8. Ujian

190 103 84
                                    

Di kesunyian malam, seorang perempuan tengah duduk di lantai ruangan beralaskan sajadah, dengan mukena yang tampak indah membalut tubuhnya. Isak tangis terdengar begitu pilu memenuhi sunyinya ruang. Kini dia mengadu pada Sang Pencipta, mengeluarkan segala keluh kesah dalam hidupnya.

Perlahan perempuan itu mulai tenang dan merasa lega karena sudah mengeluarkan hal yang mengganjal dihatinya, walaupun masih dengan sedikit sesenggukan dia coba meredakan tangisnya itu.

Tak lama mulai terdengar suara ayam bersahutan melakukan tugasnya, ia mulai berkokok walau samar untuk membangunkan banyak orang yang sedang terlelap. Ia mencoba memberi peringatan kepada manusia untuk bangun menyambut Sang Kekasih yang mendatangi bumi.

Sayangnya, masih banyak yang asik dengan kenyamanan kasur-kasur mereka, masih ada sekelumit orang yang baru istirahat dari kegiatan keseharian, dan tidak jarang pula beberapa orang terjaga dalam tidur namun memilih untuk memejamkan kembali matanya.

Ini adalah waktu tahajud, dimana Nabi bersabda:

"Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta'ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman, Barangsiapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaannya. Dan barangsiapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia."

Sambil menunggu waktu subuh, perempuan itu mendengarkan lantunan zikir yang sengaja dia hidupkan dari handphone. Menikmati semilir udara pagi yang memasuki kamar dan terasa dingin nan sejuk dari jendela yang terbuka. Rasa kantuk sedang menantikan perannya pun mulai menyapa.

~~~~~~~

POV Ahmad

Aku bersiap-siap menuju masjid, setelah merapikan baju yang ku kenakan dan memoleskan sedikit wangi-wangian pada baju, aku mengenakan kopyah yang berada diatas nakas dan berjalan keluar dari kamar untuk menemui mama terlebih dahulu di kamarnya, hal itu sudah menjadi kebiasaanku dari kecil setiap kali akan melakukan aktivitas di luar rumah. Aku berjalan menuju teras rumah, namun..

"Bang," sapa Rere ketika aku melewati kamarnya.

Aku meliriknya sekilas dan melanjutkan langkahku keluar rumah.

"Ya elah bang, tungguin napa! Rere bareng ke masjidnya," seru dia ketika dapat menyamakan langkah kakinya denganku.

Akhirnya aku dan Rere beriringan menuju masjid. Ditengah jalan, banyak santri kakekku yang menyapa kami dan tak jarang pula mereka melontarkan candaan-candaan untuk mengusir rasa kantuk yang menjerat.

Setelah shalat berjamaah kami semua bergegas mengambil makanan di dapur umum, dikarenakan hari ini hari senin. Yang artinya sudah menjadi kewajiban bagi semua orang di pesantren ini untuk berpuasa, sama hal nya dengan hari kamis. Maka dari itu, setelah kegiatan qiyamullail berakhir akan dilanjut dengan makan sahur sambil menantikan azan subuh.

Para santri menikmati waktu disaat seperti ini, ada yang sengaja menghabiskan makannya dengan cepat supaya bisa memejamkan mata sejenak, ada yang sengaja memperlambat makan agar bisa menikmati makanan yang di dapatkan, dan ada pula yang sengaja membuka obrolan disela-sela makan untuk menghilangkan rasa kantuk.

Terdengar azan berkumandang dari arah masjid. Para santri langsung berbondong-bondong memasuki masjid untuk melaksanakan shalat subuh, karena jika ketahuan telat shalat oleh bagian keamanan, dia akan di kenakan takziran. Aku yang sudah menyelesaikan wudhu pun mulai melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran setelah melaksanakan sholat sunnah qabliyyah.

Mengapa harus membaca Al-Quran, tidak pujian? Kan umumnya di pesantren kalo nunggu iqamah akan dilantunkan pujian.

Itu karena sudah menjadi kebiasaan di pesantren ini. Dan alasan yang dikemukakan kakekku setiap kali aku menanyakan hal itu yaitu agar santri yang lain bisa sekaligus murojaah.

Queen Of Ghassan  [HIATUS]Where stories live. Discover now