...
"Lo suka sama ka Dian?"
"Kalo iya emangnya kenapa?"
"Gapapa, tapi lebih baik lo jangan suka sama ka Dian. Nanti lo nyesel."
"Terserah gue memangnya lo siapa ngatur-ngatur percintaan gue?!"
...
Berawal dari kehidupan Rani yang berantakan akibat k...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rani berjalan ke dapur sambil menghentak-hentakan kakinya, tuk mengambil air putih.
"Dasar kutu kupret!" umpat Rani setelah ia meminum air putih yang diambilnya.
"Eh, tunggu," ucap Rani yang teringat sesuatu, "Hiasan yang gue beli waktu di bajar mana ya?"
Lantas Rani langsung mencari hiasan tersebut di setiap ruangan yang ada di rumahnya. Namun tak kunjung ketemu.
"Ihkk, di mana sih tuh benda? apa jangan-jangan ketinggalan di rumah si Rex ya," kata Rani, ia mengambil HP-nya berniat untuk memberikan pesan kepada Rex melalui nomer Dian.
|Ka Dian❤️|
|Woy Rex!| (Read)
|Hiasan yang waktu itu gue beli di bajar ada di rumah lo ya? soalnya gue cari-cari di rumah kagak ada.| (Read)
|Yaelah, cuma di read doang →_→, bales ngapah, kalo emang ia ada di rumah lo besok gue ambil.| (Read)
|Ya|
Rani mematikan ponselnya setelah ia melihat balasan dari Rex yang sangat singkat itu.
"Dasar ngeselin banget tuh orang! bales pesan cuma 'Ya' apa maksudnya coba?" dumel Rani sambil berjalan menuju kamarnya untuk tidur.
✴✴✴✴
Pagi yang cerah ini Rani terbangun dari tidurnya dengan wajah yang masih mengantuk, Rani berjalan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Setelah selesai ia mengganti pakaiannya dengan seragam.
Tok...Tok...Tok....
Ketukan pintu berhasil memberhentikan gerakan Rani yang sedang mengancingkan bajunya. Rani berjalan ke arah pintu lalu membukanya, terlihat seorang pria yang sangat tidak ingin ia lihat wajahnya.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Rani pada Rex, "Bikin mood pagi gue berantakan aja," ujarnya.
Rex tidak mengiraukan Perkataan Rani ia hanya memberikan barang yang dicari Rani semalam. Setelah Rani menerimanya, Rex kembali berjalan menuju keluar kompleks tanpa berkata apapun.
Rani mengerutkan keningnya, benar-benar merasa aneh dengan sikap Rex. Ia kembali masuk ke dalam rumahnya, untuk sarapan sebelum berangkat ke sekolah.
✳
Di sekolah terlihat banyak siswa-siswi yang berkumpul termasuk Astrid di depan mading, di sana terdapat secarik kertas pengumuman tentang akan diadakan darmawisata.
Rani berjalan ke arah kerumunan itu untuk melihatnya lebih dekat.
"Ayo masuk kelas," ajak Astrid setelah merasa puas melihat pengumuman tersebut.
Rani dan Astrid pun masuk kelas, beberapa menit kemudian Pa Herman datang dengan buku yang dipeluknya.
"Pagi," sapa Pa Herman.
"Pagi Pak!" balas semua murid yang ada di kelas.
"Kalian sudah lihat kan pengumuman tentang akan diadakannya darmawisata?" tanya Pak Herman yang dibalas anggukan oleh semua siswa. "Bapak harap kalian semua bisa ikut karena kegiatan yang akan diadakan sangat bermanfaat bagi kalian, jika ada yang mau ikut daftar saja ke ketua kelas, oke?"
"Oke Pak," balas semua siswa.
"Baik, buka bukunya halaman 153," ucap Pak Herman memulai pelajaran.
✴✴✴✴
Di kantin terlihat seorang gadis tengah gelisah sambil mengaduk-ngaduk minuman yang hanya tersisa Es-nya saja.
"Ngapah sih lo Ran?" tanya Astrid pada Rani.
"Apa gue gak ikut aja ya?" ujar Rani seraya bengong.
"Lah, kenapa?"
"Jadi gini," ucap Rani menggantung perkataannya, karena ingin membenarkan posisinya agar lebih enak untuk bercerita.
Rani pun menceritakan semuanya kepada Astrid dimana Dian yang memberi janji, namun diingkari olehnya sendiri. Kemudian Rex yang melarang dirinya untuk suka kepada Dian dan selalu menghalanginya.
"Kenapa si Rex ngelarang lo, emang salah suka sama kakaknya?" kata Astrid setelah ia mendengar cerita dari Rani.
"Gak tau, ngeselin banget kan," ujar Rani.
Astrid mengelus-ngelus dagunya sambil memikirkan solusi untuk masalah Rani. "Kata Emak gue nih ya, kalo kita ingin deket sama seseorang harus deketin juga orang tuanya ata—"
"Tapi orang tuanya udah gak ada," ucap Rani memotong perkataan Astrid.
"Gue kan belum selesai ngomong, bangsul."
"Hehe, iya sok mangga lanjutin," kata Rani yang mempersilakan Astrid berbicara.
"Harus deketin juga orang tuanya, atau... keluarganya, karena tadi kata lo orang tuanya udah gak ada berati lo harus deketin keluarganya yang lain yaitu Rex," ucap Astrid menjelaskan.
"Siapa tau kan kalo lo bersikap baik sama tuh anak tar lo dibolehin deket sama Ka Dian, dan si Rex gak akan gangguin lo," lanjutnya.
Rani menganguk-nganguk menyutujui ucapan Astrid.
"Si Rex itu ya Ran, bagaikan benteng takeshi yang harus lo terjang demi bisa bertemu dengan raja." Astrid mengatakannya dengan ekspresi serius. "Tapi lo juga harus hati-hati, jangan sampai lo terjebak di benteng itu sehingga membuat lo lupa dengan tujuan utama lo."
Rani bertepuk tangan ala anjing laut mendengar perkataan Astrid. "Gile, dapet kata-kata bagus kek gitu darimana?!"
"Serius gue!" jawab Astrid kesal.
"Iya iya, tenang aja gue gak bakal terjebak di benteng itu kok," kata Rani dengan yakin.
Yaa, walaupun Rani sedikit tidak percaya kalau Rex bisa diajak kerjasama dengannya tentang hal ini, tapi Rani akan tetap berusaha. Demi sang pujaan hati.