Departmen NYPD—Kantor kepolisian New York— siang itu berdengung dengan suara khas hiruk pikuk suasana perkantoran pada jam sibuk.
Bunyi ketikan tanpa henti di atas tuts keyboard komputer, mesin-mesin printer yang mencetak berlembar-lembar laporan kriminal, serta yang paling dominan, suara percakapan penuh emosi dari para petugas yang sedang menanyai orang-orang yang akan mereka tahan.
Jauh di ujung lorong yang sesak dan tersisih dari semua keributan itu, di dalam sebuah kantor yang nyaman dan tenang, sangat kontras dengan keadaan di luar sana, Gabriel duduk di salah satu kursi kulit yang ada di tengah ruangan.
Ia memandang deretan rak besi yang penuh dengan map-map tebal berjajar rapi pada bagian belakang dinding ruangan itu tanpa benar-benar melihatnya.
Pikirannya sedang tertuju pada hal lain.Mungkin sebaiknya kuajukan permohonan ke pengadilan supaya keluarga Hills menjaga jarak dari Camille...
"Atas dasar apa?"
Gabriel terkejut dan menoleh pada Ray Stewart, pengacaranya, yang duduk di kursi di sampingnya.
Rupanya ia telah mengucapkan pikirannya keras-keras tanpa sadar.
"Mereka mengancam Camille, merongrong hidupnya. Memangnya itu belum cukup?" ujarnya sengit.
Ray mengalihkan pandangan seraya merapikan susunan dokumen yang ada di atas meja di hadapan mereka.
"Apa kau punya bukti?"
"—yang konkret." tambahnya cepat saat melihat Gabriel hendak menyahut.
Gabriel menggertakkan rahangnya, kedua matanya disipitkan dengan tatapan mengancam.
Terkadang pengacaranya ini bisa bersikap sangat menyebalkan.
"Tanpa bukti tidak ada peraturan yang bisa dikeluarkan oleh pengadilan manapun,"
"Kusarankan, agar kau menyewa pengawal saja untuk gadis itu, sangat praktis, bukan?"
Gabriel menggerutu pelan.
Ia menggumamkan sumpah serapah di bawah napasnya."Bagaimana soal royalti partitur milik Terrence Young yang disinggung oleh Dominic?"
Pengacaranya terlihat berpikir sejenak.
"Bila, pernikahan ayah Camille dan Dominic sah serta masih tercatat secara hukum pada saat pria itu meninggal, tentunya apa yang dimiliki sewaktu mereka menikah memang harus dibagi."Ray menyadarkan siku pada tepian meja, memutar tubuhnya menghadapi Gabriel.
"Apa ada catatan tanggal pembuatan dalam berkas partitur itu?""... kurasa begitu,"
"Kapan tepatnya?"
Gabriel mengedikkan bahu,
"Dari ceritanya, ayah Camille sudah mulai menggubah lagu jauh sebelum istri pertamanya—ibu Camille—meninggal dunia,""Apa itu berarti sesuatu?" Gabriel bertanya penuh harap.
Ray mengangguk samar.
"Kurasa kita dapat menemukan celah di sana, aku akan mempelajarinya lebih lanjut."
"Omong-omong, kuasa hukum Blitz News menghubungiku lagi kemarin,"
"Dia bilang kliennya amat sangat menyesal," tambahnya saat melihat tatapan mengancam yang dilontarkan oleh Gabriel kepadanya.
"Yeah, dan pegawai mereka akan menebus penyesalan itu di balik dinginnya jeruji penjara, setelah dia mencelakai Camille seperti itu." sahutnya dingin.
"Kecelakaan itu adalah kelalaian, Gabriel, tapi mereka berharap agar kau tidak ikut-ikutan mempersulit bisnisnya juga, bagaimanapun, kau tahu sendiri bidang pertelevisian saat sekarang ini sedang dalam masa-masa sulit,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Cinderella Story : The Missing Girl (Completed)
RomanceHidup tidak pernah sulit bagi seorang Gabriel Adams, putra satu-satunya dari pemilik Golden Oil, perusahaan minyak terbesar yang berbasis di Manhattan, serta seorang bintang football kampus yang populer. Hidupnya nyaris sempurna hingga suatu hari, k...