CHAPTER II

2.1K 323 59
                                    

Membereskan kamar sudah, membersihkan kerak-kerak yang menempel pada dinding kamar mandi sudah, menata beberapa furnitur juga sudah. Cukup menguras tenaga yang lumayan banyak mengingat segala hal itu dilakukannya sendiri. Padahal ukuran unit miliknya tidak begitu besar. Hanya tersedia kamar tidur dengan kasur dan meja belajar, kamar mandi dengan shower dan kloset, dapur dan ruang tengah yang tidak begitu besar. Tapi ya kalau semuanya dilakukan sendiri tentu akan melelahkan bukan ?

Kain serta sapu yang sedari tadi di genggamnya ia letakkan asal, tubuhnya meminta untuk di istirahatkan sejenak. Nafasnya ia atur sedemikian rupa setelah menidurkan dirinya pada sofa. Entah bagaimana pikirannya berkelana pada momen kelabu yang baru saja ia alami dengan tetangga barunya. Ada ya wujud rupa makhluk hidup seperti itu pikirnya.

Tak mau berlanjut bergelut dengan pikirannya lebih baik ia pergi keluar untuk menenangkan otaknya. Minimarket bukanlah pilihan yang buruk sekaligus membeli kebutuhan asupan nya sekedar untuk sarapan. Yaa setidaknya ia tidak memikirkan mengenai tetangganya yang malah mengacu emosi, toh suatu saat pasti mereka akan saling membutuhkan bantuan.

Tapi jika di ingat ia merasa seperti ada sesuatu pada tetangganya itu tapi ya sudahlah hanya angin lalu.




ꉣ.ꂦ.ꌚ.ꋖ.ꈼ.ꌅ.ꂑ.ꋖ.ꐞ

Bersyukurnya Renjun kepada pamannya karena telah memilihkan apartement yang cukup strategis. Tidak jauh dari apartement nya sudah terdapat beberapa kedai dan toserba maupun minimarket. Mungkin saat kembali ke kampung halaman ia terlihat lebih subur dari sebelumnya.

Kala petang hari itu udaranya cukup dingin hingga mengharuskan dirinya memakai mantel yang cukup tebal juga. Tidak banyak orang yang keluar lebih memilih mendekap didalam rumah.

Pintu minimarket berdenting menandakan dirinya datang sebagai pengunjung. Suasana nya pun tak jauh berbeda dengan lingkungan diluar, hanya segelintir orang yang berkunjung. Ia pun membawa dirinya menuju rak-rak menu sarapan seperti roti maupun sereal.

"Nutella apa Ovomaltine ya ? Hmm... Aha ! Ini saja lihatlah diskon nya ! Kalau begini kan aku bisa berhemat ! Quantity over Quality-"

Tepat saat berbalik wajahnya berpapasan dengan punggung seseorang sampai barang belanjaan orang tersebut jatuh dalam kondisi mengenaskan. Renjun sebagai pelaku pun seketika dibanjiri oleh keringat dingin dan jangan lupakan detak jantung yang berdetak lebih dari biasanya. Karena sosok yang ditabrak nya cukup seram. Jaket kulit, surai hitam legam dan jangan lupakan tatapan intimidasinya. Ya lebih bisa dipanggil preman mungkin.

"A-ano. Ma-Maaf tuan, saya tidak sengaja. S-Saya mohon maaf. Bagaimana kalau saya yang bayar atas kekacauan ini dan menggantikan belanjaan tuan juga ? Sebagai tanda permohonan maaf ?" lirihnya yang tentu bertolak belakang dengan batinnya yang akan menangisi nasib dompetnya.

"Saya tidak apa-apa" ujar pria itu dengan datar tetapi dapat membuat pemuda Huang itu tremor.

"S-saya akan gggaannti Tu-tu-an. Saya berjanjiii"

"Tidak usah. Saya tidak-"

"SAYA MOHON JANGAN BUNUH SAYA TUAN !!! SAYA MASIH INGIN MELIHAT CHENLE MEMPUNYAI PACAR !!!!"

Baik pengunjung sampai karyawan di minimarket itu mengalihkan atensi nya pada mereka berdua hingga menjadikannya pusat perhatian. Bagaimana tidak dengan posisi Renjun yang bersujud memohon ampun pada pria itu seolah pria tersebut sangatlah keji dan bengis.

"Kau ingin aku maafkan ?" ujar pria itu masih datar walaupun ia mendengar bisik bisik sayup pengunjung.

"Iya, tentu tuan ! Saya akan bayar apapun yang tuan inginkan !"

𝐏𝐎𝐒𝐓𝐄𝐑𝐈𝐓𝐘Where stories live. Discover now