tujuh - teh Selene

312 94 85
                                    

Sesuai jadwal yang tadi malam sempat Sabit singgung di ruang obrolan panitia inti, sekarang seluruh panitia sudah berada di lokasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai jadwal yang tadi malam sempat Sabit singgung di ruang obrolan panitia inti, sekarang seluruh panitia sudah berada di lokasi. Dimana beberapa jam lagi acara besar sekolah mereka yang selama ini sudah disiapkan mati-matian sedemikian rupa akan terlaksanakan.

Dibalut jaket trucker canvas bernada hijau lumut dengan tulisan Veloartec Vol.7 berwarna putih di punggung, dan slayer hitam bertuliskan masing-masing divisi yang terikat di lengan kiri. Membuat penampilan seluruh panitia kelas dua belas terlihat sangat keren. Juga dipadukan dengan id card tertera nama dan divisi yang menggantung di masing-masing leher, komplit.

Berbeda dengan kelas dua belas, kelas sebelas dan sepuluh yang mana hanyalah volunteer. Mengenakan kaos biru dongker yang juga disablon tulisan yang sama di bagian punggung nya.

"Jadi ga sabar pake jaket kaya gitu nanti pas kelas dua belas. Pokonya nanti angkatan kita harus lebih keren dari pada angkatan atas!"
Kezia berapi-api saat dirinya masih mengunyah sarapan yang tadi sempat dibagikan dalam bentuk nasi box oleh panitia lain.

"Emang, mau ngundang siapa ntar kalo kita udah kebagian Veloartec?"
Tanya Fatah yang sama sibuknya dengan kerupuk udang yang sedari tadi ia pegang.

"Gue sih pengen banget ngundang Kahitna! Parah sih, kalo sampe kesampean. Oh! sama Tulus! Gilaa gilaa.... Binar Lembayung bisa langsung naik daun tuh, diantara ribuan sekolah di Bandung"
Nadhillah jadi ikut bersemangat setelah menyampaikan keiinginannya.

"Iya, gila. Bayarannya juga gila, anjing. Kahitna sama Tulus mahal banget anjing"

"Biasa aja dong anjing, Cy"
Nadhillah jadi ikut kesal, sebab Recky yang pagi-pagi buta ini sudah ga nyantai ngomong nya.

Sementara di atas panggung, Zaydan yang hendak melakukan check sound pertama malah jadi tidak jadi karena direcoki siapa lagi kalau bukan Mahaziel.

"Zay, zayyyy! Heh! Zaydan Lautan Samudra! Prikitiw!"
Seru Azil dari samping panggung kemudian jadi menghampiri Zaydan. Saat cowok yang dipanggilnya barusan menoleh ke arahnya.

"Sini sama urang aja, check sound nya"

"Gamau ah, ntar dimarahin Sabit!"

"Gabakaall! Udah sama urang aja! Urang gaada kerjaan lagi. Cuma tes tes doang kan"
Dengan sedikit terpaksan dan raut wajah tidak meyakini pun Zaydan menyerahkan dua buah mic yang tadi awalnya ia genggam kepada Azil.

Azil jadi tersenyum menang. Tersirat terai licik dari dalam diri bocah itu. Lalu berjalan menuju tengah panggung, mengedarkan netranya ke arah sekitar yang suasananya terlihat cukup santai.

"A! Aaaaa... Mic check satu dua.. Aaa.. aaa. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.... Aaaakuu tak tahuu apa yang teeeeerjadi~ Aaaaantara akuuuu dan kaaaaauuu~ Yang ku tahu pastiii,,, ku benciiiii 'tuuk,, semuanya? Mencin—"

Shady | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang