41. Menyesal

183 14 0
                                    

Happy reading 💜
.
.
"Penyesalan itu selalu datang belakangan kalau di awal itu pendaftaran"
.
.


Devan berjalan masuk menuju markas Vigos, bisa terdengar dari luar keributan di dalam. Devan memang sengaja kesini atas permintaan Geri karena hari ini adalah hari ulang tahun Marsel jadi sudah bisa di pastikan Geri akan meminta traktiran besar besaran kepada Marsel.

"Akhirnya paketu gue datang, ayok sini duduk van kita makan besar dulu" ucap Geri heboh.

Di tengah ruangan ini sudah ada dua meja besar yang terisi berbagai macam makanan dan minuman tentu saja tidak ada minuman keras, narkoba dan semacamnya karna Devan melarang keras anggota Vigos mengkonsumsi barang haram tersebut.

"Gimana dompet lo?" tanya Devan kepada Marsel sambil duduk.

"Nggak usah lo tanya pasti lo tau kondisi nya kayak gimana sekarang" ucap Marsel.

Devan hanya terkekeh kecil, memang Geri paling ahli dalam memeras dompet anak anak Vigos, apalagi kalau ada yang ulang tahun atau jadian dengan gebetan mereka, sudah di pastikan dia yang paling pertama untuk maju minta traktiran.

"Makan lah van" ucap Arya dengan mulut penuh dengan pizza.

"Telan dulu woi pizza lo, muncrat nih" kesal Eric.

"Sirik ae lo kutu kuda" ucap Arya juga kesal.

Devan juga mulai ikut makan, kan sayang udah di beliin makanan segini banyak kagak di makan. Lumayan lah menghemat ongkos makan nya, daripada mama nya mengomel lagi kan kalau Devan pulang hanya ketika ingin makan.


"Makan yang banyak van, hari ini Marsel baik banget" teriak Geri.

"Baik mata lo, gara gara bibir lo yang lemes itu anak anak pada tau gue ulang tahun terus ikut ikutan minta traktiran" ucap Marsel kesal.

"Sekali kali sel, orang pelit kuburan nya sempit loh" Geri hanya cengengesan mendapat tatapan tajam dari Marsel.

Devan menggeleng pelan, memang teman teman nya adalah mood booster paling tepat disaat dia gelisah seperti sekarang.

"Ohh iya van, gue mau ngasih tau sesuatu sama lo" ucap Marsel tiba tiba.

"Apaan?" tanya Devan.

"Gue denger nih yah kalau Black Dead berhasil ngebongkar siapa pelaku di balik peneroran Vhiraa, kata nya sih dalanb di balik semua itu ayah nya Maura" jelas Marsel.

"Lo tau darimana?" tanya Devan.

"Kemarin si Vano yang cerita katanya dia tau dari temen nya yang masuk anggota Black Dead" jawab Marsel.

"Terus anak anak Black Dead rau darimana kalau ayah nya Maura pelaku nya?" tanya Devan lagi.

"Mereka ngebongkar cctv di rumah Vhiraa, dan yang ngelakuin teror itu orang suruhan ayah nya Maura" jawab Marsel.

Devan hanya diam bingung memikirkan masalah yang semakin rumit ini, di tambah hatinya mulai ada perasaan menyesal karna sudah memutuskan Vhiraa secara sepihak, terbukti dengan masih ada nya rasa cemburu yang di alami Devan ketika melihat kedekatan Vhiraa dengan cowok lain saat pulang sekolah kemarin.






*****





Devan memandangi rumah di depan nya, menarik nafas nya berat kemudian turun dari motor.

Devan mengetuk pintu rumah tersebut berharap orang yang sedang dia cari ada di rumah.

"Devan" ucap Vhiraa kaget saat membuka pintu.

"Engh gue boleh ngomong bentar nggak sama lo vhir" ucap Devan sedikit memohon.

"Gue lagi sibuk, lain kali aja yah" Vhiraa hampir menutup pintu tapi di tahan oleh Devan.

"Plis vhir, bentar aja" ucap Devan memohon lagi.

Vhiraa menghembuskan nafas nya pasrah sambil membukakan pintu mempersilahkan Devan masuk.

"To the point aja" ucap Vhiraa saat sudah duduk berhadapan dengan Devan.

"Gue nyesel" dua kata yang Devan ucapkan dengan nada sendu sambil menundukkan kepala nya.

"Telat van" jawab Vhiraa seadanya.

"Apa nggak ada kesempatan lagi buat gue vhir??" tanya Devan.

"Gue udah ikhlas sama keputusan lo untuk sudahi hubungan kita, gue juga masih ingat lo mutusin gue sepihak dan hari ini lo datang welcome buat ngajak gue balikan? Gue punya hati van, jangan seenak nya lo datang dan pergi tanpa pikir perasaan gue" ucap Vhiraa mulai emosi.

"Gue minta maaf vhir" ucap Devan sambil menunduk.

"Gue udah maafin lo, sekarang silahkan keluar dari rumah gue"

"Plis vhir kasih gue kesempatan sekali lagi"

"Kesempatan apa? Kesempatan buat nyakitin gue lagi van? Apa pernah lo pikir gimana rasanya jadi gue, di nomer dua kan sama sahabat brengsek lo itu yang ternyata ayah nya adalah dalang di balik teror gue, dan disaat gue butuh penopang karna mama pergi untuk selamanya lo bahkan nggak hadir sebagai penopang, lo hadir sebagai orang yang menyempurnakan keterpurukan gue, lalu kesempatan apa yang harus gue kasih?" mata Vhiraa mulai berkaca kaca tanda dia sudah tak kuat lagi.

"Sebelum gue makin muak liat muka lo, mending lo pergi dari sini sekarang juga" ucap Vhiraa penuh penekanan.

"Maaf vhir" ucap Devan kemudian melangkah keluar dari rumah Vhiraa dan pergi.

Vhiraa terduduk di sofa sambil meneteskan air mata nya, lelah dengan semua orang yang berhasil membuatnya terpuruk.

"Kenapa hidup gue harus semiris ini? Tuhan ajarkan Vhiraa cara bersyukur di situasi yang menyakitkan seperti sekarang" ucap Vhiraa sambil menutup mata nya yang sudah basah.






*****






"Gimana van?" tanya Marsel yang melihat Devan datang dengan wajah lesu nya.

"Nggak ada harapan" jawab Devan.

"Lo yang sabar, Vhiraa masih syok sama semua kejadian yang menimpa dia, intinya jangan nyerah untuk dapatin Vhiraa lagi kalau emang lo bener bener cinta sama dia" ucap Marsel memberi semangat.

Devan hanya mengangguk anggukan kepala nya, mungkin dia akan mencoba nya lain kali lagi. Benar kata orang orang penyesalan itu selalu datang belakangan, coba kalau datang di depan mungkin Devan masih menggenggam tangan Vhiraa saat ini.


















Tbc....
Salam hangat, el. 💜

For My Devan Where stories live. Discover now