enambelas - street cry

234 64 52
                                    


-

Kaleya terus menerus menarik lendir hidung nya dengan rengekan yang semakin kencang dari jok belakang Lika.

"Aing gamau ketemu Arya lagi Zil!!! Aing benci Aryaa!!!"
Dagu nya ikut bergerak di atas bahu Azil. Masih mengisak kencang sampai pengemudi kendaraan bermotor yang melewati motor Azil ikut memperhatikan keduanya dengan heran.

Azil hanya bisa tersenyum melihat raut wajah Kaleya yang sudah kacau dari kaca spion. Sesekali terkekeh mendengar makian Kaleya untuk Arya.

Azil gemas.

"Mau di katain apa lagi? Babi, anjing, monyet, pekok.. sok, keluarin semuanya!"
Ucap Azil dengan suaranya yang diterpa angin membuat sedikit tidak jelas di pendengaran.

"ARYA PEKOK SIAH, ANJINGG BABII!!!"
Kaleya melontarkannya begitu saja dengan lantang. Sudah tidak peduli dengan mata-mata sinis pengemudi lain di sekitarnya.

Kaleya se benci itu sekarang dengan Arya. Ada ya, manusia brengsek seperti Arya hidup? Pikirnya.

Dasar tidak punya hati.

Azil makin tertawa mendengar Kaleya yang teriak memaki Arya disertai tangis nya yang masih berlanjut dan juga rengekan dari cewek itu.

Entah benar atau salah, namun Azil justru malah merasa lega. Namun cowok itu langsung tersadar.

Eh. Inget ada Kezia, Zil. Batinnya

-

"Eta leho kamamana"
[* Itu ingus kemana-mana]
Azil menjulurkan sekotak tisu kepada Kaleya.

Kini keduanya sudah berada di kosan Azil. Sebenarnya tidak bisa dibilang kosan juga. Karena nyatanya tempat tinggal yang Azil sewa ini lebih mewah jika hanya diukur dari kata kosan.

Satu unit nya sudah dapat kamar mandi dalam, dapur, ruang kosong yang dijadikan ruang tv, dan kamar utama.

Oh dan tidak lupa tempat tinggal Azil ini memiliki parkiran yang luas dan rapi, tersedia untuk mobil juga. Serta ada lobby di lantai dasar untuk mendata tamu yang berkunjung. Ya, se bagus itu fasilitasnya. Namun tidak bisa disamakan juga dengan apartemen. Jadi Azil lebih memilih untuk menyebutnya dengan kosan.

"Pesen gofood aja ya, Kal. Lagi ga ada apa-apa"
Ucapnya dari arah dapur.

Beruntung kemarin teh Selene sempat mengunjungi Azil. Jika tidak, mungkin Azil akan super kilat membenahkan dulu kosannya yang sangat berantakan sebelum Kaleya masuk.

Azil sudah diberi kepercayaan untuk tinggal sendiri dari ia hendak lulus SMP. Awalnya Azil memaksa kepada papah karena beliau melarangnya. Ingin seperti teh Selene yang sudah tinggal sendirian di apartemen, katanya.

Namun mengetahui bahwa calon SMA nya berada di daerah buah batu- dimana jaraknya jauh dengan rumah sebelumnya, papah akhirnya mengizinkan Azil menyewa tempat tinggal di usianya yang tergolong masih kecil kala itu.

Ya, walaupun rumah jadi sepi setelah kepergian Dhika, papah tetap membiarkan Azil mendapatkan apa yang anak laki-laki pertamanya itu inginkan. Biar Azil bisa belajar mandiri juga, kata papah.

"Udah legaan belum, ngatain si Arya?"
Azil menghampiri Kaleya yang terduduk di sofa ruang tv sambil membawakan dua teh kotak dari kulkas.

"Hari ter anjing dalam sejarah hidup aing"
Jawab Kaleya masih mengeluarkan paksa sisa lendir hidung nya ke permukaan tisu.

Azil terkekeh sambil mengambil duduk di sebelah Kaleya. Kini gadis itu masih menyatukan alisnya sambil meremas tisu di genggamannya dengan pandangannya yang fokus ke arah tv.

Shady | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang