CHAPTER III

1.7K 295 23
                                    

Nafasnya kembali terengah engah akibat berlari terbirit birit untuk kembali kerumahnya.

"Apa aku punya masalah kejiwaan ? Tapi aku yakin aku berbicara dengannya dan dia ada !"

Ya, Renjun masih memikirkan sosok Minhyung yang berbicara dengannya tetapi kemudian hilang dalam sekejap. Bahkan bisa dibilang tidak normal untuk manusia biasa. Setidaknya langkah ketika ia pergi akan terdengar. Ia terus menanyakan mengenai kewarasannya.

Disisi lain tiba tiba ia jadi teringat perlakuan 'ANEH' pria itu padanya yang membuat ia salah tingkah. Entah kenapa ia hal itu selalu teringat ketika ia berusaha menampiknya. Semburat merah serta rasa hangat menjalar disekujur tubuhnya. Padahal jujur saja mereka sama sama orang asing yang baru pertama kali bertemu. Tetapi muncul perasaan aneh di suatu sisi hatinya.

Langit sudah mulai gelap. Kondisi yang tadinya sepi semakin sepi. Aneh, padahal ia tidak lama menghabiskan waktu diluar. Bahkan tidak sampai 10 menit. Ditambah perjalanan pulang ke apartemennya terasa lebih lama pikirnya.

Ada sesuatu yang tidak beres.

Sugesti nya semakin diperkuat saat sosok misterius berjalan dibelakangnya. Apakah sosok itu sedari tadi mengikutinya pikir Renjun.

"Terkutuklah kau kaki kecilku" akibat kakinya yang terlalu kecil membuat dirinya susah mengambil langkah cepat. Semakin ia mempercepat langkah nya sosok itupun juga semakin mengambil langkah lebar dan jauh lebih cepat darinya. "Oh Tuhan kenapa aku harus bertemu orang orang aneh !?".

Naas kakinya tersandung tas belanjaannya sendiri membuat ia kehilangan keseimbangan dan jatuh. Renjun terus merintih kesakitan, melupakan fakta mengenai kehadiran sosok misterius yang mengejarnya.

"Agh-" sosok itu menarik kerah baju Renjun sampai kaki mungil Renjun tak menapak pada tanah. Takut tentu adalah hal yang dapat mendeskripsikan kondisi Renjun saat ini. Ia lebih baik beurusan dengan Minhyung yang tidak ada apa apanya dibanding sosok didepannya ini. Seolah dunia gelap gulita. Hanya pancaran dari netra sosok dalam bayangan itu yang menyala diantara kegelapan. Badan kokoh jauh lebih besar dari Minhyung. Sosok misterius itu benar benar tidak bohong seramnya.

"Agh-lepas-hhhgg-akh"

Rintihan dan berontakan Renjun tak digubrisnya. Sosok itu masih menatap Renjun dalam dalam. Gelapnya kawasan itu menyulitkan Renjun untuk menguak identitas dari sosok itu. Mereka dalam posisi yang sama dalam waktu yang cukup lama. Sampai sosok menyeramkan itu mendekatkan wajahnha hingga bisa merasakan nafas mereka satu sama lain.

"Ah disitu kau rupanya. Ayo, paman sudah menunggu !"

Badan mungil itu dalam sepersekian detik sudah berpindah tangan kepada pria yang sempat menjadi bahan pikirannya tadi siang. Seolah lupa akan masalah tadi siang, pria ini menjadi sok akrab dengan Renjun dengan tiba tiba mengajak nya masuk ke apartement. Tak memperdulikan Renjun yang kesulitan menyamai langkahnya karena demi apapun ia mencengkram lengannya dengan keras dan menyeretnya dengan terburu buru. Sang objek penyeretan hanya bisa merintih dan ia masih bisa melihat netra yang menyala itu dalam kegelapan.

Mereka dengan cepat beranjak masuk ke lift. Sesaat setelah pintu lift tertutup pria tadi terengah, nafasnya tidak terkontrol, keringat mengucur deras sampai badannya sempat akan jatuh jika Renjun tidak membantu membopongnya.

"Ada apa ? Kenapa kau seperti ini ?" tanya Renjun tetapi tak digubris oleh pria itu. Ia masih terus fokus mengontrol nafasnya.

"Itu tadi makhluk apa ? Jelaskan padaku !"

"Aku tidak bisa jelaskan sekarang. Dan kau jangan keluar ketika malam akan tiba"

"Kenapa ? Apa ada kaitannya dengan makhluk itu ?"

"Jangan. Intinya jangan !"

"Kenapa ? Ini hak ku untuk mengetahui lebih jelas itu makhluk apa ? Kenapa bisa membahayakan ku ?"

"Kau ini keras kepala"

"Aku tidak akan keras kepala jika kau memberikan alasannya"

Tepat saat akan menjelaskan pintu lift terbuka pria itu malah berlari meninggalkan Renjun dan tidak menggubris pertanyaan dari Renjun.

"YA ! KAU BELUM MENJAWAB PERTANYAANKU !"

"Sssttt !!! Berisik sekali ! Kau akan membangunkan yang lain !"

"What ?! Ini baru saja mal-"

"Aku tidak tahu itu makhluk apa dan kau jangan lagi diluar saat petang hingga larut malam. Terima kasih"

"Tap-" Pertanyaan Renjun terpotong bersamaan pria tadi memasuki kamarnya dan menguncinya. "Aish. O-ohya setidaknya ia memberi tahu namanya. Ck"

Suasana apartement yang sepi membuat bulu kuduk Renjun berdiri sehingga ia memutuskan untuk memasuki apartement nya juga. Dengan sergap ia menutup tirai, mengunci pintu dan menutup segala sesuatu yang dapat membuat ia terlihat dari luar. Bagaimanapun ia masih belum mendapatkan jawaban atas makhluk mengerikan tadi. Awal yang malang pikirnya.



"BARANG BELANJA KU !!!!!!!!!!!!!"




ꉣ.ꂦ.ꌚ.ꋖ.ꈼ.ꌅ.ꂑ.ꋖ.ꐞ




 

Dua pemuda bersurai hitam legam dan balutan pakaian serba hitam memasuki pekarangan bangunan mewah didominasi warna logam dengan corak nuansa eropa yang kental. Begitu pun halaman taman yang membentang luas, lebih luas dari padang rumput.

Langkah mereka terus berlanjut sampai pada pintu utama bangunan mewah itu.

"Fa-Father"

Keduanya langsung bertekuk lutut pada sesosok pria didepan mereka yang kulitnya tak kalah pucat dari mereka.

"Jadi ?" tanya nya dengan nada datar nan dingin.

"We've found him"

"Dan kalian tau apa yang harus kalian lakukan ?"

"Yes"

Netra hazelnya bertranformasi menjadi hijau dan menyala.








ꉣ.ꂦ.ꌚ.ꋖ.ꈼ.ꌅ.ꂑ.ꋖ.ꐞ







"Aku sudah menemukan koordinatnya"

"Kau yakin itu dia ?"

"Pheromonesnya cukup kuat"

"Dan kau tau apa yang harus dilakukan ?"

"Ya"

"Perlukah ku kerahkan saudara saudara mu ?"

"Tidak. Cukup Donghyuck saja. Aku bisa mengandalkannya"

"Jika itu mau mu. Jalankan mulai besok !"

"Baik...

...Ayah"


TBC.

𝐏𝐎𝐒𝐓𝐄𝐑𝐈𝐓𝐘Where stories live. Discover now