37 - Bakat tersembunyi

421 68 0
                                    

Hayu menghabiskan beberapa hari tinggal di rumah keluarga Yustas. Ia merasa lebih aman selama di sana karena para Siluman ternyata bisa melihat makhluk tak kasat mata juga seperti dirinya. Bedanya para makhluk itu tidak ada niatan untuk mendekat pada Siluman. Kalau kata Yustas, makhluk seperti mereka tidak akan mendekati Siluman karena 'kalah' energi. Apapun itu, Hayu senang tidak perlu berhadapan dengan mereka untuk sejenak.

Selama ia tinggal di rumah keluarga Yustas untuk istirahat, Erfan dan Fero terus saja mencoba mengulik kekuatan Hayu. Tetapi selama dua hari terakhir keduanya tidak membuahkan hasil mencari tahu kekuatan Hayu. Selain kemampuan Hayu untuk melihat yang makhluk tak kasat mata, gadis itu tidak terlihat memiliki kemampuan spesial lain.

Bahkan Fero harus menahan Erfan untuk tidak melakukan tes 'berbahaya' untuk memaksa kekuatan Hayu untuk keluar.

Seperti saat ini, Erfan, Hayu dan Fero berdiri di dahan pohon besar di tengah hutan. Jarak dari tempat mereka berdiri sampai tanah mungkin sepuluh meter, Erfan sudah berkali-kali mencontohkan dirinya yang melompat turun kemudian mendarat dengan mulus begitu mendekati tanah. Erfan ingin Hayu mencoba melompat dan Hayu menolak karena jelas-jelas itu bukan tindakan yang benar,  tapi setelah satu paksaan dari Erfan agar Hayu mencoba melompat sekali saja, gadis itu akhirnya menghembuskan napas kesal.

"Baiklah aku akan mencoba, tapi jika beberapa detik sebelum mendarat kalian tidak melihat tanda-tanda kekuatanku, kalian harus menangkapku."

Erfan memandang ke arah Fero, kemudian Fero mengangguk. 

Hayu puas. Ia kemudian menarik napas lalu berhembus pelan. Alasan dia setuju melakukan ini supaya Erfan menghentikan usahanya untuk mencari kekuatan Hayu. Ia sudah menyerah dan percaya kalau dirinya tak memiliki kekuatan apapun.

Hayu tak pernah takut akan ketinggian, tapi melompat dari sana bukanlah hal yang normal dilakukan. Ia memberanikan diri dan melompat tanpa ragu. Hayu tidak merasakan apa-apa kecuali perutnya yang merasa seperti tertinggal di atas sana. Teriakan spontan keluar dari mulutnya.

Saat Hayu hampir mendarat di tanah tubuhnya tiba-tiba berhenti di tengah udara, dan Fero sudah berdiri di tanah dengan tangan terulur untuk bersiap menangkap Hayu. Napas Hayu tertahan sekilas sebelum akhirnya dia tenang.

Tubuhnya perlahan turun dan Fero menangkapnya seperti sedang menggendong anak kecil. Begitu kaki Hayu menyentuh tanah, kakinya lemas hingga ia terduduk di tanah. Erfan mendarat di sampingnya lalu mengulurkan tangan. Ia berhembus pelan.

"Baiklah, aku sudah tidak akan memaksamu lagi untuk melakukan ini." Gumam Erfan.

Kaki Hayu masih lemas, Erfan dengan santai merangkul satu lengan Hayu untuk membantunya berjalan. Fero merangkul lengan lain Hayu dan mereka bertiga mulai berjalan kembali ke desa.

"Belum ada kabar dari Vella?" Tanya Erfan.

Fero menggeleng. "Sejak kita kita kembali ke sini, Noel sudah mengabari Vella, tapi tidak ada respon darinya."

Ekspresi Erfan sedikit suram. Fero yang menyadari itu lalu berkomentar pelan, "Mungkin itu balas dendam Vella karena kamu pergi tanpa ada kabar beberapa bulan terakhir."

"Yah ... masalah Handoko sudah terselesaikan dengan aman jadi sudah waktunya aku menemui dia lagi."

"Apa rencanamu?" Tanya Fero.

Mereka berdua saling bertukar pandang sekilas dengan ekspresi datar. "Tidak ada." Jawab Erfan. Fero mendengus mendengar jawaban itu dan sebuah senyuman kecil terlihat di sudut bibirnya.

Hayu mendengarkan percakapan itu tanpa mengetahui konteks, karena Hayu penasaran, ia secara spontan bertanya, "Apa Vella itu pacarmu?" 

Erfan tersandung mendengar pertanyaan itu sedangkan Fero mendengus menahan tawa. "Bukan, Vella itu istrinya." Gumam Fero sambil menekankan kata istri. Erfan melirik ke arah Fero dengan ekspresi sinis.

Gate into the Unknown [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt