarik perhatian si manis. Dari sudut pintu kaca balkon ini, Jisung masih bisa melihat tulisan yang tertera di layar ponsel, itu panggilan dari Hyunjin.

Rasanya sangat malas untuk sekedar beranjak, namun Jisung tentu mengerti jika temannya itu pasti merasa khawatir mengingat Jisung yang tiba tiba saja menghilang tanpa kabar di hari kemarin.

Dengan terpaksa, pemuda berpipi tembam itu lantas berjalan mendekat, raih benda pipih miliknya sebelum arahkan ke telinga setelah menggeser ikon hijau.

"Ada apa Jin?

"Kau dimana bodoh?"

Jisung sedikit menjauhkan alat komunikasi tersebut kala mendengar suara Hyunjin yang sedikit meninggi. Si tupai tentu merasa cukup bersalah, terlebih lagi beberapa hari lalu Hyunjin sudah memberinya tempat untuk menumpang, tapi sayang sekali Jisung sekarang tengah berada dalam mood buruk sehingga si manis hanya menanggapi seadanya.

"Mansion Minho, ada apa?"

Terdengar helaan nafas disebrang, percayalah, pemuda Hwang itu sudah khawatir jika Jisung kenapa napa, namun begitu mengetahui kalau teman mungilnya itu tengah berada di tempat 'tuan'nya, Hyunjin bisa sedikit tenang.

Ya meski di sinipun sebenarnya Jisung tak mendapat jaminan jika dirinya akan aman.

Mengatur nada supaya kembali tenang seperti biasa, Hyunjin lantas lontarkan kata lainnya, "Hey Ji, nama ayahmu sudah bersih dan masa penahanannya berkurang."

Wajah Jisung yang semula datar datar saja kini berganti dengan raut terkejut, meski masih belum terlalu paham apa yang ingin Hyunjin sampaikan.

"Ke-kenapa bisa?" Jisung bertanya gugup, ia terlampau senang sekarang.

"Ayahmu berperilaku baik sehingga pihak kepolisian kembali mempertimbangkan masa penahanannya."

Hening, tak ada jawaban setelah Hyunjin memberi penjelasan.

Jisung tengah sibuk menutup mulut supaya isakan tak terdengar sampai telinga Hyunjin, pemuda manis itu begitu senang bahkan sampai tak bisa mencegah air matanya keluar. Sosok yang begitu ia sayangi dan satu satunya keluarga yang masih tersisa- akhirnya akan kembali tak lama lagi.

"Ka-kapan ayah akan di bebaskan?" suaranya masih tercekat, mencoba menahan tangis sekuat mungkin.

"Mungkin beberapa bulan lagi, bersabarlah Ji."

Jisung anggukkan kepala paham meski hal itu tentu tak bisa dilihat oleh Hyunjin.

"Baiklah, terimakasih Hyunjin."

Pipp...

Sambungan telfun diputus oleh Jisung bersamaan dengan isakannya yang meledak detik itu juga, tanpa pikir panjang, Jisung langsung melemparkan ponsel ke atas tempat tidur sebelum akhirnya beranjak keluar kamar.

Casino [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang