#16

66 10 0
                                    

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Kaki Jiyu memutar kebawah, mengayuh sepeda ungu miliknya. Keranjang yang tergantung di bagian depan sepeda, diisi sebotol minuman.
Langit sore ini cukup mendung, berbeda dengan tadi siang yang terik. Angin berhembus menerpa rambutnya yang dikuncir kuda.

Ban sepedanya mulai berputar memasuki area taman dimana terdapat rerumputan hijau dan pohon. Sepi. Tidak ada orang. Mungkin karena langit yang tidak cerah. Membuat orang-orang lebih memilih berada didalam rumah.

Tak jauh darinya, tepat saat Jiyu menolehkan kepalanya ke samping ia melihat sosok familiar yang sedang duduk di salah satu kursi taman yang terbuat dari besi yang dicat putih.
Lantas ia mendekat. Memberhentikan sepedanya disamping bangku panjang tersebut, sehingga seorang itu beralih memandangnya.

Jiyu duduk disamping orang itu setelah memarkirkan sepedanya.

"Taehyun mana?"

Jeka yang terus menatap Jiyu tersenyum pahit dan sinis didalam hati. Pertanyaan yang begitu menyakitkan. Bagaimanapun keadaannya, hanya Taehyun yang akan ada di pikiran gadis itu. Hanya adiknya itulah yang akan Jiyu cari-cari keberadaannya. Sementara dia di dalam sini sudah seperti orang linglung yang tersesat dalam perasaan sendiri.

"Nggak tahu." Jeka menjawab singkat dengan wajah datar.

Lalu hening. Tidak ada lagi yang membuka suara. Kecanggungan masih terasa begitu kentara. Sehingga keduanya sulit menentukan topik. Membuat mereka menjadi nyaman dengan kesunyian yang terjadi.

"Lo—" Jiyu menggantung kalimatnya. Berpikir lagi, apakah dia memang harus bertanya atau tidak. Beberapa detik yang digantung itu berhasil membuat Jeka penasaran.

"Lo punya masalah apa sama Lily?"

"Oh," jawab Jeka refleks. Dia pikir Jiyu akan mengatakan sesuatu yang lebih berbobot menurutnya.

"Gue nanya. Jawab yang bener."

Jeka berdecak. "Karena lo!"

Mampus. Jeka merutuki dirinya sendiri dalam hati. Bisa-bisanya ia keceplosan disaat-saat seperti ini.
Dan sekarang cowok itu jadi salah tingkah sendiri. Sementara Jiyu tercengung innocent. Tidak mengerti dengan ucapan Jeka.

"Tapi, gue punya salah apa sama lo? Kalo pun gitu, kenapa Lily yang jadi korban?"

Nasi sudah menjadi bubur. Jadi Jeka tidak akan mencoba menutup atau menyangkal apapun lagi. "Lo nggak salah."

"Terus?"

"Gue suka sama lo."

"Hah?"
Mungkin jika otak Jiyu tidak lola alias loading lama, dia pasti sudah terkejut dengan itu, bukannya memandang Jeka dengan tatapan bertanya yang begitu polos. "Maksudnya?" tanyanya lagi.

GANGSTA : Dangerous Boyfriend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang