47 ~ Memutus Ikatan

4.5K 179 36
                                    

Satu minggu lebih, Prasetyo membiarkan Melinda mengikuti apa yang wanita itu inginkan. Menyendiri dan kembali ke rumah orang tuanya adalah pilihan perempuan yang masih menjadi istri sahnya itu.

Hidup Prasetyo benar-benar hampa dan baru kali ini ia merasakan rasanya kehilangan seseorang yang berarti untuknya. Meskipun tak bertegur sapa selama satu minggu lamanya, Prasetyo tetap saja berusaha menyapa wanita itu melalui pesan chat yang sama sekali tidak pernah berbalas.

Prasetyo menghela napas, konsekuensi atas seluruh tindakannya menjadi boomerang bagi diri sendiri. Melinda tidak salah, dirinya yang memang keterlaluan.

Selama satu minggu pula ia kembali bekerja dengan segala tekanan sosial. Cibiran di mana-mana bahkan topik hangat satu minggu lalu tampaknya belum bisa surut begitu saja. Selama itu pula ia juga tidak bertemu Alesa secara langsung.

"Bisa-bisanya selingkuh, padahal katanya baru nikah. Susah laki kalo LDR emang ya ...."

"Dih, lo kayak nggak tau aja penawaran yang jaraknya lebih deket selalu diminati. Lo mau gitu CODan jauh banget, tapi barang yang lo mau ternyata ada di toko sebelah rumah lo. Mending milih langsung ke toko kan?"

"Tapi kalo barang yang jauh lebih berkualitas ya gimana coba?"

"Tetep aja kalo deker dan murah pasti disamperin aja."

"Iya juga ya, tau deh gue nggak nyangka asli."

"Apa sih yang enggak mungkin." Andrean mulai menyela obrolan para teman sedivisinya yang lagi-lagi masih membicarakan perihal atasannya itu. "Kucing dikasih ikan seger ya pada mau kali," tambahnya.

Lagi. Gunjingan di belakang pria yang baru saja menjabat sebagai supervisor gudang itu tidak akan pernah ada habisnya. Prasetyo selalu saja mendengarnya apalagi di kalangan divisi yang sama.

Banyak berita yang beredar entah memang yang benar-benar terjadi atau juga dilebih-lebihkan. Namun, Prasetyo tidak peduli, selama tidak berimbas pada pekerjaannya dan selama tidak ada komplen dari atasan, ia akan menulikan pendengarannya.

Ia berjalan ke arah kerumunan bawahannya yang tengah mengobrol di sekitar area gudang itu. Sontak seketika beberapa orang yang tengah menggunjing bubar teratur mendapati Prasetyo berada di tengah-tengah mereka, kecuali Andrean.

Padahal dulu mereka semua sangat dekat dengan Prasetyo karena sifat supelnya. Namun, saat ini semuanya terasa berubah, benar-benar berbeda. Kembali ke Andrean, ia bahkan masih santai di tempatnya tadi tanpa merasa harus pergi hingga Prasetyo tepat berdiri di depannya.

"Bawa laporan turun lapang kemarin ke meja saya. Tolong segera ya ...."

Andrean hanya tersenyum mendapati sikap Prasetyo yang jelas berbeda dari biasanya. Lebih dingin dari semula. Ia bahkan terlalu bahagia melihat pria itu menjadi omongan seluruh kantor.

"Baik, Pak Bossss ...." Andrean hanya menanggapi dengan santainya bahkan cenderung diiringi senyuman manis. Namun, tetap saja semuanya tersirat penghinaan mutlak.

Prasetyo pun mengabaikan sikap Andrean padanya. Bagaimanapun rasa kesal pada pria itu tetap saja ia tidak bisa apapun saat ini atau masalahnya akan melebar ke mana-mana.

Nyatanya Andrean benar-benar tak bisa menjaga ucapan, seolah dendamnya terbalas. Harga diri Prasetyo bahkan sudah jatuh di tangan pria itu.

Prak!

Sebuah map berisi laporan yang diminta Prasetyo dibanting keras di atas mejanya. Sikap tak sopan Andrean benar-benar memuakan. Ingin sekali lagi ia menghajar pria itu andai dirinya tak ingat jika ini masih di lingkungan kantor. Bahkan kini, pria itu meyandar di tepi meja kerja Prasetyo sembari bersedekap.

ROEMIT [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang