14

24K 3K 121
                                    

Rumah Radinka khususnya ruang keluarganya kini lebih ramai. Alicia juga sudah duduk manis mengobrol dan tertawa dengan Radinka dan Kanaya. Jay duduk di lantai bersama Evan menonton televisi.

"Alicia. Gue kayak pernah liat lo deh. Smp lo dulu dimana?" Tanya Kanaya.

Setelah obrolan mereka ini, Kanaya merasa Alicia terasa tidak asing. Karena itulah ia bertanya. Siapa tahu ternyata mereka dari sekolah yang sama.

"Gue smp gak di kota ini. Gue di luar kota." Jawab Alicia yang tentu saja berbohong.

"Tapi anehnya kenapa gue gak pernah liat lo sebelum kejadian lo ngotorin seragam gua?" Tamya Jay dengan raut wajah menyebalkan.

"Udah deh Jay. Jangan mulai." Tegur Evan. Ia merasa Jay tidak pernah membiarkan sedetikpun waktu berjalan damai bersama Alicia.

"Bener kan. Lo semua ngerasa gitu gak? Lo ada maksud lain yah deketin kita?" Tanya Jay penuh kecurigaan. Alicia mati-matian menahan dirinya. Ia bersumpah tidak akan membantu Jay sedikitpun dalam cerita ini.

"Gue deket sama Alicia sih gara-gara rumah kita deket. Alicia juga orangnya asik." Ucap Dinka santai sambil mengunyah wafer coklatnya.

"Gue duluan kok yang nyamperin Alicia. Ya kan Li?" Ucap Evan yang langsung diangguki Alicia. Memang ia tidak kenal siapapun disini. Mereka semualah yang secara tidak langsung memperkenalkan diri. Mereka juga yang pertama mendekat. Jadi, bukan Alicia kan yang mengejar mereka?

"Gue numpang toilet ya Din." Ucap Jay lalu pergi dari sana. Beberapa detik kemudian Kanaya ikut pergi.

"Gak usah dimasukin hati ya Li ucapan Jay." Ucap Radinka tulus. Ini kesekian kalinya ia merasa tidak enak dengan Alicia karena ucapan Jay. Radinka biasa mendengar cemoohan tapi Alicia yang sepertinya hidupnya penuh kedamaian pasti terganggu dengan ucapan-ucapan Jay.

"Santai Din. Gue juga gak suka sama dia." Evan tertawa mendengar jawaban Alicia. Perang antara Jay dan Alicia sepertinya cukup seru.

"Jay. Mau kemana?" Tanya Radinka ketika melihat Jay berjalan ke arah pintu keluar.

"Bentar. Nerima telfon." Radinka ber oh ria lalu Jay melanjutkan jalannya.

"Eh iya handphone gue ketinggalan di rumah. Gue ambil bentar ya Din." Radinka mengangguk.

Alicia berdiri lalu keluar dari sana. Ia hendak memberi balasan untuk kata-kata kejam Jay tadi. Ia sepertinya juga perlu meluruskan beberapa hal dengan Jay.

"Jangan hubungin aku lagi. Aku pilih tinggal sama Mama."

"..."

"Pah. Udah cukup. Hidup aku udah tenang."

"..."

"PAH! AKU GAK MAU TINGGAL DISANA!"

Alicia terlonjak mendengar pekikan itu ketika ia baru saja membuka pintu rumah Radinka. Ia melihat Jay di dekat gerbang rumah Radinka. Sepertinya sedang menelfon.

"PAPAH GAK BISA MAKSA AKU!"

Alicia berusaha mencerna. Ada apa dengan si Jali-jali itu? Ia tidak ingat pernah membaca Jay yang berteriak sangat maskulin begitu.

"Kalau Papa mau minta maaf, harusnya dulu! Sebelum Papa sakitin aku sama Mama. Sekarang, aku sama Mama udah hidup tenang disini. Aku gak akan mau balik ke rumah itu lagi!!" Jay terlihat mematikan ponselnya. Jay tidak terlihat konyol seperti yang ia tampakkan di depan teman-temannya. Ia terlihat sangat serius.

"Lo. Ngapain disitu? Lo nguping yah?" Tuduh Jay. Alicia tidak terlihat takut sedikitpun. Ia berjalan mendekati Jay.

"Ngga tuh. Orang mau ke rumah gue."  Jay menatapnya tajam lalu menariknya keluar halaman rumah Radinka.

INEFFABLE [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora