MRB-05

2K 167 2
                                    

Aku sekarang berada di ruangan yang sama dengan pak Nicholas. Hanya berdua, dan itu membuat ku tak nyaman. Apa lagi sifat pak Nicholas yang berubah dingin dan ketus tidak seperti awal aku berjumpa dengannya. Aku jadi berfikir mungkin waktu itu hanya tipuan semata saja, dan ternyata sifat aslinya seperti ini.

Aku sebenarnya ingin berbicara dengan pak Nicholas tentang pertemuan keluarga nya, tapi dengan situasi dan kondisi yang sekarang sepertinya tidak memungkinkan. Aku pikir nanti saja aku berbicara dengannya saat situasi nya sudah tidak secanggung sekarang. Jujur aku tidak suka dengan kondisi seperti ini.

Ekhem

"Ada apa, tenggorokan mu sakit?"

Aku merutuki diriku sendiri, padahal niat ku berdehem itu untuk sedikit mencairkan suasana, ya meskipun terkesan seperti orang yang sedang sakit tenggorokan memang.

"Em tidak pak."

"Siapa namamu tadi?, saya lupa"

"Nindy pak."

"Oh ya Nindy tolong kamu buatkan saya minuman, dan panggil Chintya untuk kemari. Saya ada perlu dengannya." Ucapnya yang masih menatap berkas-berkas itu.

"iya, baik pak."

Akhirnya aku bisa pergi dari ruangan itu. Aku langsung bergegas menuju dapur kantor untuk membuatkan minumannya pak Nicholas, tapi sebelum itu aku pergi menemui Chintya yang ternyata dia lagi enak-enakan duduk dan meneyeruput minumanya.

"Chintya?" Teriakku memanggilnya.

Chintya langsung kaget, dan berpura-pura seolah sedang sibuk.

"Eh Nindy, ada apa?"

"Kau dipanggil pak Nicholas."

"Ha? Baiklah aku akan segera kesana. Tapi kau mau kemana?"

"Membuatkan minuman untuk pak Nicholas."

Chintya mengerutkan kening, "kau OB?"

"Bukan, aku asisten pribadi nya."

"Apa?!! Pasti itu sangat merepotkan ya?" Ucapnya berbisik.

"Hm mungkin kedepannya akan seperti itu."

Chintya menganggukkan-anggukkan kepalanya, "kalo begitu biarkan aku saja yang membuatnya."

"Eh-eh tidak usah. Biar aku saja kalo begitu aku pergi dulu."

Aku langsung pergi dan kedapur untuk membuat minuman. Aku sejenak berpikir kenapa tiba-tiba Chintya ingin membuatkan kopi untuk pak Nicholas? Hm aku tidak tahu dan sudahlah aku tidak mau berpikir yang aneh-aneh.

Setalah selesai membuat minuman aku langsung beranjak menuju ruangan pak Nicholas. Aku tidak perlu takut akan suasana yang kembali canggung, karna pasti disana juga ada Chintya.

Tok! Tok!! Tok!!

Astagfirullah, aku bergumam kala melihat posisi Chintya dan pak Nicholas yang sangat dekat. Bahkan mereka tidak menyadari keberadaan ku. Ku taruh minuman dimeja pak Nicholas tanpa berucap apapun. setelah itu aku kembali duduk di sofa. Aku merasa tidak memiliki kerjaan apapun. Disini aku hanya diam melihat pak Nicholas dan Chintya yang sedang bercakap-cakap tentang pertemuan klien nanti.

Drtt-drttt-drttt


Aku menoleh kala ponsel ku bergetar, tanda ada orang yang menelfon ku. Aku ingin menjawabnya tapi ku lihat pak Nicholas menatapku tajam. Aku mengerti dan segera mematikan telfonku. Tapi sebelum itu aku melihat bahwa yang menelfon ku tadi adalah Abi. Aku jadi merasa tidak tenang, ada apa Abi menelfon ku? Apa di Indonesia ada masalah? Aku terus memikirkan itu, sampai ku tak menyadari, jika Chintya sudah keluar dari ruangan. Dan meninggalkan aku beserta pak Nicholas yang sepertinya sedang menatapku.

My Ruthles Bos (TERBIT)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن