9. PLUVIOPHILE

14 9 5
                                    

Saat aku lihat pelangi, kamu ada. Saat hujan datang, kamu serta. Malam yang sepi, kamu disana. Bagaimana bisa sembunyi, jika di setiap arah pikiranku, kamu selalu ada.

----

Dan akhirnya pukul tiga lebih empat puluh menit, rombongan tiba di lokasi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa. Para calon anggota OSIS bergegas keluar dari dalam bus karena Kefan memberi waktu mereka hanya 5 menit untuk menaruh tas ke dalam kamar masing-masing lalu mereka harus berkumpul kembali di lapangan depan villa tersebut.

Nafas Delina tersengal-sengal ketika ia berlari ke arah lapangan. Banyak yang sudah berkumpul disana. Beberapa orang terlambat berkumpul, membuat semua calon anggota OSIS harus push up sebanya 100 kali.

Setelah push up dan mengikuti gerakan baris-berbaris dipimpin oleh tim paskibra, akhirnya calon anggota OSIS dapat duduk bersantai sambil berkumpul, berbincang-bincang ataupun sekedar minum air mineral karena kelelahan.

Delina mengusap peluhnya. Ia merasa sangat lelah mengikuti kegiatan ini. Tadi ia dihukum squat jump sebanyak 50 kali akibat ia kurang fokus mengikuti kegiatan baris-berbaris tadi.

Wajah Delina terlihat sangat pucat. Pandangannya kini samar-samar. Kepalanya benar-benar terasa berat. Ia merasa semuanya berputar. Tangannya meraba-raba lengan Xion. Tubuhnya sangat lemas. Ia menghembuskan napasnya berkali-kali.

"Delina, kamu gak papa? Muka kamu pucat. Mau aku panggilkan PMR?" tanya Xion panik lalu merangkul tubuh Delina dari samping.

Delina tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Badannya benar-benar lemas.

Tiba-tiba ..

BRUK!

Delina pingsan.

"PMR .. PMR .."

"Ada yang pingsan .."

Hujan melihat banyak orang yang berkerumun. Hujan pun langsung berlari menghampiri kerumunan itu.

"Delina!" ucap Hujan membulatkan matanya.

Entah kenapa Hujan sangat panik saat ini. Terlihat PMR akan membawa Delina ke suatu kamar yang disiapkan untuk orang yang sakit menggunakan tandu. Tetapi Hujan dengan cepat menggendong tubuh mungil Delina ala bridal style.

"Lo mau ngapain?!" tanya Xion sewot.

"Bawa Delina ke UKS."

Hujan langsung membawa Delina ke UKS. Yang dimaksud UKS adalah kamar yang tadi disiapkan untuk orang yang sakit atau kelelahan. PMR sudah siap siaga disana. Hujan langsung merebahkan tubuh Delina diatas pembaringan.

Tak lama kemudian, Delina membuka matanya perlahan. Matanya mengerjap lucu. Ia beranjak bangkit, tapi tak bisa. Kepalanya terasa sangat pusing. Ia memegang kepalanya.

"Ck, anda masih sakit."

Suara itu mengagetkan Delina. Sedari tadi ia tidak sadar jika ada oranglain di ruangan itu.

Delina menoleh ke sumber suara, "Hujan?"

"Ya."

Hujan membantu Delina berbaring kembali. Delina masih setia menatap Hujan dengan pandangan bingung.

"Kalau fisik anda lemah, jangan sok-sok an ikut berbagai macam kegiatan. Kalau udah pingsan siapa yang repot?!" ucap Hujan dengan nada tinggi membuat Delina menahan tangisnya.

"Maaf," cicit Delina.

Hujan menghembuskan napasnya, "Istirahatlah. Agar anda bisa mengikuti kegiatan nanti malam."

Ucapan Hujan hanya dibalas anggukan oleh Delina. Hujan langsung melenggang keluar dari ruangan itu. Di depan ruang UKS, Hujan bertemu dengan Xion. Rahang Hujan mengeras. Hujan menatap tajam Xion. Xion pun begitu. Tatapan mereka berdua bagai mengibarkan bendera perang.

Setelah beberapa detik mereka bertatapan, Hujan segera melenggang pergi meninggalkan Xion.

Saat Xion memasuki ruangan UKS, ia melihat Delina yang sedang menyeka airmatanya. Ia segera menghampiri Delina.

"Hujan ngomong apa aja sama kamu sampai kamu menangis kaya gini? Dia jahatin kamu? Bilang sama aku Del," Xion bertanya beruntun pada Delina.

"Aku gak papa Xion. Kamu tenang aja," ucap Delina memaksakan senyumnya.

"Kamu gak pinter bohong Delina."

Senyum Delina pudar, "Aku ngerepotin semua orang ya? Aku lemah banget ya? Baru ikut kegiatan segitu aja udah pingsan, gimana nanti?" tanya Delina dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Siapa yang bilang kamu ngerepotin? Hujan?" tanya Xion.

Delina mengangguk.

"Kamu gak ngerepotin, Delina. Semua orang punya batas kekuatan fisiknya, semua orang juga bakal ngerasain capek dan bahkan bisa aja pingsan seperti kamu. Lagian kita kan gak tau siapa aja yang bakal pingsan, kapan kita bakal pingsan, dimana kita bakal pingsan. Kamu juga kan pingsan bukan kemauan kamu. Harusnya si Hujan mikir dulu kalo mau ngomong. Jangan seenaknya gitu. Liat aja nanti, aku bakal kasih pelajaran buat Hujan. Seenaknya aja udah buat princess-ku nangis," ucap Xion berapi-api.

"Udah ya Xion, kamu gak usah perpanjang masalah ini. Cuma masalah kecil doang kok," ucap Delina dengan nada yang masih terdengar murung.

Xion menghembuskan napasnya, dia hanya bisa pasrah jika berdebat dengan wanita kesayangannya ini.

"Kamu belum makan ya Delina?"

Delina menggeleng menjawab pertanyaan Xion, pertanda dia memang belum makan.

"Aku bawa roti, tapi ada di kamar. Aku ambilin ya?"

"Gak usah Xion. Aku mau istirahat aja,"

Delina memang ingin istirahat. Tubuhnya kembali lemas.

"Tapi perut kamu masih kosong, Delina. Kamu makan dulu baru istirahat ya?"

"Kalo aku bilang gak usah ya gak usah Xionus Axelion Dirgantaraaaa," sengaja ia memanjangkan nama Xion karena ia sangat gemas dengan lelaki yang sedang bersamanya ini.

"Yaudah deh, selamat istirahat ya Delina," ucap Xion sambil mengusap puncak kepala Delina.

Dulu saat Delina diperlakukan manis seperti ini, ia akan merasakan getaran-getaran yang aneh. Ia sadar, dulu ia juga pernah mencintai Xion. Tapi dia juga harus sadar, bahwa sahabat tercintanya itu mencintai Xion.

Tapi sekarang, getaran itu hilang. Tidak, bukan hilang. Tapi, ganti orang. Entahlah. Mungkin ia benar-benar sudah mencintai Jauzan. Lelaki sedingin es itu selalu berada di pikirannya.

Delina tersenyum. Ia tak sadar, masih ada Xion disana.

Xion mengernyit heran, "Kamu kesurupan Del? Kok senyum-senyum sendiri?"

Lamunan Delina buyar. Ah, bukan Hujan yang sedang bersamanya saat ini.

"Ng-nggak. Kamu pergi aja sana. Aku mau istirahat," ucap Delina gugup. Ia salah tingkah.

Xion mengangguk lalu pergi meninggalkan Delina seorang diri.

Saat Delina memejamkan matanya, bayangan Hujan mulai menari-nari.

"Ish, Hujan. Kamu gak sopan ya ganggu aku mulu. Aku mau istirahat tau nggak?!" ucap Delina setengah berteriak.

Ia benar-benar kesal. Mengapa mencintai Hujan bisa serumit ini?

----

ANNOUNCEMENT!!!

Aku bakal slow update, karena udah mulai sibuk daring.

Gimana kabar kalian setelah masuk sekolah daring? Apakah kalian semua mabok tugas? Hehehehehhe bercanda.

Oiya, jangan lupa votement dan kasih krisarnya yaa.

Terimakasih.

salam,
pluviophile-mu.



PLUVIOPHILEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora