21: END? (REVISI)

103 12 101
                                    


5 Januari 2021

Daffi, hari ini adalah hari kelahiran kamu. Selamat Hari Daffi Arion. Disini aku coba ikhlas Daf, tapi aku masih belum bisa. Maafkan aku ya, Daffi.

Daffi,
Aku nyesel udah dibutakan oleh rasa benci ke kamu, padahal nyatanya rasa cinta aku ke kamu ngelebihi rasa benci yang sebenarnya kamu tidak pantas untuk dibenci. Maafkan aku, Daf. Aku sangat menyesal. Andai saja aku bisa memutar waktu, aku akan membalas cinta kamu di depan mata kamu sendiri. Tidak seperti ini, Daffi.

Daffi, Nisa minta maaf.

...

Nenek Daffi menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada Daffi. Dari kecil, Daffi disebut-sebut sebagai anak haram. Ibunya tidak menyayanginya. Ketika Ibu Daffi menikah, Daffi tidak pernah diterima kehadirannya dalam rumah besar milik Ayah Tirinya tersebut. Semua orang menatap Daffi rendahan.

Kala itu Daffi duduk dibangku kelas 5 SD, masa ketika seharusnya dia mendapat perhatian khusus dari sang Ibu mengenai sekolahnya. Namun, tidak pada Daffi. Ibu Daffi malah memperlihatkan secara terang-terangan dihadapan Daffi kasih sayang sang Ibu yang diberikan untuk Dika, anak dari Ayah tiri Daffi tersebut. Daffi sangat ingin dipeluk Ibunya, tapi sayangnya Ibu Daffi malah memberikan pelukan hangatnya kepada Dika. Hingga akhirnya, Daffi terserang penyakit tumor otak.

Coba bayangkan bagaimana rasanya menjadi Daffi saat itu, dia masih terlalu kecil untuk merasakan penyakit mengerikan itu. Mendengar sang anak mengidap penyakit mematikan itu, Ibunya Daffi bukannya iba, dia malah mengusir Daffi dari rumah tersebut. Daffi kala itu hanyalah pria kecil yang sangat menyedihkan. Pria kecil tampan yang dipaksa merasakan pahitnya hidup di usianya yang masih terbilang anak-anak.

Pria kecil bernama Daffi ini akhirnya memilih pulang ke rumah Neneknya, Ibu dari Arini-Ibunya Daffi. Dengan penuh kasih sayang, Nenek membesarkan Daffi. Memberikan semua kasih sayang pada cucu satu-satunya. Mengeluarkan semua biaya besar untuk pengobatan Daffi. Menguatkan Daffi ketika raganya terus memberontak ingin pergi. Daffi mencoba kuat demi Nenek dan cintanya, tapi Tuhan berkehendak lain. Tuhan lebih menyayangi Daffi, Tuhan ambil Daffi kembali.

Daffi meninggal kala menjalani pengobatan di Roma, Italia. Kata Nenek, Roma adalah kota kelahiran Daffi. Dulu Ibu dan Nenek Daffi hidup dan menetap di Italia, namun, setelah Daffi terlahir, mereka memilih kembali dan menetap di Indonesia. Jadi, sudah dipastikan bahwa Daffi adalah anak blasteran. Namun, sampai Daffi meninggal, Daffi dan sang Nenek tidak tahu siapa Ayah kandung Daffi. Semua itu tetap menjadi misteri, karena Arini tidak mau memberitahukannya.

"Nak, tinggal lah bersama Nenek. Nenek rindu cucu Nenek. Setiap Nenek tatap mata kamu, Nenek seperti sedang menatap cucu Nenek sendiri." Mendengar ucapan dari sang Nenek, Nisa lantas menatap Bundanya yang duduk tepat disampingnya.

"Apa tidak merepotkan jika Nisa tinggal di sini?" Tanya Bundanya Nisa.

Nenek tersenyum. "Tidak sama sekali, Ira. Bolehkah anakmu menemani saya di sini?" Tanya Nenek.

"Kalau Nisa di sini, nanti Bunda sama siapa?"

"Bunda mah gapapa sendiri juga, asal kamunya aja sering-sering main ke rumah Bunda. Kasian Nenek, temenin Nenek ya Nisa?" Tidak langsung menjawab, Nisa berfikir keras. Apakah tidak apa-apa ia tinggal bersama Neneknya Daffi? Nanti kalau Ibunya Daffi datang dan lihat keberadaan Nisa bagaimana? Apakah ia akan diusir juga? Tapi kasian Nenek jika Nisa menolaknya. Mata biru cucu kesayangannya ada pada dirinya, bagaimana mungkin ia bisa menolak permintaan Nenek.

"Ya sudah, aku tinggal di sini." Kata Nisa pada akhirnya. Mulai sekarang, Neneknya Daffi sudah Nisa anggap sebagai Neneknya juga. Sungguh Nisa menyayangi Neneknya Daffi. Nenek sangat baik dan penuh kasih sayang.

NISADonde viven las historias. Descúbrelo ahora