6. Quality Time part 1

206 118 71
                                    

Seorang ayah adalah cinta pertama bagi setiap putrinya.

~~~~~~~~

Aku menuruni tangga dan berjalan cepat menuju tempat shalat yang tersedia di rumahku. Terlihat mama dan papa sedang berbincang dengan serius. Aku pun bergegas menuju kamar mandi dan mengambil air untuk wudhu. Selesai dengan wudhu ku, aku langsung bergabung bersama mama dan papa di dalam mushalla.

Setelah memakai mukena, kami bertiga memulai shalat dengan papa sebagai imam sedangkan mama dan aku mengikuti sebagai makmum.

Aku juga memiliki seorang abang, namun sangat jarang berada dirumah, dikarenakan dia memiliki pekerjaan di Malang, Jawa Timur. Maka dari itu, tidak mungkin jika setiap hari dia pulang pergi dari Jogja ke Malang.

Orang tuaku juga tak memberikan izin untuk itu, karena khawatir abangku kelelahan di perjalanan. Akhirnya abangku memutuskan mencari kos yang ada di dekat tempat kerjanya.

Meskipun berjauhan, kami tetap menjalin komunikasi melalui sosial media. Tak jarang, jika aku rindu kepadanya, dia pun menelponku terlebih dahulu, seolah mengerti bahwa sang adik sedang rindu.

Setelah shalat, aku membaca Al-Quran dengan disimak oleh papa. Karena sedari kecil, papaku sudah membiasakan kepada anak-anaknya untuk membaca Al-Quran, setiap selesai shalat Maghrib dan Subuh. Aku bukanlah seorang penghafal Al-Qur'an, berbeda dengan para sepupuku, yang hampir semua dari mereka seorang Hafidz Quran.

Dan lagi, seperti itik yang merindukan bulan, seolah tidak mungkin jika aku menjadi penghafal Al-Quran. Soalnya disuruh ngaji aja susahnya minta ampun, musti dibujuk dulu sama papaku. Tapi kalo abangku dirumah, pasti langsung kena omel dan wejangan jika aku gak mau ngaji. Dan kalian tau lah, kenapa bukan mama yang bujuk aku. Karena kalo mama, aku kan udah kek anak pungut aja, wkwkwk.

Sesekali papa membenarkan bacaanku yang salah dan mencontohkan bacaannya terlebih dahulu. Suaraku dengan mama saling bersahutan, karena mamaku sedang mengulang hafalannya di sampingku.

Yaps, sama seperti para sepupuku, mamaku juga seorang hafidzah. Namun, meskipun sudah menjadi hafidzah, mama selalu mengulang-ulang hafalannya. Jika ku tanya alasan kenapa musti mengulang, mama selalu memberikan jawaban, supaya hafalannya terjaga dan tidak hilang.

Tuh ...

Aku sama mama aja perbedaannya menonjol banget, padahal aku ini anaknya mama lohh. Ish, wajar dong kalo papa ku secinta itu sama mama. Karena, selain memegang label istriable, beliau juga memegang label seorang hafidzah.

Setelah aku menyelesaikan bacanku, kini giliran mama yang disimak oleh papa.

Ugh ... sungguh romantis! Dibenerin kalo bacaannya salah, waktu ngaji juga sambil tatap-tatapan, dan lagi mereka saling melempar senyum ketika membaca membaca Al-Quran. Ishh serasa dunia milik berdua aja, yang lain ngontrak. Elah ma pa! anakmu yang jomblo masih disini loh ...

Akhirnya suasana romantis pun usai dengan berakhirnya bacaan Quran mama.

Eh!

Ternyata salah guys! Suasana itu belum berakhir, karena selanjutnya aku melihat papa mencium kening mama, lalu menempelkan hidung mereka berdua, ish untung pegangan ke Al-Quran nya tadi langsung aku ambil alih, kalo enggak bisa berabe kan wudhu mereka batal.

Seolah belum puas dengan adegan romantis yang dilakukan, sekarang mereka saling berpelukan seperti melepas rindu saru tahun tak bertemu, uftt ... sabar Fee, sabar! Orang sabar jodohnya dekat, wkwk.

Aku berpikir untuk mencari cara agar mereka cepat sadar, bahwa masih ada aku di sini.

"Uhuk..!" aku sengaja batuk dengan suara yang cukup keras.

Queen Of Ghassan  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang