37. Debat di Motor

101 13 0
                                    

Yieeey selesai revisi. Next, new part. InsyaaAllah besok  🙃

Happy reading deh

***

Raga hanya bisa menghela napas pasrah. Kasihan juga melihat itik yang jauh dari induknya. Mana kakinya luka, lagi.

Dengan terpaksa dan berharap tindakannya ini mendatangkan pahala sebanyak-banyaknya, Raga akhirnya naik ke motornya dengan Vita duduk manis diboncengan.

Selama 10 menit mereka tidak ada yang berbicara. Dibiarkan saja suara kendaraan yang saling sahut-sahutan.

Vita yang sebenarnya masih menaruh benci pada Raga tidak berniat sama sekali untuk memulai pembicaraan. Sedangkan Raga hanya merasa tidak ada yang perlu dibicarakan di antara mereka. Toh, mereka sudah bukan siapa-siapa lagi sejak empat tahun yang lalu.

Pada menit ke 15, Vita yang duluan bersuara. Bukan obrolan, melainkan seruan.

“Eeh, jangan belok! Terus aja,” suruh Vita saat menyadari Raga akan berbelok ke kiri, di mana jalan menuju rumahnya.

“Hah?” heran Raga yang tidak mengindahkan seruan Vita. Tidak lucu kan kalau weser ke kiri, tapi dia terus? Dia bukan emak-emak raja motor lho.

“Berhenti, Ga.” Vita memukul-mukul punggung Raga. Tenang, kali ini Vita tidak memakai seluruh kekuatannya. Lagi pula, dia masih sayang nyawanya sendiri. Ya, NYAWANYA SENDIRI. Bodo amat dengan nyawanya Raga. Namun sayang, mereka sedang di motor yang sama.

Seketika, Raga mengerem mendadak. Untung jalanan sepi. Kalau tidak, bisa-bisa motornya diseruduk banteng, eh motor dari belakang.

“Lo pindah rumah?” tebak Raga. Dia mana tahu, karena sudah lama dia tidak ke rumah Vita. Terkahir, empat tahun lalu.

“Iya,” ketus Vita.

“Ke mana?” Raga mengerutkan dahinya seraya menoleh ke belakang sehingga wajah kusut Vita terlihat jelas.

“Gak usah tau. Pokoknya gue udah pindah. Dan sekarang gue mau pulang ke rumah Tante Tania aja.”

“Kenapa gak ke rumah lo?”

“Cerewet amat sih? Tinggal antar aja, kok ribet!” Vita yang sudah kesal, menjadi semakin kesal.

“Ke rumah tante Tania yang mana?” tanya Raga yang sudah pasrah.

“Rumahnya sama suaminya lah. Kan dia udah berkeluarga sekarang.”

“Yakin mau ke sana?” Raga memutar sedikit badannya agar bisa melihat wajah Vita terlihat jelas.

Vita menaikkan alisnya. “Apaan sih pertanyaan lo? Kalo gak mau anter ya udah. Gue naik ojek aja.” Turun dari motor, Vita hendak mengambil tasnya yang ada di kaki Raga. Namun, Raga menahan tangan Vita, membuat cewek itu memelotot tajam.

Pelototan itu berbanding terbalik dengan tatapan Raga. Melihat wajah Raga sedekat ini, membuat gelenyar aneh mengaliri hati Vita.

‘Sial! Please, hati, jangan deg-degan. Orang di depan lo ini adalah musuh lo. Ingat, dia udah ngutuk lo jadi jomlo. Dia ini bangsat. Ingat, hati.’ Doa-doa seperti itu terus terucap dalam hati Vita agar tidak jatuh pada pesona mantan pacar tak indahnya itu.

***

Question: Apakah di lubuk hati terdalam Vita masih menyukai Raga?
A. Ya
B. Tidak
C. Jawaban lainnya

Kutukan JomloWhere stories live. Discover now