Usaha Dafa

6.5K 385 15
                                    

"Dafa!"

Meskipun mendengar teriakan itu, Dafa sama sekali tidak berniat untuk menghentikan langkahnya. Saat ini, Dafa tengah berada di salah satu perusahaan ayahnya. Meskipun sibuk karena harus mencari informasi mengenai hilangnya Viola, tetapi Dafa tidak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai salah satu manager muda di perusahaan keluarganya. Tidak seperti anak orang kaya lainnya, Dafa tidak langsung mendapatkan posisi tinggi, tetapi memilih untuk memulai bekerja dari posisi rendah. Semua usaha dan kemampuannya berhasil membuatnya duduk di posisi manager di usianya yang masih muda tersebut.

"Dafa, aku mohon, beri aku waktu untuk menjelaskan," ucap Farrah sekali lagi dan membuat Dafa pada akhirnya menghentikan langkahnya.

Dafa menatap Farrah dan berkata, "Kita bicara di kafe depan."

Pada akhirnya, keduanya duduk di meja yang berada di sebuah kafe yang terleltak di seberang gedung perusahaan di mana Dafa bekerja. "Apa yang ingin kau jelaskan?" tanya Dafa sama sekali tidak ingin berbasa-basi. Hari ini, Dafa hanya bekerja setengah hari. Ia menyelesaikan semua pekerjaannya lebih awal, karena harus menjalankan rencananya untuk mendapatkan informasi mengenai Viola. Rencana ini sendiri adalah hal yang disarankan oleh kedua orang tua Dafa, karena semua cara yang digunakan Dafa sebelumnya sama sekali tidak membuahkan hasil. Jadi, Dafa sema sekali tidak ingin membuang waktunya hanya untuk berbincang dengan Farrah yang jelas sudah mengecewakannya.

"Aku sama sekali tidak terlibat dengan hal yang menimpa Viola ini. Aku bahkan tidak tahu jika Ezra berniat melakukan hal buruk seperti itu pada Viola. Jika saja aku tau, aku tidak mungkin membiarkan Ezra melakukan hal seburuk itu," ucap Farrah dengan ekspresi yang menunjukkan bahwa dirinya juga adalah korban dari kemarahan Dafa yang menurutnya tidak pantas ia terima.

Dafa sama sekali tidak bereaksi dan tetap menatap Farrah dengan datar. Hal itu membuat Farrah gugup, tetapi karena sudah terlatih bersandiwara, Farrah pun bisa menangani kegugupannya dengan baik, dan segera menampilkan ekspresi terluka. Ia bahkan dengan mudah meneteskan air matanya, seakan-akan dirinya memang sangat sedih. "Aku merasa sangat sedih atas apa yang menimpa Viola. Semakin sedih rasanya saat kau juga menyalahkan diriku atas apa yang menimpa Viola itu. Padahal, aku sama sekali tidak terlibat," ucap Farrah sembari menyeka air matanya.

Dafa yang semula tampak santai, mulai menegakkan posisi duduknya. Ia menatap cangkir kopinya dan berkata, "Aku tidak bisa lagi percaya pada seseorang dengan mudahnya, apalagi setelah aku kehilangan Viola ketika dia berada dalam perlindunganku. Aku mungkin masih menganggapmu sebagai seorang teman, tetapi itu tidak akan bertahan lama jika aku menemukan bukti yang mengindikasi jika kau juga terlibat dalam masalah ini, Farrah."

Apa yang dikatakan oleh Dafa membuat Farrah meremas sapu tangan yang ia genggam dengan kuat. Dafa pun bangkit dan berkata, "Pembicaraan kita sampai di sini saja. Ah, iya. Kemarin aku mendengar kabar yang cukup aneh. Sepertinya kau dekat dengan Flo. Bersiaplah, Farrah. Jika benar kau melakukan sesuatu dengan niat melukai Viola, aku tidak akan tinggal diam. Kau, dan Ezra akan sama-sama mendekam di penjara."

**

Gerald bersiul saat dirinya memeriksa daftar pemilik saham. Selain menjadi salah seorang dari jaringan penjual senjata illegal dan aktifitas kejahatan bawah tanah lainnya, Gerald sendiri adalah seorang pemilik perusahaan travel dan mode yang sangat sukses baik itu di Indonesia maupun di luar negeri. Tentu saja, identitas Gerald sebagai salah seorang pemimpin di dunia kriminal bawah tanah sama sekali tidak diketahui oleh orang awam. Namanya bersih dari skandal, dan selalu disorot karena pencapaiannya yang gemilang sebagai seorang pengusaha muda yang dikenal sebagai salah satu putra dari model senior yang sudah lama meninggal.

Bram datang dengan ekspresi yang jelas tidak baik. Gerald yang menyadari hal itu menghentikan siulan senangnya. Beberapa hari ini, suasana hati Gerald memang sangat baik. Setelah berhasi le memburu Viola dan menaklukan gadis satu itu, kini hari-hari Gerald terasa lebih menyenangkan. Ia bahkan tidak perlu lagi mencari kesenangan di ruanan khusus yang ia sediakan untuk bersenang-senang dengan para gadis yang ia miliki. Hanya dengan Viola, Gerald sudah merasa cukup dan merasa puas karena pelayanan Viola yang tidak pernah mengecewakan dirinya. Namun, sepertinya hari ini suasana hatinya akan sedikit memburuk karena kabar yang dibawa oleh Bram.

"Ada apa? Kenapa kau berekspresi seperti itu? Apa ada masalah karena pengiriman barang lagi? Apa kau tidak melakukan apa yang aku perintahkan?" tanya Gerald sembari menutup laporan yang sebelumnya ia baca.

"Maaf, Tuan. Tapi kali ini saya datang bukan membawa kabar mengenai masalah mengenai bisnis bawah tanah kita, tetapi saya membawa kabar dari orang-orang yang berada di kepolisian," ucap Bram.

Gerald mengernyitkan keningnya. "Aku rasa, aku sama sekali tidak melakukan hal yang bisa membuat mereka mengarahkan pandangannya padaku. Aku bersih dari skandal, bisnis bawah tanahku juga tidak terendus oleh mereka. Jadi, apa masalahnya?"

"Bar Flo saat ini tengah diselidiki sebagai tempat jual beli manusia. Meskipun saat ini Flo tutup mulut, dan beberapa pelanggan lainnya pasti akan melindungi Flo untuk melindungi diri mereka sendiri yang sudah menjadi pelanggan di bar Flo, tetapi jika sampai kejaksaan ikut campur, Flo pasti tidak akan tutup mulut lebih lama lagi," ucap Bram membuat Gerald mengangguk.

"Tenang saja, aku memiliki relasi dengan salah seorang di kejaksaan. Tidak perlu mencemaskan apa pun. Jika pun hal terburuk terjadi saat penyelidikan bar milik Flo, namaku akan tetap bersih." Ini bukan kejadian pertama kalinya, dan sama sekali tidak membuat Gerald merasa cemas. Ia sudah berulang kali melewati masa seperti ini dan namanya tetap bersih tanpa cela sedikit pun.

"Tapi, Tuan. Kita tidak bisa bersikap santai seperti sebelumnya. Orang yang membuat kekacauan ini, sama sekali tidak akan berhenti begitu saja saat kasus ini dihentikan karena kekuasaan relasi kita. Dia memiliki tekad yang kuat dan juga latar belakang yang tampaknya bisa mendukungnya mendapatkan apa yang ia mau," ucap Bram sama sekali tidak bisa bersikap tenang saat ini.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Bram, Gerald pun merasa penasaran. "Ah, apakah orang ini adalah orang yang juga mencari informasi mengenai diriku melalui seorang peretas?" tanya Gerald mengingat kejadian saat dirinya pertama kali bertemu dengan Viola.

Bram pun mengangguk. "Benar, Tuan. Dia adalah Dafa Prasetya Argani, seorang putra dari salah satu pengusaha di kota ini, yang tampaknya akan terjun ke dunia politik di akhir awal taun," ucap Bram.

Gerald yang mendengar hal itu tertawa. "Sungguh menarik. Sepertinya ia sama sekali tidak berniat mundur, walaupun sahabatnya sendiri sudah memperingatkan dirinya untuk tidak mengusik diriku."

Gerald bangkit dari kursi kerjanya dan menatap pemandangan kota dari jendela kantornya. Ia pun menghabiskan beberapa waktu untuk memikirkan langkah yang akan ia ambil selanjutnya. Bram tetap berada di posisinya, menunggu arahan dari sang tuan. Ini kondisi yang riskan, dan tentu saja Bram perlu arahan dari sang tuan, walaupun sebenarnya Bram bisa mengambil langkah sendiri. "Biarkan dia," ucap Gerald membuat Bram tanpa sadar menanyakan keputusan Gerald.

"Ya?"

Gerald sedikit melirik Bram melalui sudut matanya. "Aku bilang, biarkan dia. Biarkan dia melakukan apa yang ia inginkan. Karena seberapa pun keras usahanya, ia tidak akan bisa mendapatkan apa yang ia dambakan. Viola, wanita yang sangat ia dambakan sudah jatuh dalam pelukanku. Tentu saja, apa yang sudah menjadi milikku tidak akan pernah aku lepaskan begitu saja," ucap Gerald sembari menyeringai tajam.

Bram jelas tidak terlalu setuju dengan keputusan yang diambil oleh Gerald. Namun, Bram tidak bisa kembali mempertanyakan keputusan yang sudah diambil oleh sang tuan. Pada akhirnya, Bram pun berkata, "Saya akan melaksanakannya sesuai dengan apa yang Anda perintahkan, Tuan."

Gerald mengangguk. "Ya, dan aku tidak sabar melihat pria berani itu menyerah untuk mendapatkan Viola," bisik Gerald lalu kembali bersiul karena suasana hatinya membaik saat mengingat wajah Viola yang pasrah saat ia gauli.

Gerald's ObsessionWhere stories live. Discover now