Hayu berangkat ke sekolah pagi-pagi dengan perasaan was-was. Ia menunggu di halte bus seorang diri. Meskipun ia sudah berkali-kali melakukan ini, Hayu tetap tidak bisa tenang saat berada di jalanan.
Baru saja dibatin, ia merasakan desiran angin dingin lewat di belakang lehernya. Hayu tidak berani menoleh, ia fokus memandang ke arah bukunya yang bahkan tidak ia baca. Ia merasakan gesekan halus di lengan kanannya lalu suara bus yang berhenti membut Hayu mendongak untuk melihat bus.
Sayangnya tepat ketika Hayu mendongak untuk melihat, sebuah wajah wanita dengan mata bulat hitam lalu putih di tengah sudah menyambutnya sambil tersenyum dengan lidah yang menjulur panjang. Hayu langsung mengumpat pelan sambil menampik sosok itu dengan tangannya.
Nihil. Ketika dia membuka mata sosok itu masih ada tapi kini berdiri di samping kanan Hayu. Masih dengan senyum ramahnya. Hayu segera berdiri lalu berlari ke arah bus yang sudah menunggunya. Ketika akhirnya dia sudah naik, ada seorang gadis dengan wajah pucat dan rambut panjang berantakan sedang duduk di kursi paling depan tepat di belakang supir. Hayu melihat ke seragam yang dikenakan gadis itu lalu seketika mengambil duduk di kursi seberang dari si gadis.
Ia menatap ke arah jendela. Wanita mata botol yang dilihat Hayu di halte sudah tidak terlihat. Sepanjang perjalanan, Hayu tidak pernah bisa tenang. Banyak sekali hal yang tidak terlihat oleh mata biasa terlihat di matanya.
Ada saat ketika kerumunan orang naik, ternyata ada pengikut gaib di belakang mereka, atau terkadang ada saja sosok yang jahil menempel di kaca jendela bus untuk menyapa Hayu. Gadis itu sering berjengit kaget saat mereka tiba-tiba muncul di hadapannya tanpa peringatan. Untungnya Hayu sudah mulai terbiasa, tetapi bukan berarti dia menyukai apa yang dihadapinya tiap hari. Untuk sekarang Hayu sudah bersyukur karena ia sudah tidak lagi berteriak kaget saat makhluk-makhluk itu tiba-tiba muncul di depannya.
Hayu mulai bisa melihat mereka setelah ia mendapat menstruasi pertamanya di umur tiga belas tahun. Sejak saat itu Hayu harus menghadapi teror dari mereka yang tidak terlihat.
Bus mulai melambat, Hayu mendapati dirinya sudah dekat dengan halte sekolahnya. Ketika bus sudah berhenti, Hayu menempelkan kartu transportasinya di alat pembayaran lalu melangkah turun.
Ekspresinya langsung lega saat dia melihat Dirga sedang menunggunya di halte. Dirga dan Hayu bisa dibilang pasangan legendaris di sekolah. Mereka tidak pacaran, tetapi nama mereka yang jika digabungkan memiliki arti kata panjang umur, seperti syarat keberuntungan untuk prestasi mereka di sekolah.
Dirgahayu menjadi nama resmi tim mereka setiap kali keduanya mengikuti kompetisi. Dirga maupun Hayu memiliki banyak kesamaan, selain sama-sama pintar dalam akademik, Dirga juga bisa melihat mereka yang tidak terlihat seperti Hayu. Alasan inilah yang membuat mereka bisa lebih dekat.
Dirga dan Hayu berjalan dari halte menuju sekolah mereka. Seluruh sekolah mengenal keduanya, biasanya karena sifat Dirga yang lebih sosial daripada Hayu dan menurut pendapat pribadi Hayu, karena Dirga rupawan. Tanpa sepengetahuan Dirga, Hayu masih sering mendapat intimidasi dari penggemar Dirga tetapi setiap kali hal itu terjadi, ada saja sosok tidak terlihat yang menginterupsi secara gamblang hingga menakuti para pelaku intimidasi. Anehnya, setiap kali itu terjadi si sosok tidak tinggal untuk menyapa Hayu dan hanya menghilang cepat.
Saking seringnya kejadian aneh yang terjadi ketika Hayu mendapat intimidasi, rumor sudah banyak menyebar, dan kini orang-orang tidak lagi menganggunya. Mereka hanya sebatas memaki terang-terangan yang tidak digubris oleh Hayu.
"Apa kamu berangkat dengan aman hari ini?" Tanya Dirga masih sambil berjalan ke depan.
Hayu menghembuskan napas, "Memangnya pernah ada kata aman untuk mata kita? Pagi ini mbak mata botol menyapaku di halte. Lalu di dalam bus, mbak kapling kursi depan juga ada." Keluh Hayu membuat Dirga tertawa.
Mereka masuk ke gerbang sekolah. Meskipun sama-sama bisa melihat, entah kenapa para sosok selalu menjauh saat Hayu bersama Dirga. Dia masih melihat, tapi tidak ada sosok yang tiba-tiba muncul untuk mengagetinya. Hayu pernah membahas itu dengan Dirga dan Dirga hanya menjawab kalau dia punya pegangan yang membuat mereka menjauhi dirinya. Hayu iri. Ia berharap punya pegangan juga seperti Dirga.
"Jadi, apa yang kamu lihat pagi ini?" Tanya Hayu.
Mereka berdua menyapa guru tata tertib bernama Pak Eko yang sedang mengamati pakaian dan atribut siswa, dan seketika mendapat lambaian tangan ramah dari beliau. Seperti biasa, Dirga berbasa-basi singkat sebelum masuk sekolah.
Mereka berdua akhirnya masuk sekolah dan seperti biasa, Dirga mendapat berbagai sapaan dari para penggemar dan kenalannya sedangkan Hayu berdiri canggung mengamati selama interaksi itu berlangsung.
Ketika akhirnya tinggal mereka yang berjalan berdua, Dirga angkat bicara. "Hari ini aku melihat sesuatu yang aneh."
"Aneh? Memangnya apa yang kamu lihat?"
Dirga menggeleng, "Aku tidak yakin, tapi aku melihat semacam lingkaran hitam ... aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, yang pasti lingkaran itu mengumpal seperti awan yang berkumpul?" Jelas Dirga dengan nada tanya.
"Hm, lumayan aneh juga. Aku belum pernah melihat hal seperti itu sebelumnya." Komentar Hayu.
Dirga melihat ke arah depan. Ia menangkap bayangan hitam sekelebat lewat sekitar sepuluh meter di depannya. "Ah, lagi-lagi ada mencari perhatian." Gumam Dirga.
Hayu walaupun sekilas, memahami apa yang dikatakan Dirga. "Apa kamu mau mencoba berbicara dengannya?"
Dirga menggeleng. Ia melihat ke arah jam tangannya, lalu ke arah depan tempat bayangan hitam lewat. "Aku tidak punya waktu untuk meladeni mereka. Yang pasti, akhir-akhir ini makhluk itu semakin sering mengangguku daripada sebelumnya."
Hayu mengamati sekitar, banyak sekali sosok yang terlihat di matanya, tetapi ia tidak paham mana yang dimaksud Dirga. "Kamu oke kan?" Tanya Hayu sedikit cemas.
Dirga tersenyum, "Tidak masalah. Aku masuk kelas dulu. Kabari aku jika ada informasi baru tentang kompetisi IPA bulan depan."
"Mau satu tim lagi denganku?" Tanya Hayu.
Dirga menganggukkan kepala antusias. Ia mengelus puncak kepala Hayu sekilas lalu pergi sambil berkata, "Tentu saja ... kita tim yang sempurna."
Ucapan itu membuat Hayu tertawa. "Baiklah ... bye ... sampai ketemu nanti." Ucap Hayu.
Dirga balas melambaikan tangan lalu berlari pergi menuju kelasnya. Begitu Dirga meninggalkan Hayu, berbagai sosok usil yang ada di sekolahnya mendadak bermunculan untuk menyapa Hayu. Gadis itu berusaha untuk tidak peduli pada mereka dan fokus berjalan ke depan tetapi langkahnya dihentikan oleh murid laki-laki dari kelas lain.
Jika Dirga terkenal pintar dan tampan, sosok murid lelaki di depannya terkenal nakal dan tampan bernama Yustas itu memberikan selembar kertas bertuliskan,
Hayu, aku suka kamu. Pacaran yuk?
Hayu mendongak untuk memandang ke arah Yustas, ia kehabisan kata-kata, di sekitar mereka mulai banyak anak-anak lain yang melihat.
Otak Hayu berhenti bekerja, ia tidak didesain untuk menghadapi sesuatu seperti ini sebelumnya. Satu-satunya jawaban yang keluar dari mulutnya adalah, "Hah??? Kamu masih waras kan?"
Sebuah bola voli tiba-tiba melesat ke arah mereka, yang ditangkap oleh Yustas secara instingtif. Mereka berdua menoleh ke arah datang bola dan mendapati seorang gadis memakai seragam olahraga sedang melotot ke arah Hayu.
Pada saat seperti ini, Hayu merasa gangguan tak terlihat lebih mudah untuk dihadapi.
------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Gate into the Unknown [END]
Fantasy[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia hanya ingin menjalani kehidupan normal seperti anak-anak seumurannya, tetapi kemampuannya membuat Hayu menjadi target penculikan oleh kelom...