(+)Tiga Puluh Satu

6.7K 654 33
                                    

Vote dulu dong:(

"Lu yakin bisa sendirian Van?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lu yakin bisa sendirian Van?"

Vanya menatap Rika dengan lemas, dan bergantian menatap Lisa dengan tatapan yang sama. Sebenarnya ia juga tak yakin bisa kuat atau tidak. 

Sekarang ia, Rika, dan Lisa sedang berada di dalam mobil Rika. Sekarang sudah pukul 7 malam, setelah menceritakan segalanya kepada kedua sahabatnya Vanya baru pulang dari sekolah dan seperti permintaan ayahnya Vanya kini sudah berada di depan rumahnya. 

Vanya keluar dari mobil Rika dan melambaikan tangan begitu melihat mobil merah itu mulai menjauh dari hadapannya. 

Vanya berbalik kini ia menatap rumah besar nan megah yang tertutupi oleh cat berwarna putih. 

Vanya menelan salivanya dengan susah payah. Rumah yang biasanya menjadi tempat bernaung dan bersantai setelah menjalani hari yang berat kini terasa sangat menyeramkan. 

Ia tahu pasti, didalam sana bukan hanya sang ayah yang menunggunya. Apalagi tak lama setelah pertengkarannya dengan Juna, sudah bisa dipastikan kalau sang ayah akan memarahinya habis-habisan. 

Dengan segenap keberanian yang sudah Vanya kumpulkan, Vanya mendorong pintu coklat besar yang menjadi akses masuk keluar rumahnya itu. Penampakan pertama yang ia lihat adalah sang ayah dan ibu yang sedang terduduk di sofa, sedangkan disebrang sana sudah ada Juna yang duduk bersebelahan dengan ayahnya, Tuan Dipta Pangestu Akarsana. 

Sesuai perkiraan bukan?. 

Seluruh perhatian kini tertuju kearah Vanya. Membuat rasa gugup makin menyelimuti tubuh Vanya. Tatapan dingin nan datar yang dilemparkan oleh keluarganya sukses membuat Vanya keringat dingin. 

Gunawan bangkit dari duduknya begitu Vanya melangkah mendekat. Melihat Gunawan yang sudah dimakan emosi, Siti pun ikut bangkit dan berusaha menenangkan Gunawan. 

"Dari mana aja kamu?" Ucap Gunawan datar. 

Nyess, okey ini bukanlah ayah kandung Widya tapi entah kenapa saat mendengar suara dingin nan datar ayah dari wanita yang sedang Widya masuki tubuhnya, ada rasa sakit di hati ini. 

"A-Abis main sama Rika… Lisa" Ucap Vanya lemas. 

Gunawan mengepalkan tangannya, "MAIN?! KAMU TAHU APA YANG TERJADI HARI INI?DAN BISA-BISANYA KAMU MAIN?!"

Vanya menutup matanya. Posisi Gunawan dan Vanya berhadapan dengan jarak yang cukup dekat. Jika dibentak dalam posisi seperti ini, wajar bukan jika Vanya terkejut. 

"Mas.." Ucap Siti memenangkan Gunawan. 

Pria paruh baya itu diam dan mulai meredam emosinya. Pria itu kini memijat pelipisnya, berusaha untuk mengurangi rasa pusing dikepalanya. 

"Kenapa ini bisa terjadi. Kenapa bisa Juna ngebatalin pertunangan kalian? Kalian tahu apa akibatnya kalau pertunangan kalian batal?!" Bentak Gunawan. 

Antagonist Revenge Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang