Mereka berlima mendarat di tanah padat, dan seketika membuat Deka dan Nanda terjatuh ke tanah padat sedangkan Raga dan Ilyas berdiri masih berdiri sambil mengedipkan mata untuk menyesuaikan fokus matanya.
Fero memasukkan kedua tangannya di saku depan jaketnya, Ia mengamati semua orang yang dibawanya. "Semua bagian tubuh lengkap kan?"
Deka dan Nanda yang masih berbaring di tanah langsung terduduk dan mengamati badan mereka untuk mengecek. Fero tertawa, lalu melompat ke pohon terdekat dan menghilang dari pandangan.
"Santai, dia hanya bercanda. Ayo kita masuk." Gumam Raga.
Mereka berempat kemudian berjalan menuju rumah yang berada tepat di tengah lahan itu. Rumah itu dibangung di tengah-tengah pegunungan tinggi halimun. Meskipun sering dijadikan tempat tujuan wisata, lokasi rumahnya cukup tersembunyi.
Fajar sudah mulai dekat, udara pagi yang segar memanjakan hidung mereka. Pepohonan lebat di sekeliling rumah membuat suasana lebih mencekam. Jika saja Raga tidak tahu siapa penghuni rumah ini, dia mungkin akan mengira psikopat tinggal menyendiri di sini.
Ketika mereka sudah keluar dari rimbunan pohon di lahan, seekor ular hijau sebesar dahan pohon kelapa jatuh di hadapan mereka cukup mengagetkan Deka dan Nanda. Asap dan aura hijau menyelimuti si ular kemudian munculah seorang gadis dengan rambut panjang di balik asap itu. Gadis itu memiliki tato berbentuk kaki harimau di leher tepat di bawah kuping kirinya. Ia memakai kaus lengan pendek bertuliskan kampanye cintai lingkungan lengkap dengan celana jins warna hitam tanpa alas kaki. Ia tersenyum pada mereka.
"Jadi ... siapa tamu kita kali ini?" Tanyanya sambil memandangi mereka satu persatu.
Tiga orang memandang ke arah Raga seketika membuat si gadis fokus pada Raga dengan ekspresi meminta jawaban.
"Kami adalah tamu Nyonya Vella." Jawabnya tenang.
"Kalian manusia kan? coba tunjukkan tanda restu Kak Vella padaku." Gumamnya.
Mereka berempat saling pandang. "Maaf, tapi tatonya berada pada bagian tubuh yang agak pribadi ..." Cicit Nanda sambil mengangkat tangannya, Deka menganggukkan kepala mengkonfirmasi.
Ekspresi si gadis ular tidak berubah, ia masih memandang mereka seakan-akan menantang mereka jika berani membantah perintahnya. Raga baru saja akan menjawab ketika terdengar suara langkah kaki dari belakang si gadis.
"Noel! berhenti bermain-main dengan mereka! Vella sudah menunggu mereka di dalam."
Si lelaki muncul, ia bertelanjang dada. Seperti si gadis, ia juga tidak memakai alas kaki dan hanya menggunakan celana jins. Lelaki itu memiliki rambut panjang yang digerai sampai dadanya. Ia memberi isyarat pada Raga dan teman-temannya untuk berjalan mengikutinya.
Noel terlihat kesal, tapi akhirnya ikut berjalan mendekat ke arah rumah. Mereka semua disambut oleh para kucing yang berkeliaran bebas di halaman. Kebanyakan dari mereka masih terlelap.
Si lelaki memandu mereka masuk dari pintu belakang rumah. Mereka semua disambut oleh Vella yang sedang memakai celemek dan sibuk masak.
"Oh kalian sudah datang, taruh saja barang kalian sementara di ruang tamu, lalu duduklah di sini. Aku sedang masak sup ayam dan beberapa oseng-oseng." Sambutnya dengan ceria.
Noel dan si lelaki langsung mengambil tempat duduk di sekeliling meja makan, sedangkan Vella masih memasak. Deka, Nanda, Ilyas dan Raga kemudian menaruh tas ransel kecil mereka di ruang tamu lalu dengan ragu duduk di sekeliling meja makan.
Sialnya Nanda duduk di sebelah Noel. Gadis itu memandangi Nanda dengan ekspresi penuh arti. Si lelaki gondrong, menjulurkan jarinya yang seketika berubah menjadi kepala ular berwarna hijau memanjang sampai Noel lalu menampik pipi gadis itu.
YOU ARE READING
Gate into the Unknown [END]
Fantasy[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia hanya ingin menjalani kehidupan normal seperti anak-anak seumurannya, tetapi kemampuannya membuat Hayu menjadi target penculikan oleh kelom...