06.

119 25 0
                                    

Malam itu, Agus kembali keluar dari rumahnya. Kali ini ia menuju tempatnya yang berbeda. Tidak menuju lapangan atau warnet atau tempat karaoke, melainkan rumah Rana. Ia sudah mengirim pesan kepada Rana untuk menunggunya di depan rumah.

Sampai di depan rumah Rana, Agus sudah bisa melihat Rana yang menunggunya dengan tatapan yangg tidak bisa ia mengerti. Karena Agus sendiri pun tidak mengenal Rana.

"Ran." Itulah kata yang diucapkan oleh Agus pertama kali saat ia melihat Rana.

"Putus aja, ya? Gue nggak papa, kok." Sedangkan inilah yang Rana katakan pada Agus dengan raut wajah datar namun matanya sembab.

"Maaf." Kata Agus.

"Nggak papa. Karena pada akhirnya Wendy yang selalu ada buat lu. Gue juga nggak tau, gimana caranya supaya lu bisa ngerasain tempat nyaman yang udah gue sediain disini." Ucap Rana sambil menunjuk dadanya.

"Maaf, Ran."

"Nggak papa. Sekarang lu pulang aja. Gue mau lanjut ke dalam." Kata Rana sambil terkekeh dengan suara seraknya.

"Mau lanjut apa?" Tanya Agus.

"Lanjut nangis." Jawaban Rana diakhiri dengan tawa renyahnya. Padahal bagi keduanya itu bukanlah hal yang lucu sama sekali.

Akhirnya Rana pun menyeka air matanya yang sudah terlanjur menetes di depan Agus sambil tertawa-tawa.

"Boleh peluk gue?" Ucap Rana dengan volume suara yang sangat kecil karena ia selingi juga dengan tawa-tawa renyahnya.

Tanpa mengatakan apapun, Agus pun perlahan-lahan menarik Rana ke dalam pelukannya. Ia menepuk punggung Agus.

"Rana, gue minta maaf untuk semua yang mengecewakan dari gue."

Rana masih terdiam di dalam pelukan Agus. Agus pun tidak berhenti memeluk Rana sampai Rana sendiri yang mengurai pelukan itu setelah cukup lama ia menangis lama disana.

•••

Wendy menyibak selimutnya dari sekujur tubuhnya. Lalu ia menghadap cerminnya. Menatap dirinya yang sudah terlihat berantakan dengan seragam yang tak tahu tempat. Roknya sudah berputar jauh dari tempat sebenarnya resleting itu di belakangnya.

Ia juga meraba matanya yang sembab dan juga bengkak. Saat ia memasuki kamarnya tadi pagi. Ia tidak keluar dari kamar itu sama sekali melainkan tertidur.

Tidak menangis, tapi Wendy terlalu banyak tertidur hari ini sampai melewati makan siang dan juga makan malam. Saking pulasnya ja tertidur, Wendy hingga tidak mendengar siapapun yang membangunkannya sedari tadi siang.

Akhirnya menyalakan handphone-nya dan melihat pesan-pesan yang sudah ia dapatkan sepanjang hari ini. Group angkatan, Mama, Hobi dan Agus.

Pada group angkatan memang sangatlah ramai pada pagi hari itu. Waktu disaat foto itu di kirim oleh Lee. Foto itu memang dirinya dan Agus pada malam hari kemarin. Semuanya hanya bersorak di dalam group itu. Entah berbentuk pesan maupun stiker atau emoticon.

Lalu Wendy pun membuka pesan Mama.

Mama
Wen
Mama di kamar ya
Datang aja kalau mau cerita
Mama pasti bangun
Mama tau pasti kamu nggak sakit

Pesan itu membuat Wendy menangis. Akhirnya ia pun mengganti bajunya menjadi piyama tidurnya dan ia berlari ke kamar Mamanya. Benar saja sesuai dugaannya, Mama belum tertidur, melainkan Mama menatap Wendy dengan senyuman dan menepuk sisi tempat tidurnya.

Neighbor || 여자 사람 친구Where stories live. Discover now