duapuluh satu - ruang wakasek

218 60 58
                                    

NGOGGHEY KITA UWU DULU DIKIT

vote comment nya jgn lupa ya seng❤

-

Raka menarik napasnya lega. Bebannya kini berkurang. Buang air besar di sekolah memang tidak senyaman di rumah. Namun daripada harus menunggu bel pulang yang masih satu jam lagi, mending kita keluarkan saja isi perutnya yang sedari tadi siang sudah memberontak karena telah diberi asupan seblak level lima oleh pemiliknya.

Raka berjalan keluar dari toilet putra, berniat kembali ke kelas. Namun jadi keheranan melihat koridor di depan ruang wakasek yang penuh dengan siswa-siswi. Seperti sedang mengintip ruang wakasek yang pintunya padahal ditutup rapat.

Ia pun penasaran sambil bertanya-tanya di dalam hati. Remaja itu berjalan ke arah ruang wakasek. Kalau ramai begini kan Raka juga jadi ingin tahu.

"Kenapa ini?"
Tanya Raka kepada seorang siswa yang tidak ia kenal sama sekali. Sepertinya sih adik kelasnya.

"Gatau kang, tapi tadi banyak yang dipanggil ke ruang wakasek"
Jawab siswa tersebut menoleh ke arah Raka.

Raka membulatkan bibirnya sambil memanggutkan kepalanya. Ia telusuri lebih dalam lagi isi ruang wakasek lewat jendela yang lumayan berdebu. Lalu ia menangkap satu manusia yang tak jarang ia jumpai di dalam sana, sedang berdiri di depan salah satu meja guru bersama beberapa siswa lainnya.

Tentu, Raka makin penasaran. Kalau situasinya begini, sahabatnya itu pasti kena masalah. Raka pun memilih untuk mengambil duduk di salah satu bangku kayu di sebrang ruang wakasek. Mau ia tunggu si Azil. Mumpung kelasnya sedang pelajarannya pak Rudi. Pelajaran prakarya yang sangat membosankan.

Tenang, tadi Raka sudah absen kok. Pak Rudi juga kadang suka tidak sadar kalau-kalau ada muridnya yang tidak ada di kelas saat jam pelajarannya. Pak Rudi bahkan kadang hanya duduk di meja guru sambil bermain laptop. Jarang sekali ia menerangkan materi pelajarannya. Tapi sekali lagi, tenang. Selama absen masuk, nilai aman.

"Mau pada masuk ke dalem initeh?"
Tiba-tiba pak Dadan keluat dari ruang wakasek. Membuat siswa-siswi lain yang sedang berkerumun karena kepo jadi terkejut.

"Baralik ka kelas jug"
[* Pada balik ke kelas sana]
Titahnya kepada siswa-siswi tersebut berniat mengusir. Namun tidak dengan Raka.

Ia masih santai duduk di bangku kayu. Pak Dadan sama sekali tidak melihatnya. Ia malah melongos pergi ke arah perpustakaan.

Setelah kepergian pak Dadan dan bubarnya beberapa murid tadi, Azil keluar dari ruang wakasek. Diikuti beberapa murid lainnya. Totalnya ada sekitar sepuluh murid. Semuanya laki-laki. Dari kelas sepuluh sampai duabelas, lengkap.

Raka melihat adik kelasnya yang ia kenal juga ikut keluar dari sana, Bara. Kalau sudah adan Bara dan Azil, sudah sangat jelas. Dugaan Raka pasti benar. Lihat saja.

"Hampura nya, kang. Gabisa boong euy sama pak Dadan mah"
[* Maaf ya, kang. Gabisa boong kalo sama pak Dadan]
Ujar salah satu siswa kepada Azil.

"Santuy we. Untung teu jadi sidang pleno. Sok ditu baralik"
[* Santai aja. Untung ga jadi sidang pleno. Sana pada balik]
Ucapnya menepuk pundak siswa tadi yang kini membubarkan diri lalu kembali ke kelas masing-masing. Seperti yang sudah banyak orang ketahui, cowok itu memang benar-benar bisa sangat ramah kepada siapapun yang ia temui.

Mata cowok itu menganalisis sekitar, mendapati Raka yang sedang duduk memperhatikannya. Entah apa yang temannya itu cari dari dirinya. Pun kakinya ia langkahkan untuk menghampiri sahabatnya itu.

Shady | Lee Haechan ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora