(+)Empat Belas

20.4K 2.2K 293
                                    

"Haaah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Haaah..."

Vanya pasti sudah gila sekarang. Dirinya terduduk lemas di kamar tidurnya, menatap jenuh kepada tumpukan pakaian yang sedang menumpuk dihadapannya sekarang.

Beberapa jam yang lalu, disekolah Adrian mengajaknya untuk bertemu malam ini dan sekarang Vanya dengan terengah-engah akibat membongkar semua isi lemarinya, mencari pakaian yang pas untuk menutupi tubuhnya saat bertemu Adrian nanti.

"Ngapain gua bingung banget? Padahal kan gua cuma mau ketemu si cowo gila itu" Vanya berbicara dengan dirinya sendiri, meratapi sikap gegabahnya yang dengan hebohnya sudah membuat kamarnya menjadi tumpukan pakaian.

Pikiran Vanya teralih saat ia melihat sebuah baju berwarna hijau dengan lambang huruf C yang saling bertautan. Vanya melangkah kakinya mendekati pakaian itu, ini adalah pakaian pertama yang mampu ia beli dari sisa uang jajannya, lebih tepatnya satu-satunya pakaian yang Vanya beli dengan uangnya sendiri.

Vanya memutuskan untuk memakai pakaian itu malam ini entah mengapa tiba-tiba otaknya menyuruhnya untuk memakai baju itu, sekarang ia tengah menatap penampilannya didepan kaca yang menampilkan sekujur tubuhnya. Vanya membalikkan dirinya, memeriksa apakah ada kekurangan pada tampilannya. Vanya menghentikan tindakannya saat melihat bi Darsih memasuki kamarnya.

"Non" Ucap bi Darsih sembari mengintip ke arah Vanya yang sedang menatapnya dengan tatapan terkejut.

"Bibi kalo mau masuk ketok dulu dong! Vanya kaget ni!" Vanya memegang dadanya terkejut. "Maaf Non, bibi lupa. Soalnya di luar ada temen Nona, namanya... Ad-Adrian nah Adrian Non!" Perkataan bi Darsih sukses membuat Vanya membulatkan matanya.

Vanya mengangkat tangannya dimana jam kecilnya terlilit rapih, jarum jam menunjukkan pukul 20.05 yang berarti kalau sang pria telat 5 menit. "Bilang Vanya bakal turun bi" Ucap Vanya yang di angguki oleh bi Darsih.

Vanya dengan cepat mengambil tas kecil yang ia selempangkan di bahunya.

Kini Vanya sudah keluar dari kamarnya, bersiap untuk menemui Adrian yang sudah menunggunya. Ia melangkah kakinya dengan cepat saat menuruni anak tangga, sambil sesekali merapihkan baju nya.

Namun langkahnya terhenti ketika melihat pria yang berjanji untuk menemuinya itu dengan asik berbicara dengan bi Darsih sambil memeluk mesra wanita paruh baya itu.

Apa-apaan ini? Apa Adrian benar-benar gila? Bagaimana bisa ia menggombali seorang wanita yang cocok ia panggil dengan sebutan nenek? Bagaimana bisa ia dengan manisnya memperlakukan bi Darsih selayaknya gadis remaja. Adrian benar-benar sudah gila.

"Ehkhmm" Suara Vanya sukses membuat pelukan antara Adrian dan bi Darsih terlepas, membuat jarak diantara keduanya melebar. Terlihat Vanya masih betah dengan tatapan terkejutnya, sedangkan bi Darsih menunduk malu seakan dirinya tengah dipergoki pacaran dan Adrian... jangan tanya tentang Adrian, pria itu dengan mudahnya malah cengengesan.

Antagonist Revenge Where stories live. Discover now