BAB 9 ~ Helm Valentino Rossi

380 145 84
                                    

Hai sebelumnya maaf kelewat satu hari, gara-gara maratin ngedrakor jadinya lupa hari wkwkw.

Kalian suka Darama Korea?

Drama Thailand dan sejenisnya?

Atau suka drama dengan kehiduan sendiri whahah, bercanda.

~Selamat membaca~

Selesai membantu Merry dan Astrid membersihkan kelas, akhirnya gue bisa bernapas lega. Duduk di kursi untuk meregangkan otot gue yang sudah bekerja keras. Piket kelas aja gue sering kabur, ini bisa-bisanya gue malah beresin kelas orang. Emang bangke si MR RM! Inget ya, kalau gue udah tahu siapa lo, gue masukin ke kandang cabe-cabean!

"Merr lo pulang sama dia kan?" tanya Astrid mengambil tasnya di atas meja.

"Harusnya sih," jawab Merry sebari meneguk air mineralnya.

"Ya harus lah! Nggak lihat ini kelas kinclongnya udah kayak cewek habis maskeran?"

"Idih nge gas."

"Ya udah gue duluan ya, hati-hati Merr pulangnya." Astrid cepika-cepiki dengan Merry untuk perpisahan, kalau gue yang cipika-cipiki sama Gint bisa heboh satu sekolah—jijik juga sih gue bayanginnya. Gue ikutan merem sambil memberikan pipi yang enak buat cipika-cipiki.

"Idih lo ngapain?" tanya Astrid.

"Kirain lo mau cipika-cipiki juga sama gue."

Astrid memutar kedua bola matanya jutek, ya namanya juga usaha. Sebagai jomblo yang haus akan belaian kan nggak ada salahnya mencoba peruntungan.

"Mimpi!" ketusnya lalu pamit untuk pulang duluan, katanya jemputannya udah nungguin. Enak banget hidup mereka ke sekolah aja antar jemput, lah gue harus macet-macetan pake motor.

"Yuk keburu hujan," ajak Merry.

Gue membuka tas dan mengambil dua tiket yang sudah dibeli MR RM untuk kami berdua. Sejujurnya gue malu dan nggak mau buat nawarin. Gimana bisa cewek yang sering buat gue risih selama di sekolah harus duduk berdekatan untuk menonton layaknya anak muda pacaran? Gila aja.

"Kemarin gue dapet tiket nonton hadiah give away, mau nemein nonton nggak?" gue memberanikan diri memberikan tawaran itu.

"Oh udah berani sekarang? Bukan cuman nganterin pulang, tapi ngajak nonton?" cibir Merry dengan wajah ngeselin yang pengen gue timpuk penggaris kayu.

"Ya cuman nawarin aja sih, kan sayang juga hadiah give awaynya nggak kepake."

"Alasan, kenapa ngajak gue? Nggak ngajak temen lo aja?"

"Tiketnya cuman dua, terus gue kapok nonton film berdua sama cowok. Sepanjang jalan keluar dari studio gue berasa jadi artis, dilihatin mulu. Padahal apa yang aneh coba? Cewek berduaan main ke mall biasa aja kayaknya."

"Ya ... gimana ya hahah. Aneh sih lo!" Merry malah tertawa setelah mendengarkan cerita pengalaman pahit menonton film berdua dengan Giant saat itu. Mana filmnya ganre romance lagi, kelar nonton gue kayak penjahat jadi pusat perhatian sama si Giant.

"Ya makanya, tapi kalau nggak mau ya gue kasih aja lah sama Mang Tono."

"Dia siapa?"

"Itu ada satpam deket rumah gue, kan lumayan bisa dipake alat modusin Mbak Surti ART sebelah."

"Idih aneh."

"Lah aneh apaan sih."

"Cepetan ah keburu hujan." Merry mengambil tasnya lalu berjalan ke luar kelas.

Gue berlari kecil berusaha menyusulnya yang sudah jalan duluan "Jadi gimana?" Gue belum mendapatkan jawaban pasti dari dia, mau nggak nonton sama gue. Semoga nggak mau lah, karena gue nggak bisa bayangin nanti secanggung apa gue sama dia pas nonton.

Pengabdi JombloWhere stories live. Discover now