Tujuh

3.6K 582 37
                                    

"Sepertinya kamu sama sekali tidak terkejut mendengar Tante menceritakan buruknya Pacar Axel?"

Aku hampir saja membuka pintu mobil saat mendengar pertanyaan Anggara di belakangku.

Wajah serupa dengan Mas Axel itu menatapku penasaran, aku tidak menyangka jika wajahku yang terlampau datar menanggapi cerita Tante Aura tadi menimbulkan tanya dan rasa penasaran di diri Sang Bisnisman ini.

Aku bersedekap, menanti Anggara melanjutkan apa yang ingin dia katakan.

"Sepeetinya kamu mengenal Vera Wiyono dengan baik, jika tidak kamu tidak akan percaya perempuan selugu dia bisa dengan mudah memutar balikkan fakta."

"Tidak perlu kenal buat tahu, Anggara. Di sekelilingku banyak orang seperti dia, bersikap innocent tapi bermuka dua, dan yang benar-benar lugu justru di anggap hanya pura-pura."

Anggara mengangguk, setuju dengan apa yang aku katakan baru saja, entahlah, dengan Anggara aku begitu mudah mengemukakan pendapatku, Anggara adalah Mas Axel versi yang aku inginkan, supel, hangat, dan menerimaku, sayangnya aku bertemu dengannya setelah semua tentang Aysha sudah berubah, jika aku masih Aysha yang dulu, belum tentu Anggara juga akan bersikap sebersahabat ini terhadapku.

Kata-kata tentang pertemanan yang tidak memandang rupa hanya teori yang sama sekali tidak ada kebenarannya, karena pada faktanya, mereka akan memandang rupa terlebih dahulu untuk menilai seberapa pantas mereka masuk ke dalam circle pertemanan mereka.

"Aku juga dulu sama seperti Axel sekarang ini, tidak percaya pada apa yang di katakan Tante jika Vera seseorang yang seperti rubah. Dia Putri seorang Perwira, seburuknya mereka, sampai sejauh apa sih, tapi ya_" Anggara mengangkat bahunya, tampak bingung bagaimana menjelaskan padaku seperti apa Vera yang dia ketahui.

"Ya apa? Perilakunya tidak selembut penampilannya? Perilakunya liar dan tidak sesuai dengan apa yang selama ini Mas Axel tahu?" tebakku cepat, kadang aku juga heran, para anak-anak Perwira begitu menampilkan sisi anggun mereka di dunia luar, tapi bisa dengan rapat menyembunyikan sisi liar mereka. "Jika seperti itu yang bodoh berarti Mas Axel, menganggap Pacarnya begitu suci sampai-sampai bikin dia ngerasa kalo Mamanya jahat. Emang bener sih anak laknat kayak dia di usir dari rumah, tapi heran nggak sih Mas Axel bisa sepercaya itu sama Vera di bandingkan dengan kalian? Terlalu kebangetan bodohnya."

Anggara tampak berpikir, kerutan muncul di dahinya tanda dia berpikir dengan keras memikirkan kebodohan sepupunya ini.

Memang terasa tidak masuk akal jika di pikirkan, banyak orang mengetahui buruknya Vera, tapi Mas Axel bersikukuh bersamanya, bahkan sampai rela di usir dari keluarganya, ayolah, dia seorang Perwira yang di tuntut untuk berpikir beberapa langkah lebih maju di bandingkan orang biasa.

Sangat tidak masuk akal jika dia di bodohi seperti ini.

"Sampai sekarang itu juga masih jadi pertanyaan kita, Aysha. Ada sesuatu yang kita nggak ketahui sepertinya di antara mereka, sampai Axel jadi bego kayak gini. Heran gue, sehebat itu akting mereka."

Mendengar bagaimana Anggara mengeluhkan kebodohan Axel membuatku tertawa sendiri, dengan gemas aku memukul bahunya pelan.

"Nggak usah heran, keluarga Wiyono memang paling pintar kalo untuk berpura-pura."

Aku berbalik, nyaris saja pergi dari hadapan Anggara jika saja dia tidak melontarkan pertanyaan yang membuatku mau tak mau mengingat kejadian yang ingin aku lupakan.

"Keluarga Wiyono, bukan cuma Vera yang berpura-pura berarti."

Kupejamkan mataku erat saat bayangan kejadian yang menjadi awal kebencian Mas Axel kembali berkelebat.

Diary AyshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang