RARA 32

8.4K 321 11
                                    

Jangan lupa vote + comment :)
Happy reading💙

"DOKTER!" seru Daffa ketika sampai di rumah sakit.

Bella segera ditidurkan di brankar dan dibawa ke ruang ICU.

"Mohon maaf, adek tunggu diluar saja." ucap salah satu suster.

"Udah Daff, tenangin diri lo. Duduk dan berdoa sama tuhan supaya Bella baik-baik aja." Rara menepuk pundak Daffa.

Yang lain segera duduk dan memanjatkan doa untuk Bella, supaya tetap baik-baik saja.

Setelah lama menunggu dokter keluar dari ruangan.

Ceklek.

"Maaf sebelumnya, apakah disini ada keluarganya pasien?" tanya dokter Adi sambil memandang mereka semua.

"Tidak ada dok, gimana keadaan pacar saya?" Daffa khawatir.

"Sebelumnya saya sudah berjanji kepada pasien agar merahasiakan ini dari siapapun. Tapi, sepertinya kondisinya sudah tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Pasien mengidap kanker otak stadium akhir, saat ini kondisinya sangat parah, mungkin pasien jarang meminum obat dan tidak menjalankan kemoterapi secara teratur." Terang dokter Adi.

Syok. Semua yang mendengar terkejut dan menangis histeris.

"Dokter jangan bohong, Bella sehat kok dok, mungkin dokter salah periksanya. Dokter jangan bercanda!" Daffa terisak, dia merasa gagal menjaga Bella.

"Gue gak mau kehilangan lagi. Gue yakin Bella kuat, awas aja Bell lo nyerah. Gue pecat lo jadi sahabat gue, hahaha." ucap Rara dengan tawa pilunya.

"Gue belum lama kenal sama lo Bell, gue gak mau kehilangan lo." ucap Melodi.

"Kenapa tuhan baru mempertemukan kita, padahal gue pengen sahabatan sama lo lebih jauh." Gabi mengusap air matanya.

"Hey, kalian bicara seolah-seolah Bella akan pergi. Ingat Bella itu kuat! Dia gak mungkin ninggalin kita. Dia juga gak rela ninggalin bucinannya." ucap Revan.

"Kalian bisa menghubungi kerabatnya? Pasien harus segera saya operasi, dan saya butuh persetujuan orang tuanya." ucap dokter Adi.

Tut tut tut.

"Angkat sialan." gumam Daffa. Ketika telvonnya tidak diangkat.

"Halo tante, Bella sakit kanker otak. Dan dia harus operasi, apa tante setuju?"

"Ya, terserah saja. Saya sibuk, udah dulu."

"Anak tante sekarat! Reaksi tante kayak gitu?! Apa pantes tante disebut mama!" seru Daffa.

"Daff, sabar. Jangan emosi."

Tut tut tut.

"Bangsat." Daffa mengacak rambutnya frustasi.

"Dok, lakuin yang terbaik buat Bella!" seru Daffa.

"Baik, kami akan melakukan sebaik mungkin. Kalian selalu berdoa buat pasien, supaya pasien bisa melewati masa kritisnya, saya permisi."

"Sus, siapkan ruang operasi."

"Baik dok."

*****

"Gue harus kerumah sakit Ca." Yoga mengelus kepala Caca.

"Yoga disini aja. Kita kesana bareng, tapi nanti sepulang sekolah."

"Gue muak, kalau saja ini bukan perintah, gue juga ogah deket-deket sama dia, gue harus akhiri ini semua." Batin Yoga.

"Hm, serah lo."

RARA [END]Where stories live. Discover now