STADIUM AKHIR

3.9K 209 0
                                    

✺✺✺
.
.
.
.

Nada menjalani hari hari nya dengan damai. Pagi ini ia duduk disofa apartemen nya. Ia menyaksikan berita berita terkini dengan ditemani secangkir teh.

Tidak ada hujan tidak ada petir, Nada kembali merasakan sesak yang ia rasakan beberapa hari lalu. Ia mencengkeram dada nya kuat menahan rasa sakit nya. "Uhuuuk.. Uhukk.." Nada membulatkan mata nya saat melihat darah kental dari mulut nya. Ia terkejut melihat warna darah yang tak biasa.

Darah yang ia keluarkan kali ini terlalu gelap tidak seperti biasa nya. Tangan nya bergetar kuat memegangi secangkir teh yang ia minum. Prangg.. Akhir nya gelas putih cantik itu hancur berkeping-keping. Nada semakin bingung kenapa tubuh nya bergetar tiba tiba.

Ia terus menahan darah yang keluar dari mulut nya. Dada nya juga sangat sesak begitu juga dengan nafas nya yang tidak beraturan.

Dengan tangan yang bergetar hebat, ia mengambil ponsel nya yang tergeletak diatas meja. Ia mencari satu kontak yang selama ini jarang sekali ia hubungi.

Mata nya gelagapan mencari kontak itu. Ia segera menghubungi Velyn untuk meminta bantuan. Tidak ada waktu untuk nya pergi kerumah sakit sekarang. Ia tidak bisa berdiri sempurna untuk berjalan.

✺✺✺

Velyn menatap sendu tubuh Nada yang terbaring lemas diatas ranjang nya. Ia mencium pelan kening Nada membuat sang empu membuka pelan mata nya.

"Nakal kamu ya sekarang. Kamu ingkar janji sama tante." Celoteh Velyn menghapus air mata nya kasar. Ia memperhatikan lekat lekat wajah Nada yang menatap nya bingung.

Nada terkekeh pelan. Mata nya satu wajah nya juga sangat pucat. Suara nya semakin serak tapi dia masih bisa menutupi rasa sakit nya. Ia memegangi dada nya yang semakin sesak.

"Ta-tante jangan khawatir, Nada nggak papa kok. Nada fikir Nada udah sembuh karena rasa sakit itu udah lama nggak datang lagi. Tau taunya sekali datang malah parah." Sahut Nada tersenyum getir.

"dasar ceroboh! Tante cuma minta sama kamu buat rutin jalanin checkup. Tapi apa, kamu nggak pernah dateng sayang. Kenapa?"
Tanya Velyn masih setia dengan tangisan nya yang semakin pecah. Ia menatap prihatin gadis ringkih didepan nya.

Nada tersenyum dan mengusap pelan air mata Velyn, ia sangat beruntung ternyata masih banyak orang orang yang sangat menyayangi nya.

"Tante jangan nangis dong. Kan Nada yang ngerasain sakit," Ucap Nada terus memegangi dada nya.

"Kamu tahu? Penyakit kamu ini semakin parah Nada, kalau nggak ada usaha sama sekali buat berobat, tante nggak bisa jamin kamu bisa sembuh." Ucap Velyn menatap Nada serius.

"Karna, kanker kamu udah memasuki stadium akhir." Sambung Velyn. Ia menatap Nada kembali dengan tatapan sendu nya, segera ia memeluk erat tubuh gadis berparas cantik itu kedalam dekapan nya.

Nada tersenyum getir dibalik tubuh Velyn, ia sama sekali tidak terkejut dengan ucapan Velyn saat ini. Tidak heran jika penyakit nya semakin memburuk. Nada membalas pelukan Velyn dengan hangat.

Setelah kepergian Velyn, Nada menatap ponsel nya yang sedari tadi bergetar. Ia segera mengangkat sambungan itu yang ia ketahui ternyata Ira. Siapa lagi kalau bukan dia.

"Halo?.."
"Jahat lo Nad. Dimana aja lo selama ini, lo lari dari masalah lo huh? Lo bukan Nada yang gue kanal. Dimana Nada???!!!!." Sembur Ira emosi.

Lagi lagi Nada menerbitkan sebuah senyuman palsu. Ia segera memutuskan sambungan ponsel nya dari Ira. Segera ia mengetik kan sesuatu di room chat Mereka. Ia mengirimkan alamat lokasi Nada saat ini.

Nada menghembuskan nafas nya pelan. Ia mendudukan tubuh nya dan bersandar di ranjang tidur nya. Nada memejamkan mata nya rapat rapat mencoba menerima semua takdir nya dengan ikhlas.

1 jam kemudian..
Ira membulatkan mata nya sempurna begitu juga dengan Tasya saat mereka melihat Nada menenggelamkan kepala nya dikedua lipatan tangan nya.

Mereka juga melihat banyak tissue bekas darah yang berceceran di depan Nada.

Refleks saat itu juga, Ira memeluk erat tubuh Nada membuat sang empu ter lonjak kaget. Nada membuka pelan mata nya yang tertutup. Ia tersenyum kecil melihat Tasya dan Ira yang tengah menatap nya khawatir.

"Lo jahat banget sama gue Nad. Sebegitu nggak penting nya ya gue buat lo. Kenapa lo sembunyiin masalah lo dari kita?!" Bentak Tasya memecahkan tangisan nya. Ia menangis tersedu sedu di depan Nada, Nada segera memeluk Tasya pelan kedalam dekapan nya.

Setelah mereka berbincang bincang hangat, Nada kembali mencengkeram kuat dada nya yang masih terasa sesak. Ira dan Tasya juga menatap Nada dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Nada menghembuskan nafas berkali kali dan mencoba tersenyum tulus untuk menutupi rasa sakit nya.

"Lo nggak pulang?" Tanya Tasya memecahkan keheningan. Nada tersenyum dan menggeleng merespon pertanyaan Tasya. Ia tidak akan pernah lagi menjadi beban keluarga nya untuk yang kesekian kali nya.

"Gimana keadaan kak Jea?" Mendengar pertanyaan Nada, Ira mendengus kesal oleh nya. Di kondisinya sekarang, masih sesempat itukah ia menanyakan kondisi orang lain?.

"Kak Jea masih belum sadar dari koma nya, malah saat ini dokter mengatakan kalau ginjal kak Jea juga memburuk. Semua orang disana lagi heboh mencari pendonor ginjal untuk kak Jea." Jelas Ira kepada Nada.

Nada membulatkan mata nya sempurna. Ia sangat terkejut dengan berita dari Ira. Tasya hanya bisa menghela nafas berat, ia tahu isi fikiran Nada saat ini.

"Gue yang bakal donorin ginjal buat kak Jea." Ucap Nada membuat Tasya dan Ira melotot sempurna. Nada tersenyum getir dengan pandangan nya yang kosong, ia tidak akan pernah membiarkan sesuatu terjadi kepada Jea.

"Nggak! Lo ngomong apa sih, kita nggak izinin lo buat ngedonorin ginjal ke kak Jea." Tolak Tasya menyentuh pelan tangan Nada.

"Iya. Kita yakin orang tua lo pasti berhasil nemuin orang yang siap buat ngedonorin ginjal nya buat kak Jea. Lo juga pasti bakal sembuh Nad." Jelas Ira, ia menghapus kasar air mata nya yang dari tadi terus mengalir hebat.

Nada menggeleng, ia menatap Tasya dan Ira bergantian. "Percuma. meskipun gue nggak ngedonorin ginjal ke kak Jea, maut tidak akan pernah berpaling dari gue.." Gumam Nada masih dengan tatapan kosong nya.

Air mata nya keluar secara perlahan. "Kanker gue udah memasuki stadium akhir."
Degg.. Tentu saja perkataan Nada sangat membuat Ira dan Tasya terkejut. Kedua nya menggeleng kuat, mereka tidak percaya dengan ucapan Nada saat ini.

Tasya menangis keras membuat Nada terkejut. Ia merasa sangat bersalah telah memberi tahu nya tentang penyakit itu. Nada menatap sendu Tasya dan Ira bergantian. Dia sangat merasa bersalah telah membuat kedua sahabat nya merasa sedih. Harus nya tadi, Nada diam saja menyimpan semua kenyataan ini.

Kemudian keduanya saling memeluk. Mereka terduduk lemah disamping Nada yang terus mengeluarkan air mata.

Next?
Wait!
.
.
.
.
Follow akun Instagram author @niisak08

GOODBYE NADA [END]√Donde viven las historias. Descúbrelo ahora