33: Kenyataan Yang Menyakitkan

2.4K 209 32
                                    

Gerardo mengigit lidahnya, meredam rintihan kesakitannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gerardo mengigit lidahnya, meredam rintihan kesakitannya. Satu tangannya penuh darah, menekan peluru di dadanya. Sedang tangannya yang lain masih bertumpu di leher Marcio, sementara Patricia berdiri di sebelah Gerardo dengan sebagian darah yang melumuri sisi wajahnya; tentunya milik Gerardo.

Kini, mereka semua telah berada di kamar Jonas. Satu-satunya tempat yang bisa mereka jangkau untuk sementara. Pintu kamar itu pun sudah ditutup rapat oleh Marcio.

Pelan, Marcio mendekat ke ranjang, membaringkan Gerardo. Sekilas, erangan lolos dari mulut Gerardo sebelum napasnya menjadi putus-putus. Bibir Gerardo bahkan memucat.

"Sialan. Kau kehilangan banyak darah," ucap Marcio setengah mengumpat.

"Aku masih bisa bertahan, Marcio. Hanya... keluarkan peluru itu, sekarang." Gerardo melirik ke nakas di sampingnya. Marcio pun turut menatap objek yang sama. "Jonas... selalu menyimpan segala hal yang dibutuhkannya... di kamarnya, bukan?"

Detik berikutnya, Marcio menarik laci di nakas. Tapi sebelum itu, pistol yang tadi diambilnya dari Brandon diletakkannya di atas nakas. Hanya beberapa detik, mata Marcio langsung menemukan sebuah pisau lipat. Gerardo mengamati Marcio mengambil benda tajam itu.

"Lakukan dengan cepat," ucap Gerardo susah payah saat Marcio menatapnya.

"Kita akan selesai semua ini," gumam Marcio.

Lalu Gerardo mulai menanggalkan kaos abu-abunya dari kepala dengan satu tangan. Begitu ia telah bertelanjang dada, Marcio langsung menancapkan pisau itu ke kulit Gerardo, memaksa peluru itu keluar dari dada. Gerardo sontak meletakkan pergelangan tangannya sendiri ke mulut, mengigitnya untuk meredam erangannya. Dahinya mengerut. Bulir keringat menetes banyak di sekitar wajahnya.

Marcio juga sama berkeringatnya. Tapi matanya fokus mengeluarkan peluru itu hati-hati. Dan ketika ia berhasil mengambil peluru itu dengan tangannya yang lain, napas lega lolos dari mulut Marcio. Sementara Gerardo menengadah, pergelangan tangannya tak lagi berada di mulutnya. Napasnya tersengal-sengal tapi bibirnya mengukir senyum lemah pada Marcio.

"Aku merasa sedikit lebih baik."

Gumaman Gerardo itu membuat Marcio menyunggingkan senyum miring. "Aku akan membebatmu sekarang." Tepat ia berbalik, Patricia sudah memegang pistol milik Brandon, mengacungkannya penuh ancaman pada Marcio.

"Kau adalah penjahat. Aku akan membunuhmu, Marcio."

Namun tidak ada keterkejutan yang terpatri di wajah Marcio, melainkan ekspresi meremehkan. Karena cara tangan Patricia memegang pistol, menunjukkan kegentaran. Gemetar, seolah gadis itu takut.

"Patricia..." Gerardo mencoba menenangkan. "Kau takkan melakukannya."

"Aku akan melakukannya!" jerit Patricia. "Aku dan Michelle sudah bertekad untuk sampai ke titik ini. Dan..." Kalimat Patricia terputus berganti dengan pekikan kesakitan "Ah!!" Sebab Marcio dengan cepat merebut pistol itu dari tangan Patricia dan memelintirnya ke belakang, mengunci pergerakan gadis itu dalam sekali sentak hingga kini Patricia terhimpit ke dinding.

End Of MissionWhere stories live. Discover now