4. Rose

599 73 8
                                    

Tetaplah indah seperti ; mawar-Jung Jaehyun
.
.
.
Entah apa yang membuat tubuhnya sedingin es, mengingat cuaca saat ini sangatlah panas.

Tangan halus yang biasa digunakan untuk merangkai bunga itu kini terlihat bergetar. Begitupun pupil matanya yang memperlihatkan raut ketakutannya.

"eom..ma." Jessica tersenyum mendengar putranya memanggilnya dengan suara yang bergetar.
Setidaknya ia tau jika Jaehyun masih memiliki ketakutan terhadap dirinya.

Jessica membelai wajah Jaehyun dan berhenti pada dagu. Membuat Si pemilik mendongak. "tatap eomma Jaehyun-ie."
Jaehyun membuka kedua matanya, membuat sepasang mata gelap itu bertemu dengan mata tajam di depannya.

"kau akan melenyapkan Lee Taeyong secepatnya bukan?" 1 pertanyaan terlontar dari mulut Jessica itu membuat Jaehyun terdiam, dan sebulir air mata yang berhasil keluar membuat pipi putih Jaehyun basah.

"katakan kau akan segera melenyapkannya Jaehyun!" teriakan Jessica yang memekakkan telinga itu sontak membuat tubuh Jaehyun sedikit berjengkit dan air mata yang mengalir pun semakin deras saja.

"aku tidak bisa, eomma."
"aku, mencintai Taeyong hyung." Lanjut Jaehyun yang semakin membuat Jessica geram.

"bukankah kau sudah berjanji untuk melenyapkannya Jae?" Jaehyun menunduk-sungguh saat ini ia tidak berani menatap mata wanita di depannya ini.

Memang ia sudah berjanji untuk melenyapkan Taeyong-orang yang sudah membunuh appa nya. Tapi, rasa itu tumbuh tanpa ia sendiri yang meminta.

***

"John. Kurasa, Appa Seo menyimpan suatu rahasia yang hanya diketahui olehnya saja."

"apa yang membuatmu seyakin itu Lee?" Johnny memutar kursinya, membuatnya kini berhadapan dengan Taeyong yang memegang beberapa lembar kertas.

Ruangan yang terletak di lantai teratas gedung dengan 20 lantai itu menjadi satu-satunya ruangan yang memiliki aura dingin meskipun penghangan ruangan sudah dalam mode on.

"kau lihat saja sendiri." Taeyong melempar beberapa lembar kertas yang ia bawa ke meja di depannya.

Johnny meraih kertas yang diberikan-*ralat, dilemparkan oleh Taeyong dan membacanya dengan seksama.

Kerutan mulai muncul di dahi mulusnya.

"ini, hasil otopsi?" Taeyong mengangguk.

"ya. Dan aku baru menerimanya pagi ini. Di sana, dengan jelas penyebab kematian appa Seo disebabkan oleh tembakan di kepala. Tapi coba kau lihat dengan teliti di bagian leher appa Seo. Terlihat tanda kemerahan yang disebabkan oleh cekikkan."

"lalu?"

"ada yang aneh." Ucapan Taeyong membuat Johnny semakin mengerutkan dahinya.

"team otopsi tidak memberikan penjelasan apapun mengenai tanda kemerahan di leher appa Seo. Seperti seseorang sengaja menutupi dengan jelas perkara tanda merah itu karena suatu alasan tertentu. Karena setibanya aku di Rumah sakit, hanya mayat mereka yang aku temukan. Kurasa Si pembunuh itu tau aku akan datang ke Rumah sakit setelah menerima laporan hasil otopsi."

"sebentar Lee. Maksudmu, sebelum ia membunuh appa, ia mencekik appa untuk mendapat sesuatu yang ia inginkan, dan karena tidak kunjung mendapat apa yang ia inginkan, ia membunuh appa dengan pistolnya begitu?" Taeyong mengangguk.

Sebelum ia menjelaskan pendapatnya, Johnny sudah mengerti apa yang akan ia katakan. Tidak heran banyak orang menyebut Si Johnny ini memiliki ke pekaan tingi dan otak yang genius.

"apa ada lagi yang appa sembunyikan selain itu, appa?" ucap Johnny dalam hati.

"maafkan aku Johnny, tapi sebaiknya kau tidak perlu mengetahui sesuatu yang lebih dari ini."-Taeyong.

***

Kringg~

"selamat dat-eoh? Johnny hyung? Taeyong hyung? Ada apa huh?"

Johnny tersenyum begitu melihat wajah Jaehyun-yang sangat ia rindukan. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali ia bertemu dengan pemuda berdimple itu. Meskipun kenyataannya baru 2 hari ia tidak bertemu dengan Jaehyun.

"hanya mampir. Apa merepotkan?" Jaehyun menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Johnny.

"aku merindukanmu." Jaehyun mengerjabkan matanya begitu mendengar pernyataan Taeyong.

"aku juga merindakanmu, Taeyong hyung."
Johnny menatap tidak suka kepada Taeyong yang blak-blakan menyatakan 'rindu' pada florist berdimple yang sudah menyita pikirannya.

"kalian terlihat sangat dekat sekali. Seperti sepasang kekasih saja. Haha~membuatku cemburu saja." Taeyong menatap datar Johnny, "aku harap juga begitu John, tapi kulihat kau juga menyukainya. Apakah kita harus bersaing untuk ini?"

"itu karena aku dan Jaehyun sudah saling mengenal jauh sebelum kau mengenalnya." Taeyong mengusak surai lembut berwarna coklat milik Jaehyun. Membuat si empunya berusaha menahan euphoria di dalam dirinya. Namun, tubuh Jaehyun itu sangatlah jujur. Terbukti dari telinganya yang saat ini sudah memerah.

Johnny memicingkan matanya tidak suka. Ia tau dengan jelas, perhatian yang diberikan Taeyong ini bukan layaknya perhatian seorang sahabat, namun lebih dari itu.

"Hmm, karena ada Taeyong di sini. Sekalian saja. Jaehyun," Johnny berlutut di depan Jaehyun dengan setangkai bunga mawar merah di tangannya, "would you be my boyfriend?"
.
.
.
Tbc



Jan lupa vomment nya yohooo^^

See you next chapter, sun~

Florist || Johnny X JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang