Prolog

367 60 71
                                    

Katakan padaku, ada apa dengan dunia? Mengapa sebuah perbedaan yang seharusnya diapresiasi, justru dijadikan sebuah lelucon yang tidak patut dilontarkan sama sekali?

Manusia diciptakan dengan beragam ciri khas, bukankah itu istimewa? Lantas, mengapa ada salah satu ciri khas yang dianggap begitu rendah? Aku sangat geram dengan situasi dan kondisi pada jamanku sekarang.

Kakiku kini telah menjejakkan di halaman depan SMA tempat di mana ilmu didapat, hidung kecilku menghirup udara yang masih sangat segar, belum tercampur polusi tak menyehatkan.

Lihatlah, tak jarang siswa memandangku dengan tatapan aneh dan memincingkan mata. Kalimat-kalimat bisikan itu pun dapat kudengar jelas. Lagipula, untuk apa mereka mengecilkan suara, sangat tidak berguna.

Semuanya menggunjingkan penampilan yang kukenakan yang hanya sedikit berbeda. Apa salahnya? Asalkan tidak melanggar aturan, bukankah sah-sah saja? Rok sepanjang lutut tidak membuat aku berdosa, kan?

Aku sangat ingin melawan, tetapi mulut seperti diberi plaster agar tetap bungkam. Ya, diri ini memang sepengecut itu. Tanpa ingin mendengarkan cibiran itu lagi, aku mempercepat langkah untuk menuju kelas.

Di depan pintu masuk kelas, sosok gadis tersenyum sumringah ke arahku. Dia merentangkan tangan, hendak menawarkan pelukan. Aku melakukan hal yang sama, hingga sebuah pelukan hangat tercipta.

Melihat raut wajahku yang kusut, dia mendengkus. "Kenapa? Kayak biasa?"

Aku mengangguk, senyum kecil dariku masih terpatri.

"Udah kubilang, biar aku aja yang lawan mereka, Jeng! Kelewatan, sih." Dia--Juvita--bersungut-sungut, emosinya tersulut. Tangannya pun terkepal diangkat ke udara, siap mendaratkan tinjuannya ke siapa saja.

"Buat apa? Aku punya dua tangan, lebih baik kugunakan untuk menutup telinga, daripada harus menutup mulut mereka satu-persatu." Aku berucap santai sambil menepuk pundak Juvita, berusaha menenangkannya.

Juvita menghela napas, bahunya merosot lemas. "Kenapa kamu baik banget sih, Jeng? Padahal, aku bener-bener mau bantuin kamu biar mereka nggak nyinyir lagi."

"Kamu yang baik banget sama kamu, Ju."

__________

Say Hallo dari Upi untukmu!

Selamat datang bagi pembaca baru!

Bagaimana prolognya? Ada kritik dan saran? Silahkan komen aja, ya^^

Untuk chapter 1 dan berikutnya akan nyusul. Jadi, nikmati saja prolognya terlebih dahulu.

Salam sayang dari saya,

Upi yang sekarang lagi seneng banget.🌼❤️

When You Love Yourself (Tamat)Where stories live. Discover now