8 ~ Akad

1K 59 5
                                    

Pelataran halaman rumah yang disulap menjadi tempat resepsi sekaligus akad nikah sudah siap menyambut beberapa tamu undangan. Nuansa alami dan sederhana menjadi pemandangan pertama. Penikahan yang bertema rustic, merupakan ide wanita itu. Ia ingin membaur dengan tamu undangan.

Selain itu, Kriswanto memang sengaja tidak menyewa gedung karena jika acara diadakan di kediaman mereka, suasana lebih intim dan tetangga juga tidak perlu jauh-jauh untuk menuju ke tempat acara.

Bangku-bangku bernuansa vintage dengan balutan pita berwarna kontras turut meramaikan. Tempat makanan sampai minuman bernuansa kayu, benar-benar sesuai dengan apa yang dibayangkan Melinda. Sejak semalam, wanita itu tersenyum kala tempat yang akan menjadi saksi pernikahannya dengan Prasetyo sudah tersusun secara sempurna.

Gaun berwarna putih dengan beberapa payet di bagian tertentu sudah bertengger manis di sudut ruangan berukuran enam kali lima meter persergi. Hari ini adalah acara pernikahan Melinda. Di kamar pribadi itu sudah tersulap menjadi tempat rias pengantin dan keluarga inti. Sapuan kuas make up di pipi sebagai perlakuan terakhir riasan, membuat dirinya terlihat berbeda.

Melinda mulai membuka mata perlahan setelah spray disemprotkan ke wajah, dan menatap cermin di depannya dengan takjub. Riasan khas pengantin adat jawa itu membuat dirinya berbeda.

"Auranya keluar kamu itu, cantik banget," celetuk Mas Dicky—perias laki-laki di sisi Melinda.

Tingkah pria itu lemah gemulai, persis perempuan, tetapi hasil tangannya benar-benar menakjubkan  dan siapa pun yang menyewasa jasa Mas Dicky sudah dipastikan tidak akan menyesal.

"Masa sih, Mas? Tapi emang beda, Melinda suka banget," timpalnya yang tengah memerhatikan sapuan make up dari tangan profesional seseorang di sebelahnya.

"Ayo coba langsung pakai bajunya sekalian, biar bisa makin memukau calon suami nanti," goda Mas Dicky itu.

Melinda hanya tersenyum menanggapi setiap candaan perias itu. Bagaimana mungkin hasil riasan tidak membuat pengantin pangling? Digadang-gadang Mas Dicky harus puasa sehari dulu untuk memoles para kliennya. Lalu, pagi buta juga saudara yang membantu kegiatan pernikahan, sudah sibuk dengan ayam hitam yang disembelih sendiri dan dibakar. Semua itu merupakan syarat dari pria pemilik salon sekaligus butik terbaik di daerah tempat tinggal Melinda.

Belum lagi sebelum acara merias tadi, berbagai ritual di lakukan sang perias. Berhubung Melinda anak tunggal, sedikit rambutnya dipotong oleh orang tua sebagai syarat yang bahkan wanita itu tidak mengerti dan hanya mengikuti titah Mas Dicky. Belum lagi, sebelum memulai semua, Melinda diarahkan untuk membasuh muka dengan air yang disiapkan oleh sang perias, di mana terdapat bunga tujuh rupa yang menyertai.

Melinda hanya berdiam tidak berkomentar dan mengikuti segala instruksi periasnya. Maklum, di Jawa masih sangat kental dengan adat kejawen untuk acara-acara sakral seperti akad nikah, jadi ritual-ritual yang dilakukan sudah umum terjadi.

Akan tetapi, nyatanya semua ritual itu juga mempengaruhi aura sang pengantin. Setelah prosesi make up selesai dengan dipakainya gaun pengantin jawa modern tersebut, pesona memukau terpancar dari sosok Melinda. Bahkan semua asisten perias tersebut terkesima dengan transformasi perempuan itu.

"Dasarannya orang cantik ya makin cantik," ujar salah satu asisten perias yang tengah mengusap warna pada kuku Melinda.

"Ah, Mbak ini bisa aja," timpal Melinda sedikit malu.

"Tapi beneran loh, Mbak, sampeyan ini auranya beda sama lainnya. Biasanya pengantin lainnya tuh bikin pangling, tapi ndak kayak sampeyan, Mbak," timpal asisten satunya lagi yang kini sibuk membetulkan cunduk mentul di rambut Melinda yang sudah tergelung cukup rapi.

ROEMIT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang