14: SAKIT (REVISI)

117 14 57
                                    

Sampai kapan? Kenapa semakin banyak teka-teki?

...

"Makan dulu, Sa." Nisa tetap bungkam tak membuka mulutnya. Daffi mengacak rambutnya prustasi. "Nisa, plis makan. Nanti lo kena mag kalo gak makan." Sambungnya lagi.

Nisa menundukan kepalanya. "Apa yang harus gue lakuin, Daf?" Lirih Nisa.

"Makan! Buka mulutnya cepet!"

"Gue pengen main hp, Daf. Gue gabut. G-gue pengen liat foto Bunda, gue kangen Bunda." Ucap Nisa masih dengan suara lirihnya.

Daffi menatap Nisa iba. "Untuk saat ini, lo bayangin dulu aja wajah Bunda lo ya." Kata Daffi sambil mengusap rambut Nisa pelan. Daffi menatap wajah Nisa yang sendu. Sorot matanya hampa dan berkaca-kaca.

"Sekarang lo makan dulu, Sa. Badan lo makin kurus tau."

"Biarin."

"Buka mulutnya."

"Gak mau."

"Buka!"

Akhirnya dengan terpaksa Nisa pun melahap sendok yang ada tepat di depan bibirnya. "Gue gak suka bubur." Kata Nisa sambil mengernyitkan dahinya. "Minum." Daffi pun memberikan segelas air hangat pada Nisa.

"Lo mau makan apa?"

"Seblak."

Pletak

"Aw sakit, Daffi!"

"Ya lo sembarangan aja pengen seblak lagi sakit gini! Yang lain!"

"Kan lo nanya gue mau makan apa! Ya gue kasih tau apa yang gue mau! Gue mau seblak!"

"Yang lain!"

"Ish yaudah! Gue mau nasi goreng buatan lo! Harus buatan lo! Kalo lo ngibul, pantat lo bisulan 5 warna merah, kuning, hijau!"

"Heh, gila ya lo! Gue gak bisa masak!"

"Yaudah gue gak mau makan plus pantat lo bisulan warna-warni!"

Untung sayang.

"Yaudah iya, gue pulang dulu. Lo di sini sendiri gak apa-apa?"

"Gapapa, lo jangan lama-lama! Gue takut sendiri."

"Kalo ada apa-apa ini hp lo, udah gue atur hp lo biar gak ada lock-screennya. Lo tinggal klik layar hp lo 2 kali langsung kebuka kontak gue, nah lo kira-kira aja icon panggilan suara dimana."

"Gue coba ya."

Drrrt drrrt drrrrt

"Nah, gitu. Gue berangkat dulu." Saat akan melenggang pergi, tangan Daffi ditahan oleh Nisa. Daffi lantas menatap pergelangan tangannya yang dipegang Nisa. "Kenapa?" Tanya Daffi.

"Makasih, Daf. Maaf gue ngerepotin."

Daffi terkekeh sambil mengacak-acak rambut Nisa, "Engga ngerepotin sayang." Daffi pun mengecup kening Nisa singkat. "Jangan kangen gue, gue gak lama kok." Nisa bergeming di tempat ia berbaring. Setelah mengucapkan itu, Daffi pun melenggang pergi. Setelah mendengar suara pintu tertutup, Nisa pun mengembangkan senyumnya.

"Gak usah senyum-senyum." Suara Daffi yang terdengar dari luar ruangan membuat Nisa malu sendiri. Ia pun menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Semua itu tak luput dari penglihatan Daffi dari balik kaca pintu ruangan tersebut.

Daffi tersenyum, "Kayanya gue harus pindahin Nisa ke ruangan VVIP, biar gak ada yang bisa ngintipin dia kaya gini." Daffi pun melenggang pergi meninggalkan Nisa sendirian.

Nisa yang masih malu pun belum juga membuka selimut dari wajahnya. Ia menetralkan detak jantungnya yang berdebar sangat kencang.

"Bisa-bisanya gue baper!"

Nisa pun membuka selimut yang menutupi wajahnya. Ia pun menghela napasnya merasakan keheningan yang melandanya. Ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Nisa pun memilih memejamkan matanya dengan pikiran yang berkelana kemana-mana.

Ceklek

"Daf? Itu elo, Daf? Kok sebentar banget?"

"Hai buta."

Deg

"N-Nasa?"

"Nasa ya? Gue Ara." Tiara pun terkekeh.

Nisa tersenyum getir. "Maaf gue gak tau, abisnya suara lo mirip suara Nasa." Mendengar itu, Tiara pun tertawa jahat.

"Lo bener, Tiara yang biasa lo sebut Ara, Ara yang merupakan temen segeng lo, gue, Nasa. Gue Nasa kembaran lo."

Deg

"Gak usah ngada-ngada lo, Ra! Jangan asal ngomong! Nasa udah meninggal!"

"Nasa meninggal? Itu yang lo mau, Nisa! Gue masih hidup!"

"Lo Tiara! Bukan Nasa! Gue liat saat pemakaman Nasa!"

"Yang lo liat itu, bukan mayat Nasa! Itu mayat orang lain! Gue yang merencanakan semua ini! Asal lo tau, setelah Nasa yang kalian tau meninggal, Nasa yang sebenarnya yaitu gue, pindah keluar negeri untuk operasi wajah! Kemudian, gue kembali ke Indonesia dan ganti identitas gue. Gue sangat ingin lihat kehancuran kembaran gue sendiri! Gue benci sama lo, Nisa! Lo ambil semua kasih sayang Ayah sama Bunda! Dan lo-" Nisa sudah menangis dalam diam di tempat ia berbaring. Ia tak mampu untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata pun.

"Lo pembunuh, Nisa! Lo yang udah bunuh Ayah!"

BOOM!

...

Apa siiii, Ara dateng dateng bikin nambah bingung aja 😌

VOTE SAMA KOMENNYA YA

THANK YOU
SEE YOU GUYS
😚

NISADonde viven las historias. Descúbrelo ahora