Reason[Part II]

7.8K 670 49
                                    

Hayo jangan lupa vote dulu!

Hayo jangan lupa vote dulu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jakarta, 2015.

"Pah…"

Suara mungil itu sukses membuat Ardi menghentikan aktivitas bercumbunya dengan istri barunya.

Baik Ardi maupun seorang wanita dengan pakaian ketatnya terkejut saat melihat seorang anak kecil berumur 13 tahun memakai pakaian serba hitam dengan rambut yang dikepang.

"P-Putri sayang… mungkin kamu belum kenal, ini namanya Yanti. Papah baru saja menikah dengannya seminggu yang lalu, mulai sekarang kamu panggil dia ibu ya?" Ardi bangun dari duduknya dan berdiri didepan putrinya yang sedang menatapnya kecewa.

Putri hanya menatap datar wanita itu. Kalau biasanya ia akan marah atau mengamuk ketika papahnya membawa wanita baru, sekarang ia hanya tenang tak bersuara. Lagipula untuk apa ia marah? Toh kedatangan wanita ini termasuk bagian dari rencana Putri.

"P-Papah gamau ikut sama Putri? Putri mau kemakam mamah, hari ini tepat setahun kepergian mamah" Ucap Putri tanpa menghiraukan ucapan papahnya.

Raut wajah Ardi berubah seketika, "Ah… papah lupa sayang. Hari ini kamu pergi sama bibi aja ya? Lain kali ayah ikut" Ucap Ardi sambil membelai Putri.

"Lain kali? Tapi kapan pah? Setiap Putri ngajak papah, papah selalu aja nolak. Apa papah bener-bener udah lupa sama mamah?" Ucap gadis mungil itu.

"Papah gak pernah ke makam mamah, bahkan setelah 2 hari mamah gak ada papah buang semua foto mamah dirumah ini! Papah udah lupa sama mamah kan!?" Lanjut Putri.

Ardi mengepalkan tangannya, emosinya tersulut begitu mendengar perkataan anaknya yang memang mengandung kebenaran.

"PUTRI!!" Bentak Ardi kepada Putri yang membuat gadis itu tersentak.

Baru saja ingin melangkahkan kakinya dan hendak melayangkan tangannya, tiba-tiba Ardi ditahan oleh Yanti. Semuanya bisa hancur kalau Putri terluka.

"Mas… kita ke mall yu? Aku mau ke salon" Ucap Yanti manja sambil memeluk erat tangan Ardi yang tadinya hendak memukul Putri.

Wajah marah langsung menghilang dari wajah pria 38 tahun itu begitu melihat istri mudanya bertindak manja seperti itu, Ardi mengangguk dan menuntun Yanti dengan perlahan, meningalkan Putri yang menatapnya dengan tajam.

"Silahkan nikmati semuanya pah, setidaknya untuk terakhir kalinya"

٪٪٪

"Mamah… Putri dateng lagi"

Putri langsung berjongkok dan mengusap sebuah batu berwarna abu-abu dengan nama ibunya disana.

Satu tetes air mata mengalir begitu saja dari mata Putri tanpa seizin sang pemilik mata. Tangan mungil Putri tak henti-hentinya mengusap batu nisan sang ibu.

Antagonist Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang