...
"Lo suka sama ka Dian?"
"Kalo iya emangnya kenapa?"
"Gapapa, tapi lebih baik lo jangan suka sama ka Dian. Nanti lo nyesel."
"Terserah gue memangnya lo siapa ngatur-ngatur percintaan gue?!"
...
Berawal dari kehidupan Rani yang berantakan akibat k...
Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.
Pukul enam sore Rani sampai di rumah, yaah kalian tau, Rani harus mendorong motornya sampai menemukan tukang bensin dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Tadi juga ia sempat mampir untuk jajan dulu sebelum pulang.
Saat Rani masuk ke dalam rumah, Rani terkejut, karena ia melihat pemandangan yang sudah lama tak ia lihat, yaitu kedua orangtuanya duduk di sofa berbarengan tanpa bertengkar seperti biasanya. Entah ini mimpi atau tidak, Rani sangat bahagia.
"Sayang sini duduk," ajak Mariam pada Rani.
Tanpa berkata apapun Rani menghampiri kedua orangtuanya dan duduk di sofa depan mereka.
Mariam memulai pembicaraannya. "Emm, gini sayang... ayah sama ibu ingin menanyakan sesuatu."
"Apa?" tanya Rani kebingungan.
"Seandainya ayah sama ibu tidak bersama lagi, kamu ingin tinggal dengan siapa?" tanya Mariam yang mengatakannya dengan hati-hati.
Sesaat hati Rani robek, yang tadinya bahagia melihat kedua orangtuanya terlihat akur, tiba-tiba kebahagiaan itu hancur. Rani tidak bisa menjawab pertanyaan itu, ia hanya terdiam.
"Sudahku bilang Rani akan tinggal denganku!" Tiba-tiba Dani angkat bicara.
"Apaan sih Mas, Rani juga belum menjawabnya!" kata Mariam
"Dia mau menjawab apa-pun pokonya dia akan tinggal denganku," Dani masih ngotot dengan pilihanya.
"Gak bisa gitu dong aku kan ibunya," ucap Mariam dengan nada tinggi.
"Aku ayahnya!!" teriak Dani.
"DIAMM!!!!" teriak Rani menghentikan perdebatan orangtuanya. "Kalian ini kenapa? kenapa kalian baru menganggap aku sebagai anak sekarang, kemana selama ini? aku gak tau apa yang kalian perebutkan, aku gak ingin kalian pisah!" kata Rani yang berhasil membuat orangtuanya diam tak bisa berkata-kata.
"Dan satu lagi, JIKA AKU DI SURUH MEMILIH UNTUK TINGGAL DENGAN IBU ATAU AYAH AKU LEBIH MEMILIH TINGGAL SENDIRI!!!" Rani mengucapkannya dengan nada tinggi.
Rani pergi ke kamarnya untuk memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. Tidak terasa air matanya bercucuran membasahi pipi.
"Sayang... sayang denger dulu sayang." Mariam berusaha mencegah Rani yang pergi dengan membawa kopernya.
"Dengar apa lagi sih!" kata Rani sambil menaiki motornya lalu menaruh kopernya di depan, untungnya motor Rani sedang bersahabat tanpa dipanaskan motornya menyala. Rani pergi meninggalkan rumah yang selama ini menjadi tempatnya berteduh.
Rani tidak memiliki tujuan ia hanya terus membawa motornya mengikuti jalanan aspal dengan pikiran kosong dan air mata yang tak berhenti mengalir.
Rani tidak mungkin pergi ke rumah Astrid di malam-malam begini dengan keadaan seperti ini, hanya ada satu tempat yang mungkin bisa Rani datangi, yaitu rumah mendiang neneknya.