CHAPTER 6

410 59 3
                                    

Suho menatap nanar pada pria yang duduk di depannya, yang hanya murung sambil mengaduk-ngaduk makanan di hadapannya tanpa berniat melahapnya

Sama halnya dengan Irene yang juga menatap nanar ke arah Chanyeol yang sebenarnya sudah seminggu ini sangat-sangat terlihat suram. Irene menarik nafas dalam sebelum kemudian membuka suaranya "Chan..."

Yang dipanggil tidak berniat menyahut, hanya tetap pada aktivitasnya mengaduk-ngaduk makanan, Irene mendengus "Ini sudah lebih dari seminggu kau seperti ini, apa tidak lelah?"

Chanyeol diam

"Lebih baik kau lupakan saja, hilangnya buku harian itu mungkin merupakan cara Tuhan agar kau lupa dan bangkit..." 

Irene menghentikan perkataannya ketika tahu-tahu Chanyeol menghentikan aktivitasnya dan menatapnya dengan tatapan tajam "Lanjutkan apa yang ingin kau katakan" katanya dengan intonasi dingin

Irene diam untuk beberapa saat sebelum mencoba untuk kembali bicara "Sudah dua tahun, kau memang seharusnya sudah melupakan Seulgi..."

"Kau tidak tahu perasaanku, Irene, dan jangan coba-coba menyuruhku untuk melupakan sesuatu yang tidak seharusnya dilupakan"

"Apa yang kau maksud dengan 'tidak seharusnya dilupakan'?"

Chanyeol diam

"Seulgi dan semua masa lalumu, iya?"

Chanyeol masih diam menatap Irene dengan tatapan yang sulit dibaca

"Kalau memang itu maksudmu, maka kau salah. Seulgi dan masa lalumu adalah sesuatu yang harus kau lupakan, biarkan mereka hanya menjadi memori di otakmu. Kau hidup bukan untuk menyesal, tapi untuk menjalani hidup yang lebih baik dan..."

"CUKUP!" tahu-tahu Chanyeol berteriak marah membuat Suho segera mencoba untuk menenangkan sahabatnya itu "Chan..."

"Kau tidak tahu apa-apa jadi jangan bertingkah seperti kau tahu segalanya, kau..."

"Aku bicara karena aku tahu segalanya, sialan!"

Suho menoleh mamandang Irene yang sudah mulai meningkatkan intonasi bicaranya, pria itu sebisa mungkin mencoba untuk menenagkan keduanya sementara Chanyeol diam menatap Irene

"Aku yang menyaksikan Seulgi berjuang hidup-hidup dari kanker yang menggerogoti tubuhnya, aku juga yang menyaksikannya menunggumu hingga akhir nafasnya" perlahan intonasi bicara Irene melamah, Chanyeol diam sementara Suho, tangannya tidak pernah berhenti mengelus lengan Irene untuk memberikan ketenangan pada gadis itu

"Jangan egois, Chanyeol. Justru karena aku tahu segalanya, karena aku yang menyaksikan semuanya, kau harus berhenti merasa bersalah" Irene menatap Chanyeol sendu "Terlepas memang kau yang membuatnya menunggu, kau hanya orang yang tidak mengerti... jadi berhenti merasa bersalah"

Chanyeol masih terdiam dengan raut wajahnya yang perlahan melunak

"Aku yakin Seulgi sendiri sudah memaafkanmu dan mengharapkan kebahagiaanmu di sini, jadi tolong bangkit dan maju, jangan hanya diam dan berputar di lingkaran yang sama"

Mendengar itu, Chanyeol menunduk "Maaf--" Kali ini Irena yang diam membiarkan Chanyeol melanjutkan perkataannya "-- buku itu peninggalan Seulgi satu-satunya untukku, tak seharusnya aku terus terlarut dalam rasa sedih yang menyiksa, tapi bagaimanapun--" 

Chanyeol memberikan jeda pada ucapannya "-- bayang-bayang saat dia menghembuskan nafas terakhirnya tepat di depanku benar-benar menyakitkan dan aku tidak bisa dengan mudah melupakan hal itu"

Irene terhenyak

"Sekeras apapun aku mencoba untuk menepis semuanya, itu sulit karena aku terlalu merindukannya, dan buku itu satu-satunya hal yang bisa kukenang dari dia, bagaimanapun itu menjadi satu-satunya hal yang ia tinggalkan untukku"

Diary Love [END]Where stories live. Discover now