40 - Istirahat

420 80 2
                                    

Ruang tamu keluarga Ranggaditiya terasa sunyi. 

Semua orang melihat sendiri bagaimana Dirga dengan mudah menyerap para kutukan hitam yang menyerang mereka. Bahkan ketika menyerap bayangan hitam terbesar, Dirga tidak perlu bergerak sedikitpun, ia hanya berdiri diam di sana saat kutukan terbesar terhisap ke dalam tubuh Dirga. 

Setelah para kutukan sudah hilang, semua orang sudah berkumpul di ruang tamu. Meskipun mereka semua masih berusaha mencerna kejadian tadi, kebanyakan dari mereka akhirnya bisa bernapas lega dan memilih untuk istirahat.

Raga menyalakan lampu ruang tamu.

Liana dan Lita sedang duduk di lantai sambil saling merangkul. Nanda tergeletak di sofa tak jauh dari sana sedangkan Deka dan Ilyas sudah terbaring di lantai sambil bernapas cepat karena kelelahan.

Dirga berjalan dari samping rumah menuju pintu belakang, ia sedikit terkejut saat membuka pintu belakang dan mendapati banyak orang tergeletak di lantai. Dirga melewati mereka sambil mengeluarkan cahaya biru ke penjuru ruangan. Ia tak menoleh untuk memeriksa, tapi Dirga tahu kalau ia baru saja menyembuhkan luka kecil para pegawai dan membiarkan mereka tertidur untuk sementara.

Begitu Dirga melangkah ke ruang tamu, Liana langsung berdiri dan berlari memeluknya. Raga yang masih berdiri sedikit terkejut melihat itu. Para penjaga saling bertukar pandang sedanhkan Dirga menerima pelukan itu sambil merangkul temannya.

"Aku kira kamu tidak berhasil keluar." Gumamnya pelan.

Dirga menggelengkan kepala sambil melepas pelukannya. "Hanya kesal saja."

Cahaya biru mengelilingi tubuh Liana, seperti angin sejuk. Ketika cahaya itu sudah hilang, badan Liana terasa bugar dengan luka goresan di tubuh yang sudah sembuh total.

Dirga memandang semua orang di ruangan, Ia melakukan hal yang sama pada mereka dan dalam beberapa detik wajah semua orang sudah terlihat lebih segar dari sebelumnya. Rasa lelah dan berbagai luka di tubuh mereka sembuh dalam waktu singkat.

Liana sepertinya tersadar kalau dirinya baru saja memeluk Dirga, melangkah mundur dengan canggung. "Yustas dan Hayu baik-baik saja kan?"

Liana mengangguk, "Ya ... mereka sudah kembali pulang dengan selamat."

Dirga memandang ke arah mereka semua, "Aku sudah menyembuhkan orang-orang yang pingsan di belakang, karena terlalu kaget mungkin mereka akan tertidur untuk sementara."

Raga berjalan mendekati Dirga lalu mengulurkan tangan, "Raga,"

Dirga menerima uluran tangan itu dan merespon perkenalan Raga, "Dirga. Saya keponakan Nyonya Vella, dan teman sekolah Liana."

Sebagian besar dari mereka yang mengenal Vella tentu saja langsung paham mengenai identitas Dirga. Lita tersenyum pada Dirga dan mengucap, "Terima Kasih."

"Jadi bagaimana kamu bisa sampai di sini?" Tanya Liana.

Dirga mengamati seisi ruangan lalu berjalan menuju sofa terdekat dan menjatuhkan badannya di sana. "Aku sedang melakukan perjalanan dimensi, tapi para makhluk hitam tadi menarik perhatianku."

Semua orang masih terdiam setelah mendengar ucapan Dirga. Lita bergumam kecil memecah keheningan, "Aku akan buatkan minuman, kalian lanjutkan saja pembicaraan ini."

Nanda mengikuti Lita berjalan ke dapur, sedangkan para penjaga lain mulai berkumpul untuk di sofa. "Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Liana pada Dirga.

Meskipun Liana belum lama mengenal Dirga, mereka pernah terlibat dalam kasus yang sama. Apalagi sebelum kejadian penculikan kemarin Dirga terlihat lebih normal. Sekarang, Liana melihat seseorang yang patah hati. Entah kenapa aura Dirga terasa berbeda dari sebelumnya.

Gate into the Unknown [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang