23: Peringatan Tersirat

2.8K 216 31
                                    

Malam dengan cepat berganti menjadi pagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam dengan cepat berganti menjadi pagi. Awan-awan berderak cerah di langit. Rigel telah rapi dengan kemeja biru tua. Tangannya melilitkan dasi di kerah. Matanya memandang pantulan dirinya di cermin dalam keheningan. Sampai suara ketukan pintu, membuat ia menoleh.

"Permisi, Tuan Rigel."

Itu adalah suara Emily, wanita tua yang bekerja di keluarga Wesley—namun tidak berada 24 jam karena hanya bertugas membersihkan. Emily lalu melangkah ke dalam dengan membawa vacum cleaner setelah Rigel mempersilakan masuk.

"Saya senang Tuan Rigel telah kembali ke rumah, dan saya turut sedih dengan apa yang menimpa Nona Laura, juga pemberitaan tentang anda," ucap Emily dengan senyum sendu. Rambutnya telah memutih. Postur tubuhnya agak membungkuk. Wajahnya terlihat rentan.

Rigel tersenyum singkat. "Terima kasih, Emily, dan hari ini aku akan berangkat ke Italia."

Emily mengangguk dengan wajah terlihat bimbang dan Rigel lekas menangkap signal keanehan itu.

"Apa ada yang ingin kau katakan padaku, Emily?"

Pertanyaan Rigel itu langsung disambut tatapan takut-takut Emily. "Ya..., sejujurnya ada hal yang ingin saya beritahukan kepada anda, Tuan Rigel."

Rigel menunggu kalimat terucap dari mulut Emily. Matanya terus tertuju pada Emily yang sekarang menarik napas.

"Siang itu, saat Tuan Rigel tidak ada di rumah, Nona Laura sempat pulang ke rumah saat saya sedang membersihkan ruang kerja anda. Lalu, Nona Laura meminta saya merahasiakan perbuatannya yang mengambil sesuatu di laci meja kerja anda." Suara Emily begitu hati-hati ketika menyampaikan hal itu kepada Rigel, tapi sukes membuat kaki Rigel berderap menghampiri Emily.

Ketika telah berada di hadapan wanita tua itu, Rigel menatapnya serius. "Apa ada seseorang yang bersama Laura?" tanyanya dengan lembut, membuat ketakutan Emily seketika sirna.

Menggeleng lemah, Emily menjawab, "Nona Laura sendiri. Saya juga tidak melihat mobil Nona Laura. Sepertinya, Nona Laura datang dengan uber hari itu."

"Seharusnya kau bisa menghubungiku, Emily," ujar Rigel terdengar kecewa.

Lekas, Emily menunduk sebagai bentuk penyesalan. "Maafkan saya Tuan Rigel. Saya tidak memikirkan hal itu sebelumnya."

Rigel mengusap mulutnya, lalu langsung berlalu dari Emily untuk menuju ruangan kerjanya. Setibanya di dalam, kaki Rigel bergegas menuju meja kerjanya, menarik laci itu dan mencari sesuatu yang hilang. Di detik itu pula, ia sadar bahwa anting pengintai yang menjadi keluaran teknologi terbaru Wesley Group telah hilang. Itu artinya Laura mengambilnya.

Helaan napas kasar lolos dari bibir Rigel saat ia menegakkan tubuhnya kembali.

Rigel tentu tidak bodoh. Ia mencurigai bahwa ada kemungkinan alat itu berisi informasi penting, dan mungkin di sana ia bisa menemukan siapa pembunuh Laura.

End Of MissionWhere stories live. Discover now