2. 18, Jantung Gun

629 73 5
                                    

Masa dewasa terkesan datang tiba-tiba dalam kehidupan. Bisa saja tanpa terasa, umur sudah beranjak memasuki 18 tahun. Tanggung jawab dalam hidup bertambah, banyak hal yang akan dipikirkan demi masa depan kelak, segala permasalahan juga ikut berubah menjadi semakin rumit, tekanan batin pun mulai terasa. Namun selain perihal yang telah disebutkan barusan, ada sesuatu lain yang nantinya akan berdampak buruk ataupun baik bagi suatu individu.

Sistem Soulmate pada detak jantung akan bekerja ketika seorang insan telah berusia 18 tahun. Bagian tubuh vital itu mulai berdegup menyesuaikan Soulmate masing-masing. Segala kejadian seperti detak mendadak begitu cepat atau melambat karena terlalu kecapekan, akan dirasakan. 'Lelah' adalah kata yang dapat menggambarkan perasaan pada seseorang ketika baru mengalami hal tersebut. Namun wajar, mereka hanya belum terbiasa saja.

Gun mengalaminya, tepat di saat ia mengerjakan tugas di dalam kelas.

Ketika lelaki mungil itu sedang memikirkan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan hitung yang tertulis di bukunya, secara tiba-tiba helaan napasnya memberat. 5 detik awal masih tergolong normal, sesaat kemudian perasaan sesak seakan memasuki dirinya lewat indera penciuman—tersenggal-senggal. Gun meletakkan alat tulis lalu menundukkan kepala, tangan kanan berada di dada dan ia bisa merasakan bahwa jantungnya berdegup begitu kencang. Dalam heningnya suasana ruangan, ia berusaha menarik napas perlahan kemudian menghembuskannya.

Percuma saja, teman sebangku Gun telah menyadari gelagat anehnya. Perempuan bernama Ciize itu mengira bahwa lelaki mungil tersebut mengidap penyakit asma yang sedang kambuh, tapi Gun menggeleng karena memang ia tidak memiliki riwayat penyakit pernapasan dalam keluarganya. Ciize sempat menawarkan diri untuk menemani Gun pergi ke UKS, namun lelaki itu langsung menolak dan segera beranjak sendiri keluar dari kelas—meninggalkan teman sebangkunya yang terheran-heran dan juga khawatir akan kondisi sang teman.

Gun melangkahkan kaki terburu-buru menuju toilet dan langsung memasuki salah satu bilik, dia sangat bersyukur pada Tuhan karena di saat itu tidak ada seorang pun di sana. Ponsel di genggaman ia nyalakan kemudian dengan cepat membuka kontak dan menelpon seseorang yang dari dulu sudah sangat diandalkan olehnya. Dering pertama. Dering kedua. Dering ketiga baru tersambung. "Ha-Halo? Off?"

"Hei, maaf baru kuangkat, aku hampir saja terlambat menuju kelas berikutnya. Ada apa, G—apa yang terjadi dengan napasmu?" Suara Off mendadak terbesit kekhawatiran ketika mendengar helaan napas Gun yang berat pada speaker ponselnya.

"Aku tidak tahu. Tiba-tiba dadaku sesak dan detak jantungku berdegup cepat sekali."

". . . Kau umur berapa sekarang? Delapan belas ya?"

Gun mengangguk lalu tersadar bahwa Off tak bisa melihat responnya. "Iya..."

"Ah, kalau begitu selamat."

"Selamat?"

"Aku sembilan puluh sembilan persen yakin bahwa sistem Soulmate pertama pada tubuhmu sudah aktif."

". . . Jadi ini detak jantung Soulmateku?"

"Yup, kau benar. Selamat ya, Gun. Aku tidak sabar mengetahui seperti apa wajah pasanganmu nanti,"

"Oh Gun, maaf aku harus menutup panggilannya sekarang. Dosenku sudah masuk ke dalam ruangan. Sampai nanti, adik kecil!"

"Aku bukan anak ke—"

Sambungan telepon telah terputus sepihak. Gun menatap layar ponsel dengan wajah cemberut andalannya, panggilan masa kecil itu masih saja Off pakai walaupun ia sudah menginjak umur menuju dewasa. Lelaki mungil tersebut kemudian menghela napas, dada tak lagi merasa sesak dan dengan perasaan lega ia bisa kembali menghirup oksigen yang ada dengan normal. Jantung sudah berdetak seperti semula, perlahan melambat. "Selamat datang pada masa pendewasaan, Gun Atthaphan..." gumam Gun pada kehampaan udara di sekitarnya.

IN THE EYE OF A HEARTBEAT • offgun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang