44 ~ Ingkar Janji

2.4K 125 36
                                    

Prasetyo berlari dari halaman rumah Gandhi langsung masuk membuka pintu rumah besar itu. Dilihatnya pria yang selama ini menopang hidupnya dengan pekerjaan sampingan, tengah tertidur di sofa.

Hati yang tengah kacau dan takut itu langsung menyrlinap ke arah Gandhi. Membangunkan tanpa peduli arti kesopanan hingga pria itu terbangun karena terkejut.

"Mas, Mas Gandhi! Bangun! Pinjem motor!"

"Loh, Pras. Lo ke sini? Bentar-bentar ... tenang kenapa, lo kenapa, dah?"

"Enggak ada waktu, Mas. Gue harus balik ke Blora malam ini."

Gandhi langsung mengerutkan dahi. Semakin bingung dengan tingkah Prasetyo yang super panik itu.

"Sebentar! Lo itu kenapa? Cerita sama gue!" sentak Gandhi.

Prasetyo terduduk dengan kasar di sofa. Meremat wajah kala semua yang terjadi benar-benar menyadarkannya. Ia tahu semua akan seperti ini, tetapi nyatanya ia tidak siap kehilangan Melinda.

Pria itu justru menangkup wajah dan menunduk dalam. Bingung dengan permasalahan di depan mata dan khawatir pada Melinda karena ia tidak tahu sang istri ada di mana saat ini.

"Pras, kenapa? Lo cerita sama gue. Kalo lo anggep gue abang lo, lo cerita sama gue."

"Gue ketahuan, Mas."

Ada kerutan di dahi Gandhi, menilik informasi yang di ucapkan Prasetyo. Hingga, pria itu kembali menatap Prasetyo dengan serius. Mendadak turut takut jika bisnis gelapnya yang tengah dirisaukan Prasetto.

"Maksud lo bisnis kita? Lo ketahuan?" tanya Gandhi yang kini ikut panik.

"Bukan. Gue ketahuan sama yang lain. Istri gue di sini, Mas."

"Hah? Maksud lo--" Gandhi memutar ingatan dan menangkap momen saat Prasetyo mengajak sosok wanita bertandang ke rumah ini. "Gila lo, Pras! Ck, terus gimana? Lo tau istri lo di mana sekarang?"

Prasetyo menggeleng dan semakin meremat rambutnya, frustasi dengan semua yang mengganggu pikiran. Ia ingin bertemu Melinda dan menjelaskan segalanya walau memang ia bersalah. Namun, setidaknya ia mampu meminta maaf pada sang istri.

"Gue pinjem motor Mas! Gue mau nyari istri gue. Kalau nggak ketemu gue mau pulang nungguin dia di rumah. Istri gue pasti balik, dia nggak tau dan nggak ada sodara di Jakarta. Sumpah gue nyesel, Mas."

Hanya tepukan perihatin di bahu yang dilakukan Gandhi pada Prasetyo. Bagaimana pun kehidupan bebasnya di Jakarta dan ia juga tidak munafik dengan apa yang dilakukan Prasetyo, tetapi pria itu juga masih memiliki hati jika rekannya terlibat masalah seperti ini.

"Lo pake mobil gue aja--"

"Enggak usah, Mas. Gue pake motor aja, takut macet kalo pake mobil."

Gandhi tidak membantah lagi. Ia berderap melangkah menuju ke almari kaca di ruang tengah. Mengambil satu buah kunci motor sport dan menyerahkannya ke Prasetyo.

"Lo yakin pake motor,Pras?"

Prasetyo hanya mengangguk dan dengan terburu-buru ia langsung berpamitan pada Gandhi untuk mencari sang istri.

ROEMIT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang