14

44.2K 6.6K 2.4K
                                    


"Arrghh sial" Erang Mark seraya menendang selimutnya asal. Dia acak rambutnya kasar lalu menghela napas dalam, berusaha meluapkan rasa kesal akan kebodohannya sendiri.

Mark frustasi, pemuda tampan itu benar-benar frustasi.

"Buktikan padaku.."

Mark kembali mengerang frustasi kala ucapan Yeri kembali terlintas. Mark ingin membuktikan, akan dia buktikan pada gadis itu! Tapi masalahnya, apa yang harus dia buktikan!!! Mark bingung!

Bodoh... Harusnya kemarin dia bertanya pada gadis itu dulu pembuktian apa yang harus dia lakukan.. Dari kata 'Buktikan' saja konteksnya begitu luas, jadi gadis itu meminta pembuktian dalam hal apa??

Dalam hal akademisi kah?
Mark menggeleng, semoga bukan!
Karena pemuda tampan itu termasuk dalam golongan murid dengan nilai biasa saja, pintar tidak tapi bodoh pun bukan. Apalagi Mark sama sekali tak suka belajar.

Lalu kekuatan?
Mark mendesah pasrah, masalahnya untuk mengitari satu kali lapangan saja dia malas apalagi harus berlatih menjadi kuat. Ugh, membayangkan harus mengangkat beban saja sudah membuat tubuhnya melebur menjadi satu dengan kasur.

Apa mungkin dalam hal berkelahi? Melindungi Haechan sudah pasti harus jago berkelahi bukan?

Mark kembali mengerang, ini masalah terbesarnya. Pemuda tampan itu sama sekali tak bisa berkelahi! Jangankan berhasil memukul lawan, berdebat dengan anak kecil saja dia kalah! Apalagi harus baku hantam dengan pemuda lain, sudah dipastikan dia pasti kalah dengan tidak elit.

Katakanlah Mark pengecut.. Itu benar, dia tak akan menyangkal. Pemuda tampan itu memang seorang pengecut bodoh yang sialnya tak bisa menyerah untuk Haechan.

Kadang Mark bingung, kenapa dia berusaha begitu keras melakukan semua ini hanya untuk Haechan, yang notabene orang yang selalu mengacungkan pisau padanya. Dia pasti sudah gila..

"Benar, sepertinya aku sudah gila" Gumamnya dengan senyum tipis, dia raih selimutnya lalu mengangkat bahu acuh. "Tak apa, gila untuk Haechan terasa menyenangkan~" Kekehnya dan bersiap tidur namun terhenti kala terdengar suara pintu terbuka.

Mark berpaling, terkejut melihat sosok Haechan yang tengah berjalan masuk. "Haechan? Kukira malam ini kau pulang kerumahmu"

Mark menyerengit kala tak mendapat respon dari si manis. "Haechan?" Bingungnya saat Haechan berdiri dengan wajah tertunduk didepannya, dapat Mark lihat pandang mata si manis yang tak lepas dari tangannya.

"Maaf.." Lirih Haechan tanpa mengalihkan pandangannya, membuat segaris senyum tercetak diwajah tampan Mark.

"Hm, ku maafkan" Balas Mark lembut, membuat Haechan mendongak menatap ragu si tampan yang mana membuat senyum Mark semakin lebar.

"Aku memaafkan mu... lagipula ini hanya luka kecil" Lanjut Mark seraya mengangkat perban ditangannya. "Jadi jangan dipikirkan.." Akhirnya dengan sebuah senyum tipis.

Mark menghela napas kala Haechan tetap terdiam ragu, pemuda manis ini sepertinya merasa sangat bersalah akan lukanya. "Boleh ku genggam tanganmu?" Izin Mark dan dijawab anggukan pelan Haechan.

Mark raih kedua tangan Haechan perlahan, menggenggamnya lembut dan kembali tersenyum. "Kau sudah berjuang dengan keras hari ini.. Terima kasih.." Ucapnya lembut tanpa melunturkan senyum dari wajah tampannya.

Dan Haechan tertegun akan hal itu, ia tatap kedua mata yang tengah menatapnya lembut itu dan tersenyum samar. "Kau sungguh sudah memaafkan ku?"

"Hmm!" Angguk Mark mantap, meyakinkan si manis luka ditangannya ini bukanlah apa-apa, karena jika itu untuk Haechan Mark sanggup menahan luka yang lebih dari ini. Ya, Mark sudah segila itu untuk 'Cinta'.

Sour Candy | MarkHyuck☑Where stories live. Discover now